Masa Pandemic, Masalah Penyaluran Bantuan

oleh -705 views
oleh
705 views
Prof Elfindri

Oleh : Elfindri

BANTUAN katika masa pandemic, masa resesi, masa tanggap darurat, akan muncul berulang ulang.

Persoalannya itu kembali. Ingat ketika seorang yang kaya membagikan zakatnya?

Akhirnya karena tidak antisipative berujung pada kematian di antara yang berdesak menerima bantuan.

Hal yang sama Bazis di salah satu daerah Jawa yang membagikan bantuan, berdesak dan membuat kerumunan yang tidak mengenakkan.

Membagikan bantuan tidak semudah dibayangkan. Ada beberapa persyaratan agar dihasilkan adil dan menjangkau penduduk yang berhak.

Pertama adalah memang mendata siapa yg akan berhak penerima bantuan. Di atas kertas mudah. Mereka 40 persen terendah penghasilannya.

Namun di desa-desa karena mereka banyak yang merasa miskin, akhirnya banyak bantuan dibagi rata saja dalam satu desa. Karena semua merasa miskin.

Pada jenis desa yang seperti ini banyak masyarakat penerima karena dibagi habis, tapi tidak adil. Karena semua menerima dan jatah yang paling miskin diambil oleh yang tidak miskin.

Siapa yang mau menyatakan mereka masih punya tabungan atau harta untuk bisa bertahan?.

Ini masalah mental, kasus yang baru saja terjadi dalam pembagian sembako di Pesisir Selatan. Membagikan mudah komplain kecil tapi keadilan tidak tercapai.

Kedua kalau pendataan sudah diperoleh, maka gunakan masjid sebagai tempat distribusi logistik dengan membagi kartu sesuai dengan jadwal agar tidak terjadi kerumunan.

Ini mirip membagi hewan kurban, bisa dilaksanakan dengan sistem kartu.

Jangan dibuat pengumuman tanpa diurai bagaimana masa berkumpul dan berdesak mau menerima kompensasi.

Memang cara ketiga yang paling mudah agak berbiaya, penduduk cukup tinggal diam di rumah. ABRI dengan sepeda motornya membagi ke rumah rumah jauh lebih teratur.

Yang penting barang sampai, adil dan kerumunan bisa dikurangi. Cara model ABRI adalah dengan mengantar rumah ke rumah, atau “sembako balado sero” inisiatif rakyat dan alumni jauh lebih mudah menjangkau target group.

Uraikan lebih detail, jangan buat masyarakat berkumpul apalagi masa pandemic. Niat baik, jusrru sebaliknya membuat proses mata rantai pandemic covid 19.

Ketangguhan tim pada kelurahan menjadi taruhan dalam membagi kompensasi ini. (analisa)