Limapuluh Kota Bisa jadi Sentral Jagung

oleh -527 views
oleh
527 views
Muhammad Rahmad optimis Limapuluh Kota penghasil jagung terbesar di bagian Barat Indonesia, Jumat 3/1. (foto: dok)

Limapuluh Kota – Ketua Umum Masyarakat Peduli Petani Indonesia (Mappindo) Muhammad Rahmad optimistis Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat menjadi sentra penghasil jagung wilayah barat Indonesia.

“Lahan luas tersedia di Kabupaten Limapuluh Kota saat ini, saya optimis daerah kita ini bisa menjadi daerah pusat penghasil jagung untuk di wilayah barat Indonesia,” kata Rahmad di Sarilamak saat panen uji coba pertanian jagung, Jumat 3/1 lalu.

Hal itu, kata dia, bukan hanya angan semata, sebab salah satu hasil uji coba penanaman jagung di kelompok tani Paluang Saiyo Nagari VII Koto Talago, Limapuluh Kota melimpah, yakni 12,6 ton untuk satu hektare.

“Hasil bersihnya panen kali ini mencapai 12,6 ton untuk satu hektare lahan pertanian. Ini jumlah yang jauh dari biasanya,” ujarnya.

Sebab, menurutnya rata-rata untuk panen jagung per satu hektare nya hanya 6,5 ton. Panen yang melimpah kali ini tidak terlepas dari keteguhan hati dan ketangguhan petani di daerah ini.

“Mereka menanam jagung pada musim kemarau panjang dan air kurang. Tapi mereka percaya dan bekerja dengan sungguh dan pantang menyerah,” sebutnya.

Bahkan, katanya, panen kali ini lebih tinggi dari rataan panen jagung di Gorontalo yang merupakan episentrum penanaman jagung di wilayah timur dan telah melakukan ekspor ke Filipina.

“Gorontalo bisa menghasilkan 9 ton satu hektare sedangkan kali ini bisa 12,5 untuk satu hektare. Bayangkan kalau ini kita kembangkan,” ujarnya.

Untuk Kabupaten Limapuluh Kota, kata Rahmad, ada 62 ribu hektare yang terlantar dan bisa untuk menjadi lahan pertanian jagung.

“Jika dihitung itu, kita dapat menghasilkan 1,8 juta ton setiap tahunnya. Dan Gorontalo targetnya tahun ini 1,7 ton. Kalau kita serius, kita dapat melebihi Gorontalo,” kata dia.

Sedangkan untuk penjualan sendiri, Rahmad mengincar bisa mengekspor hasil panen jagung ke Malaysia. Selain dari daerah yang dekat, kebutuhan dan harga jagung di Malaysia lebih tinggi dari Indonesia.

“Kebutuhan Malaysia itu 3 juta ton setiap tahunnya. Di indonesia harga jagung Rp3,6 juta sampai Rp3,8 juta per ton, sedangkan di Malaysia mencapai Rp7,2 juta per ton,” ujarnya.

Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan hasil panen dari uji coba di daerah ini dapat menjadi contoh bagi semua kabupaten dan kota yang ada di Sumbar.

“Kita akan mengajak seluruh kabupaten dan kota yang ada di Sumbar untuk belajar dari sini. Agar hasil pertanian jagung kita lebih dari biasanya,” kata dia.

Bertepatan dengan Penas Tani 2020 di Sumbar, Nasrul Abit akan memamerkan hasil jagung dari daerah ini di kegiatan tersebut.(rilis)