Masuk 50 Besar ADWI, Menteri Sandiaga Uno Lakukan Hal Ini di Pariangan

oleh -329 views
oleh
329 views
Sandiago Uno di Nagari Pariangan Tanah Datar. (dok)

Oleh: Alya Fitri

Mahasiswa FISIP UNAND

DALAM rangka penilaian 50 Desa Terbaik, Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno atau yang akrab disapa Mas Menteri mengunjungi Desa Wisata Pariangan, Tanah Datar. 6 Juli 2022.

Menurut Mas Menteri, Desa Wisata Pariangan yang terletak di Nagari Pariangan tidak hanya indah alamnya saja, tetapi juga masih banyak situs budaya yang dapat dikunjungi. Tak hanya itu, kondisi udara sangat sejuk karena berada di ketinggian 500-700 meter di atas permukaan laut.

Setelah melakukan penilaian terhadap ADWI, Mas Menteri mengunjungi 5 hal ini.

1. Jelajah Pesona Arsitektur Khas Minangkabau, Rumah Gadang

Pariangan menjadi Nagari tertua di Ranah Minang. Di Nagari Pariangan sendiri masih banyak terdapat Rumah Gadang yang masih berdiri kokoh yang terlihat sangat tua yang akan menyambut para pengunjung Nagari Pariangan dengan nuansa Minangkabau yang sangat kental.

2. Belajar Memainkan Saluang dan Bansi bersama Ajo Feri

(dok)

Saluang merupakan alat musik khas Minangkabau yang dimainkan dengan cara ditiup dan terbuat dari bambu, dan juga menjadi salah satu instrumen tradisional Indonesia.

Bansi adalah salah satu instrumen musik tiup yang terkenal dan populer di Minangkabau. Bentuknya mirip dengan Saluang / Seruling, namun tentunya memiliki sedikit perbedaan yang membuat mereka tidak sama. Menurut sejarah, Bansi berasal dari daerah Painan di Kabupaten Pesisir Selatan.

Ajo Feri merupakan satu-satunya pengrajin Saluang dan Bansi di desa Pariangan. Ajo Feri tidak hanya membuat dan menjualnya, tetapi juga mengajari anak-anak desa cara membuat dan mengukir Saluang dan Bansi.

3. Mencicipi Kuliner Khas Nagari Tuo Pariangan, Sate Padeh

(dok)

Sate ampera atau akrab disebut dengan sate padeh ini, hanya bisa ditemui di Nagari Pariangan dan beberapa hari pasar tradisional, seperti hari Senin di pasar Simabur, Selasa di Pasar Rambatan dan Kamis di Pasar Batusangkar.

Seorang pedagang sate padeh mengaku jika sate ini awalnya bernama sate ampera. Namun, karena rasa sate yang pedas, banyak penikmat sate kemudian menyebutnya dengan sate padeh.

4. Menikmati Panorama Nagari Tuo Pariangan dari Jorong Guguak

(dok)

Layaknya kawasan pedesaan, pemukiman di Pariangan tidak terlalu padat. Di kiri dan kanan jalan masih banyak terhampar pemandangan alami nan menyejukkan mata.
Di sepanjang perjalanan ini kita bisa menikmati pemandangan lepas yang sungguh memukau karena ada gunung, sungai, panorama sawah yang menghijau, kebun jagung, dan lainnya yang tersusun apik.

Dari ketinggian kurang lebih 500-700 mdpl di jorong Guguak kita bisa melihat pemandangan yang sangat indah serta bisa melihat pemandangan bukit-bukit yang menjulang tinggi.

Sembari melihat pemandangan lidah kita juga akan dimanjakan dengan hangatnya kawa daun yang ada di kedai-kedai yang ada di Guguak.

5. Berbelanja Produk Lokal: Batik Aroma Kopi

(dok)

Batik aroma kopi atau yang sering disebut dengan Batik Ampas Kopi ini merupakan batik yang diwarnai dengan alami dengan ampas/limbah kopi yang mengeluarkan aroma khas kopi.

Pak Sandi mengatakan, kerajinan batik dari Ampas Kopi merupakan kekayaan budaya yang sangat ramah lingkungan dan butuh dukungan Pemerintah Daerah untuk terus mengembangkannya.(analisa)