Libatkan Orang Tua, Dekan FTUA Ingin Mahasiswa Teknik Tamat Tepat Waktu

oleh -670 views
oleh
670 views
Dekan FTUA Insannul Kamil tekankan bahwa keberhasilan mahasiswa baru tamat tepat waktu tidak lepas peran aktif orang tua dan keluarga, Sabtu 1/9 (foto: dok/ftua)

Padang,—Fakultas Teknik Universitas Andalas (FTUA) bertekad tak mengenal lagi istilah mahasiswa abadi alias selesaikan studi dengan waktu lama.

Apalagi kencangnya pergeseran dan perubahan pola belajar mahasiwa terjadi di era digitalisasi kekinian. Kemajuan dan perkembangan teknologi dan informasi yang sedemikian pesatnya membuat berbagai cara dan gaya hidup pun mengalami perubahan. Demikian juga dengan pendidikan. Era teknologi 4.0 atau era digital saat ini membuat cara dan gaya belajar pun berubah.

“Terutama, pendidikan tinggi yang banyak menuntut keterlibatan seluruh pemangku kepentingan pendidikan tinggi, khususnya pihak keluarga dari para mahasiswa, supaya mahasiswa tamat tepat waktu,”ujar Dekan FTUA Insannul Kamil, di hadapan para orang tua dan wali mahasiswa baru periode 2018/2019, Sabtu 1/9 di Limau Manis Padang.

Menurut Insannul Kamil, generasi sekarang dikenal dengan generasi milenial, sangat jauh berbeda dengan generasi sebelumnya soal pendidikan tinggi, terutama cara dan gaya belajar juga mengikuti trend milenial itu.

”Satu dari banyak faktor keberhasilan di pendidikan tinggi adalah keterlibatan keluarga dari mahasiswa itu sendiri. Atau, disebut juga lingkungan keluarga. Lingkungan kampus bukanlah satu-satunya tempat yang menentukan keberhasilan para mahasiswa. Sebab, di era digital ini sumber belajar itu bukan lagi lingkungan kampus, tapi global,”ujar Pak Nanuk, biasa koleganya memanggil.

Saat ini Pendidikan tinggi kata Nanuk sudah bersifat menyeluruh dan melibatkan semua pihak. Sasaran pendidikan bukan hanya masalah intelektual, tapi juga budi pekerti.

“Intinya, menjadi orang baik dan pintar,” ujar Insannul.,“Untuk pintar dan baik itu, perlu sekali peranan dan keterlibatan orang tua dan keluarga mahasiswa,”ujarnya menekankan.

Jadi, cara-cara dan gaya lama dalam hal belajar atau menuntut ilmu di pendidikan tinggi sudah tidak terpakai lagi pada zaman yang serba digital ini meskipun esensi intelektual dan esensi budi pekertinya tetap sama.

“Untuk pintar itu tidak sulit. Bahkan, di awal kemerdekaan negara, inilah yang disampaikan proklamator Bung Hatta. Asal mau belajar saja, pintar bisa diraih. Namun, untuk berbudi pekerti yang baik, inilah yang sulit dan inilah tantangan terbesar pendidikan tinggi kita ke depan,”ujarnya. (rilis: ftua)