Membedah Visi Transformasi Erick Thohir

oleh -304 views
oleh
304 views
Andri Rusta. (dok/fb @andrirusta)

Oleh: Andri Rusta, S.IP, M.PP

(Peneliti Spektrum Politika Institute)

 

MALAM ini, Kamis 17 Februari,  Peneliti Spektrum Politika Institute akan tampil hybrid pada Bedah Pemikiran Transformasi Erick Thohir (ET) Sekaligus pengujuhan DKW GET ONE Sumbar di Basko Hotel Padang.

Apa yang akan menjadi pencerahan dan pandangan Andri Rusta tentang Visi Transformasi ET, berikut materinya:

Kalau kita menggunakan pendekatan analisis kritis dalam melihat berbagai alur Revolusi Industri, kita tentu sampai pada kesimpulan bahwa revolusi Industri yang hingga sekarang kita sebut 4.0 menuju 5.0 bahkan, ialah terjadi nya perubahan pada Production Force atau kekuatan produksi.

Kekuatan produksi tersebut bergerak hendak mengatasi sifat konservatif dari relasi produksi.

Secara sederhana, kalau kita melihat dari apa yang sering dipaparkan oleh Erick Thohir dalam berbagai kesempatan kepada publik selalu menekankan kata “transformasi”.

Hingga malam ini kita berkumpul juga dihadapkan pada sebuah kata “Transformasi” tadi. Lalu, apa itu transformasi? Secara sederhana transformasi lah kata yang paling tepat untuk menyebutkan keinginan untuk adanya suatu ‘perubahan’ secara mendasar atau mengakar.

Saya berfikir, bahwa memilih diksi ‘Transformasi’ ialah bentuk kecerdasan dan pemahaman yang matang dari sosok Erick Thohir dalam melihat upaya pembenahan dan menatap masa depan Indonesia.

Sebagai seseorang yang menjabat sebagai Menteri BUMN dan berlatar belakang seorang profesional bisnis, Erick Thohir mungkin saja merasa gerah dengan sifat konservatif yang masih melekat pada berbagai perusahaan-perusahaan plat merah yang ada di Indonesia.

Pertama, Erick Thohir paham betul bahwa Badan Usaha Milik Negara tersebut menjadi tumpuan dan harapan dari bangsa Indonesia dalam melewati berbagai keterpurukan yang bangsa ini hadapai karena Pandemi Covid-19. Ada situasi Force Majeur yang disebabkan oleh pandemi covid-19, maka bersikap dan bertindak seperti biasa dan seolah-olah tidak terjadi apa-apa tanpa melakukan suatu upaya yang lebih dari biasanya tentu bukan pilihan yang bijak.
Dalam situasi pandemi covid-19, Bank-Bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) telah didorong menjadi pelaksana intermediasi utama dalam program restrukturisasi kredit. Ini tentu berarti masyarakat mendapatkan rescheduling, restructuring serta reconditioning terhadap tanggung jawab kredit masyarakat.

Sementara itu, emiten BUMN Farmasi diberi tanggung jawab dan tugas penting dalam penyediaan dan pendistribusian vaksin dan obat-obatan. Sektor BUMN lainnya juga tetap dipaksa menjadi penyangga berbagai kebijakan sosial yang dilakukan oleh negara, ini tentu tidak mudah dilakukan jika kita tidak punya suatu konsep yang matang. Salah sedikit saja kebijakan yang dilakukan bukan tidak mungkin akan terjadi krisis ekonomi pada negara kita.

Lebih lanjut, sebagai seorang yang berlatar belakang studi kebijakan publik, dalam hal BUMN, saya menilai bahwa langkah transformasi yang diusung ini merupakan suatu langkah besar BUMN dalam mengimplementasikan konsep Good Corporate Governance, yaitu menghadirkan Badan Usaha Milik Negara yang lebih akuntabel, profesional, transparan, efisien dan juga profitable tentunya.

Namun, kita juga harus sadar selalu ada sorotan tajam yang akan diterima dalam melakukan berbagai upaya dan langkah besar pada bangsa ini. Klasterisasi dan Holding BUMN, cita-cita untuk BUMN Go Public melalui aksi Initial Publik Offering (IPO), serta Go Global sebagai strategi penting yang digadang untuk mengasah daya saing korporasi negara dipasar dunia tentu akan menjadi sorotan tajam.

Tidak hanya itu, Erick Thohir juga harus menyadari bahwa cita-cita besar terhadap kemajuan Indonesia dari sektor BUMN tidak akan bisa berjalan mulus jika BUMN tidak bisa terbebas dari intervensi politik dan perkoncoan oligarki kekuasaan, kemudian konsistensi penerapan GCG (Good Corporater Govenance) juga menjadi catatan, hal lainnya yang kemudian dikhawatirkan oleh beberapa kalangan pemerhati ekonomi ialah jangan sampai cita-cita besar tersebut keluar dari rel ekonomi pancasila.

BUMN Go Publik dengan IPO dan Go Global jangan sampai terjerumus keranah liberalisasi ekstreme ekonomi, karena dalam hal ini bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara, serta Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya harus tetap dikuasai negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat Indonesia.

Setidaknya begitulah yang tertulis dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat 2 dan ayat 3.
Apapun itu, dalam forum dan kesempatan ini saya hanya akan lebih menekankan pada opini dan arus publik memang selalu menginginkan tokoh dan sosok negarawan yang selalu mengusung konsep matang terhadap kemajuan bangsa kedepan. Publik sudah bisa dan mampu melihat perubahan dan kemajuan terhadap BUMN dengan konsep ‘Transformasi’.

Tinggal bagaimana kemudian Erick Thohir mampu meyakinkan publik bahwa “Transformasi’ juga akan menjadi kunci keberhasilan bangsa Indonesia kedepan untuk berbenah dan bangkit dari segala keterpurukan.
Dalam forum dialog malam hari ini juga akan dilakukan pengukuhan DKW GET ONE Sumbar, tentu ini menjadi tantangan kedepan yang harus dilakukan, bagaimana kemudian GET ONE Sumbar harus mampu meyakinkan publik bahwa konsep serta Visi Transformasi yang diusung ialah suatu langkah yang tepat dalam membawa kemajuan bangsa kedepan.

DKW GET ONE Sumbar harus meyakinkan publik, bahwa banyak tokoh populer yang digadang-gadang menjadi pengganti pak Jokowi kedepan, namun sejauh ini hanya Erick Thohir yang memiliki dan mengusung gagasan kebangsaan kedepan.

Kalau kita mau menyoroti dari berbagai hasil survey popularitas tokoh maupun elektabilitas tokoh yang selama ini dirilis, memang Erick Thohir sudah cukup menunjukan trand positif. Hasil survey Institute for Democracy and Strategic Affair (Indostrategic) misalnya yang dirilis pada bulan agustus 2021, elektabilitas Erick Thohir masuk kedalam urutan 10 besar terkait pilpres 2024, kemudian Charta Politika menempatkan erick Thohir diurutan ke-8 diatas Puan Maharani dan Airlangga Hartarto.

Kemudian survey yang dilakukan Indikator Politik Indonesia juga menempatkan Erick Thohir masuk kedalam 10 besar tokoh yang diinginkan menjadi pengganti pak Jokowi kedepan.
Artinya, perlahan publik sudah mengakui kinerja dan kapasitas yang dimiliki oleh Erick Thohir.

Dari beberapa pengalaman survey yang sudah kita lakukan bersama Spektrum Politika, masyarakat Indonesia kalau ditanya perihal alasan utama memilih calon pemimpin ialah Kemampuan dan kepribadian personal yang unggul (tegas/ berwibawa/ mengayomi/ pintar/ visioner/ sederhana/ ramah dll), kemudian Sudah ada bukti kerja/ada hasil kerjanya (kinerjanya bagus) ketika memimpin, Perhatian dan dekat dengan masyarakat serta punya kepedulian dengan masalah yang dihadapi masyarakat (berjiwa sosial), serta Bebas dari masalah korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).

Saya fikir sifat dan karakter tersebut tidak ada salahnya jika dikatakan melekat pada sosok Erick Thohir. Latar belakang beliau sebagai seseorang yang berasal dari seorang pebisnis sukses serta seorang menteri tentu juga akan menjadi modal tersendiri bahkan menjadi Diferensiasi yang sangat jelas dengan tokoh lainnya.(analisa)