Mahasiswa Jepang Inspirasi Nagari di Sumbar Kelola Sampah

oleh -489 views
oleh
489 views
Kelola sampah ternyata Nagari Situjuah Batua terinspirasi dari mahasiswa KKN Unand asal Jepang. (foto: dok/pemnag-situjuahbatua)

Limapuluh Kota,—Pertengahan 2018 lalu, mahasiswa Osaka City University Jepang, bergabung dengan mahasiswa Universitas Andalas (Unand), Padang, mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) di Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat.

Bersamaan dengan itu, juga ikut melaksanakan KKN di Nagari Situjuah Batua, mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat dan ISI Padang Panjang.

Kehadiran para mahasiswa itu, terutama mahasiswa dari Jepang, menginspirasi Pemerintah Nagari Situjuah Batua, dalam mengelola sampah. Kini, Situjuah Batua tercatat sebagai nagari atau desa pertama di Provinsi Sumatera Barat yang mengelola sampah pasar tradisional, sampah rumah tangga, dan sampah perkantoran, secara profesional.

“Jujur kami akui, keikutsertaan mahasiswa dari Jepang dalam kegiatan KKN PPM Unand di Nagari Situjuah Batua pada 2018 silam, menginspirasi kami dalam mengelola sampah. Harus jujur diakui,  kita memang jauh tertinggal dari Jepang dalam budaya bersih dan disiplin,” kata Wali Nagari Situjuah Batua, Dhon Vesky Dt Tan Marajo kepada wartawan, kemarin.

Dhon Vesky menceritakan, sewaktu mengikuti KKN PPM Unand pada 2018 silam, mahasiswa dari Osaka City University Jepang, meninggalkan nilai-nilai keteladanan bagi masyarakat Situjuahbatua.

“Malu kami, mahasiswa Jepang itu, meski bukan muslim, tapi mengaplikasikan semangat kebersihan itu sebagian dari iman. Mereka, memunguti sampah yang bertebaran di jalan dan pasar nagari kami. Saat makan pisang pun, mereka tak mau buang kulitnya sembarangan. Bahkan, karena tak melihat tong sampah, mereka tak segan-segan menyimpan kulit pisang ke dalam celana,” katanya.

Sikap mahasiswa Jepang dalam menangani sampah,
menjaga kebersihan, dan mengedepankan budaya malu itu, menurut Tan Marajo, menjadi inspirasi bagi dirinya dan pemerintah nagari Situjuahbatua.

“Melihat mahasiswa Jepang itu,
kami langsung berfikir, bagaimana pemerintah nagari bisa mengelola sampah yang menjadi persoalan serius bagi Situjuahbatua. Paling tidak, setiap  hari, ada 2 ton sampah yang dihasilkan di Situjuah Batua dan itu umumnya adalah sampah plastik,” kata Tan Marajo.

Alhasil, dengan bermodal kekuatan masyarakat dan kekompakan antar lembaga yang ada di Situjuah Batua,  pemerintah nagari Situjuah Batua berani mengelola sampah. Kini, ada 1.000 tong sampah yang ditebar di rumah penduduk, perkantoran, dan sekolah di Situjuah Batua. Bila sudah penuh, tong-tong sampah itu dibongkar setiap harinya oleh 5 petugas kebersihan yang ditunjuk pemerintah nagari Situjuah Batua, kemudian diangkut dengan menggunakan 2 becak motor dan 1 unit mobil.

“Sampah rumah tangga, sampah pasar tradisional, dan sampah perkantoran, termasuk sampah plastik yang jumlahnya 2 ton itu, sebagian dikelola di rumah Kompos yang disiapkan BumNag dan pemerintah nagari Situjuah Batua dengan binaan dari Unand. Sedangkan sebagian lainnya, kami buang ke TPAS Regional Sumbar di Taratak, Padangkarambia, Kota Payakumbuh, melalui kerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Limapuluh Kota,” kata Tan Marajo.

Dia menyebut, dalam pengelolaan sampah ini, partisipasi masyarakat Situjuah Batua sangat tinggi. Bahkan, masyarakat setiap bulannya, membayar iuran Rp10 ribu setiap keluarga, untuk pengangkutan sampah ke rumah-rumah mereka. Sedangkan perkantoran dan sekolah di Situjuah Batua, membayar iuran sampah sebesar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu setiap bulannya. Ini diatur melalui  melalui Peraturan Wali Nagari Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Sampah.

Menariknya, meski menjadikan pengelolaan sampah sebagai salah satu sumber pendapatan asli nagari, namun Pemerintah Nagari Situjuahbatua, tetap membebaskan masyarakat tidak mampu dari biaya iuran yang dipungut setiap bulan. Sedangkan masyarakat kurang mampu, boleh membayar separuh dari jumlah iuran tersebut.

Kemudian, seluruh pendapatan asli nagari yang diperoleh dari pengelolaan sampah ini, sebesar 20 persen digunakan pemerintah Nagari Situjuah untuk membiayai operasional petugas kebersihan dan petugas pemungut iuran yang berasal dari kader KB/Yandu/PKK. Sedangkan 80 persen dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk bantuan pendidikan (buku sekolah, tas, sepatu), banntuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan adat dan budaya.

“Jadi, uang rakyat, kami kembalikan lagi kepada rakyat. Pendapatan asli nagari, termasuk dari pengelolana sampah, kami kembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuak bantuan pendidikan, bantuan sosial dan kesehatan, serta kegiataan pemberdayaan adat dan budaya,” kata DV Dt Tan Marajo.

Jika hari ini, masih ditemukan satu dua sampah di jalan raya Nagari Situjuah Batua.

“Kami pastikan, itu bukan sampah yang dibuang masyarakat. Tapi sampah yang kadang dilempar oleh pengendara,” kata Kepala Jorong Tangah Situjuah Batua, MA Dt Paduko Rajo Nan Kuniang. (rilis: pemnag/situjuahbatua)