Megawati Perempuan Minang Sumbar Berbeda, Guspardi : Sarat Makna Tersiratnya

oleh -388 views
oleh
388 views
Guspardi Gaus (kanan) nilai Sumbar Berneda kata Megawati bentu autokritik, Jumat 13/8-2021. (foto: dok/facebook @guspardigaus)

Jakarta,— Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) asal Sumbar, Guspardi Gaus menilai pernyataan Megawati soal Sumbar sudah berbeda merupakan bentuk kepedulian seorang putri berdarah Mknangkabau.

Apa yang disampaikan Bu Mega bisa menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah dan tokoh-tokoh Sumatera Barat baik yang ada di rantau ataupun di ranah. Ini sesuatu yang menggelitik kita. Dan ada pesan yang makna tersirat dari Sumbar berbeda itu,” ujar Guspardi Jumat 13/8-2021.

Politisi senior Minangkabau ini mengayakan ungkapan Sumbar berbeda dari Presiden RI ke 6 sah dan boleh saja.

“Tidak ada masalah, itu merupakan autokritik dari Bu Mega sebagai seorang perempuan berdarah minang. Beliau gelisahan, galau serta prihatin. Beliau menyampaikan dalam rangka memperingati hari lahir dan mengenang salah satu tokoh bangsa Bung Hatta yang berasal dari Minang. Pernyataan Bu Mega harus di maknai dengan positif,” ujar anggota Komisi II DPR RI ini.

Sebagai wakil rakyat yang berasal dari Sumatera Barat, Guspardi melihat
ada pesantersirat dibalik pernyataan Bu Mega. Semacam kerinduan akan Minangkabau dan Sumbar masa. lalu.

Bu Mega menginginkan agar ke depan tokoh tokoh dari minang tetap tampil dan berperan lebih menonjol dipentas nasional. Sebagaimana telah diperankan oleh para tokoh pejuang bersama ulama yang berasal dari Sumatera Barat sebelumnya dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Guspardi menambahkan bahwa ibu Megawati Itu putri asli Minangkabau jadi banyak orang yang tidak memahaminya.

“Ibundanya Megawati adalah Fatmawati seorang bangsawan yang berasal dari Pesisir Selatan, Sumbar. Diketahui sistem kekeluargaan di Minangkabau adalah matrilineal. Secara kultural dalam budaya Minang menganut garis keturunan menurut ibu dan bukan menurut garis keturunan bapaknya (Patrilinial). Jadi anak dari Ibu Mega itu berhak mendapatkan pusako tinggi seperti gelar dan jabatan datuak sebagai penghulu yang merupakan posisi terhormat dalam struktur adat masyarakat Minangkabau dan bukan gelar pemberian atau penghargaan. Begitu juga dengan anaknya Bu Puan Maharani pun berhak mendapatkan hak yang sama, karena secara DNA Bu Puan adalah puteri Minangkabau asli juga,”ungkap Guspardi Gaus.

Untuk itu, ia menilai kritikan yang disampaikan oleh Megawati adalah kepedulian sebagai putri keturunan Minangkabau.

Dia menekankan bahwa kritikan Ketum PDIP itu harus dijawab dengan kerja nyata. Ini adalah sebuah realitas.

“Tentu harus disikapi dengan arif dan lapang dada untuk dijadikan sebagai pelecut semangat bagaimana kita melakukan lompatan dan lebih kencang lagi larinya,” pungkas anggota Baleg DPR RI tersebut.

Megawatindilansir banyak berita bahkan menjadi trending topic, Bu Mega menyebut Sumbar telah berbeda dari yang ia kenal. Mega pernah mempertanyakan kegelisahannya ini kepada Ahmad Syafii Maarif, tokoh Muhammadiyah sekaligus anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kelahiran Sumatera Barat.

“Di BPIP saya sebagai Ketua Dewan Pengarah, itu ada Buya Syafii, saya suka bertanya sama beliau, mengapa Sumatera Barat yang dulu pernah saya kenal sepertinya sekarang sudah mulai berbeda?” kata Mega dalam Webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa di kanal Youtube Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDIP, Kamis 12/8-2021.

Mega mengatakan pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, Sumbar melahirkan banyak tokoh nasional. Namun kini, menurutnya, tokoh-tokoh Sumatera Barat tidak sepopuler dulu.

“Dulu saya tahunya tokoh dari Sumatera Barat, kenapa menurut saya (sekarang) tidak sepopuler dulu atau memang tidak ada produknya?” kata Mega.

“Padahal Sumatera Barat ketika sebelum kemerdekaan sampai setelah merdeka sampai selesai juga Bung Karno [sebagai presiden] itu kan tokoh-tokohnya luar biasa, ya,” tambah. Megawatipada. webinar itu. (faj)