Makna Pepatah Berjalan Peliharalah Kaki, Berkata Peliharalah Lidah dengan Generasi Milenial Saat Ini

oleh -318 views
oleh
318 views
Cahyani Fortunury Damayanti. (dok)

Oleh : Cahyani Fortunury Damayanti

Mahasiswa jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

SEBELUM mengenal lebih jauh makna dari pepatah berjalan peliharalah kaki, berkata peliharalah lidah sebaiknya kita membahas sedikit tentang apa itu pepatah petitih.

Pepatah petitih adalah susunan kalimat pendek, yang kadang- kadang bunyinya berirama beraturan. Oleh sebab itu, ada yang menganggap bahwa pepatah petitih Minang ini adalah bagian tak terpisahkan dari kesusastraan Minang.

Pepatah menurut KBBI adalah Peribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua (biasanya dipakai atau diucapkan untuk mematahkan lawan bicara), seperti tong kosong nyaring bunyinya, orang yang tidak berilmu banyak bualnya

Di dalam pepatah tersebut berisi kiasan ibarat, perumpamaan, nasihat, petuah, dan sopan santun yang tidak ternilai harganya.

Pada zaman dahulunya seseorang apabila ingin menyampaikan suatu maksud lebih sering menggunakan bahasa pepatah dan petitih. Mereka jarang menyampaikan isi hati mereka secara langsung kepada lawan bicara, karena dalam kebiasaan orang Minang kalau menyampaikan secara terus terang dianggap kurang sopan.

Di Ranah Minang orang yang mampu menyampaikan pemikiran dalam pepatah petitih dianggap sebagai orang hebat dan disegani masyarakat. Kebiasaan menggunakan pepatah petitih seperti itu masih banyak terdapat di kampung-kampung daerah Minangkabau.

Makna dari pepatah ( berjalan peliharalah kaki, berkata peliharalah lidah )

Maknanya : Sebelum melaksanakan suatu pekerjaan haruslah berhati hati jangan sampai menimbulkan bahwa bila berjalan (kaki) haruslah berhati-hati jangan sampai menginjak pecahan kaca atau paku misalnya.

Demikian pula, bila hendak berbicara haruslah berhati-hati, jangan sampai keseleo lidah dan menyinggung perasaan seseorang atau menyakiti hati orang lain yang mendengarnya.

Pepatah di atas dapat kita kaitkan dengan generasi milineal saat sekarang ini contohnya saja seperti berkata peliharalah lidah, pada saat ini generasi Milenial tidak lagi menjaga lidah nya saat berbicara lagi tidak tau lagi dengan kato nan ampek,

Seperti yang kita lihat pada saat ini berbicara sopan santun dalam generasi milenial sudah mulai hilang karena mengikuti zaman dan pergaulan yang ada, pada generasi saat ini tidak tau lagi dengan kato nan ampek karena semuanya di anggap datar saja.

Contohnya saja dalam kehidupan sehari-hari dalam kato Mandaki, Banyak orang ketika berbicara kepada orang yang lebih tua atau yang dituakan di samakan saja seperti berbicara kepada teman sebaya datar saja tidak adalagi rasa hormat dan sopan santun berbicara karena etika itu tidak adalagi,

Seharusnya kita semua bisa menerapkan kato nan ampek ini dalam kehidupan sehari hari. Pepatah mengatakan nan kuriak iyolah kundi, nan merah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso

Maksudnya Semestinya hal yang paling berharga dalam kehidupan bergaul adalah budi pekerti yang baik serta sopan santun. Jadi, kita harus bisa mengamalkan kato nan ampek dalam kehidupan sehari hari.

Dan sebaiknya kita harus menjaga sopan santun dalam berbicara dalam bermasyarakat ataupun dimana saja kita berada ibaratnya (mulut mu adalah harimau mu akan mencengkram mu).

Etika harus dijaga juga karena etika merupakan suatu hal yang penting yang mengatur tingkah laku dan perilaku seseorang di masyarakat. Etika tidak hanya sebatas yang benar atau yang salah tetapi juga mengatur bagaimana perilaku manusia tersebut dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu aspek penting dalam etika di masyarakat yaitu etika berkomunikasi.(analisa)