Mendidis Figur DPD, Calon Senator Sumbar 2024

oleh -715 views
oleh
715 views
Ilhamsyah Mirman. (dok)

Oleh : Ilhamsyah Mirman

Ranah Rantau circle

TAHAP pendaftaran calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) baru saja berlalu. Tercatat 26 (dua puluh enam) peserta yang lolos.

Berbeda dengan Caleg yang memiliki mesin partai yang jelas struktur, pembagian tanggung jawab dan sumber pembiayaan secara kolektif, calon anggota DPD praktis harus membangun dan merawat team dengan kekuatan sendiri. Kemampuan yang tidak dimiliki banyak orang, karena menjaga dan memelihara konstituen pekerjaan penuh kesabaran secara terus menerus.

Kondisi yang dengan cerdik dimanfaatkan oleh pengurus partai. Dengan memanfaatkan jaringan dan infrastruktur yang ada, partai menugaskan kader ‘independen’nya bertarung.

Tentu peluang besar dan saling menguntungkan antara calon senator yang perlu mengajak pemilih satu persatu dengan partai yang saat bersamaan para calonnya berkampanye.

Faktor afiliasi partai, selain kharisma, dukungan finansial dan kekuatan basis massa, jadi penentu. Siapa saja mereka dan apa modal kekuatan serta jurus andalan yang ditampilkan, mari kita didis (iris tipis-tipis).

Emma Yohana & Muslim Yatim

Kondisi tergambar jelas pada keempat incumbent, Emma Yohana, Muslim Yatim, Alirman Sori dan Leonardi Harmainy. Afiliasi partai sangat mewarnai keunggulan mereka, terlebih Muslim Yatim. Masa pengabdian tiga periode sebagai anggota DPRD Sumbar, masih anyar di ajang pemilihan DPD tahun 2019 dan terpilih. Mengulang jejak Leonardi Harmainy periode sebelumnya dan Alirman Sori periode sebelumnya lagi.

Soliditas kader PKS dan rekam jejak terjaga pada politisi senior asal Agam ini membuat peluangnya kali ini menduduk pamuncak, bersaing ketat dengan Emma Yohana. Lepas dari faktor ‘galodo’ Prabowo-Sandi tahun 2019, maupun peluang Bacapres Anies Baswedan di pemilu 2024 namun kerja fokus, terukur dan presisi Muslim Yatim menjadikan top DPD Sumbar amat dinamis.

Sekalipun Emma Yohana tetap unggulan utama menduduki kursi teratas, namun harus bekerja lebih keras agar konstituennya tidak tergerus oleh new comer dengan strategi dan pola kekinian.

Meski basis massa di daerah asal Pasaman dalam genggaman, ditambah kesolidan team yang banyak diperkuat aktivis perempuan dan HMI, namun kecenderungan pemilih kepada kebaruan menjadi tantangan tersendiri. Puncak suara pribadi 530.834, melebihi pemilih Jokowi-Maruf sepertinya sulit terulang. Kenaikan suara signifikan dan terus menanjak di tiga kali kontestasi kali ini diuji serius untuk bisa mempertahankannya.

Setelah duo top yang telah meng’kapling’, sederet nama tenar bersitungkin memperebutkan dua kursi tersisa. Mantan Ketua DPD Irman Gusman, incumbent Leonardi Harmainy, mantan Bupati 50 Kota Irfendi Arbi dan mubaligh Jelita Donal (Jel Fathullah) menempati grup yang kita istilahkan kluster Unggulan.Untuk pertama kali segmen baru berpeluang melenggang ke Senayan. Dai muda Jelita Donal dan mantan Bupati Irfendi Arbi menjadi wakil kalangan,menyelip di antara nama-nama politisi langganan kursi legislatif.

Kluster Unggulan

Siapa yang tidak kenal Irman Gusman. Sejak ‘DPD terkembang’ politisi kawakan ini selalu berada pada garda terdepan. Tidak perlu ditulis jumlah pemilihnya, yang jelas setiap ikut selalu teratas.

Sekiranya tidak tersandung operasi tangkap tangan KPK rasanya tidak tertahankan, satu tiket ditangan. Meski kini menghirup udara bebas, namun kejadian fatal menasional dengan cover berita cukup intens menjadi catatan sejarah sekaligus tantangan serius.

Bagaimana pula publik Sumbar menyikapi persoalan yang akhir-akhir ini kerap bersentuhan dengan politisi comeback, seperti Romahurmuzy dan Andi Malarangeng, mempengaruhi posisioningnya. Lepas dari kondisi kesehatan, namun ketidakhadiran di KPU saat mendaftar padahal ada di Padang, menimbulkan spekulasi, sepertinya masih ada problem yang belum tuntas dan berpotensi menyandera perjalanan politik Irman.

Politisi senior Leonardi Harmainy masih berpeluang melanjutkan pengabdiannya, meski dengan beberapa catatan. Kekuatan partai yang ditopang kebesaran nama keluarga kali ini tidak sedahsyat lalu. Meski bersama besannya masih menjabat, namun tidak solid membackup.

Termasuk menantunya, Hendri Septa, yang mati-matian mempertahankan kursi BA 1 A. Tidak kalah pentingnya adalah ikut serta Hendra Irwan Rahim, yang jam terbang dan massa Golkarnya jelas beririsan. Alhasil suara ke empat bisa melorot kalau Bang Leo tidak menemukan strategi moncer.

Selanjutnya Irfendi Arbi. Dengan kekuatan real didaerah Payakumbuh-50 Kota rasanya tidak ada yang membantah kalau kita bicara kepopuleran Mak Pen, panggilan akrabnya.

Sederet jabatan publik dengan kuantitas jelas dukungan masyarakat pada figur humble ini menjadi jaminan kalau keseriusan maju ke nasional bukan sekedar maramikan alek.

Kekalahan tipis diputaran kedua Pilkada 50 Kota 2010 dengan meraih 70.064 suara. Lalu unggul dengan suara 50.733 (32,72%) di Pilkada 2015, dan terakhir ‘terganjal’ tidak bertanding, membuat Mak Pen diprediksi tidak tertahankan di daerahnya. Belum cukup memang, tapi paling tidak jalan terbuka lebar.

Kepiawaian merangkul generasi muda, keluwesan menyapa warga dan kedekatannya pada media menjadi modal berharga. Ditambah dengan pengalaman sebagai mantan anggota DPRD kota Padang dan pergerakan mesin alumni pertanian Unand yang terkenal solid dan saling menyokong.

Mungkinkah semua ini cukup untuk menuntaskan cita-cita koleganya dari Solok, Desra Ediwan sebagai mantan kepala daerah pertama yang duduk di DPD. Pada pemilu 2019 mantan wakil bupati Solok itu bercokol diposisi ke lima.

Nama teranyar namun mengejutkan kehadiran kali ini tertumpang pada Jelita Donal alias Jel Fathullah. Belum ada data pembanding untuk mendapatkan seberapa besar peluang secara eksak maupun dari track record yang bersentuhan langsung dengan dunia politik.

Namun dengan jumlah syarat KTP terbesar, lebih dari lima ribu di 19 kabupaten/kota, bisa diraba seberapa besar potensi pemilihnya. Gemuknya massa religius membuat ustadz Jel menjadi ancaman serius, meski sebenarnya potensi massa pendukung mirip dengan calon lain, seperti dengan Muslim Yatim dan Abdul Aziz.

Kluster Potensial

Pada lapis berikutnya figur dengan aneka prestasi yang cukup dikenal publik berpeluang meloncat masuk grup atas. Perlu perjuangan ekstra menggeser dua level diatas, diidentifikasi sebagai kluster Potensial.

Bukan hal yang tidak mungkin, namun sejumlah nama yang bekerja cerdas pada detik-detik terakhir bisa membuat kejutan. Sebut nama Nurkhalis, Desrio, Hendra Irwan Rahim, Mevrizal dan Arif Yumardi adalah di antaranya.

Nurkhalis, pernah menjajaki DPD dengan suara signifikan, 161.714 suara. Namun perkembangan teranyar, tampil sebagai calon wakil Bupati 50 Kota pada Pilkada 2020 menempati juru kunci dengan suara 25.198.

Bisa menjadi parameter kalau dukungan kepada Nurkhalis rentan bergeser. Demikian pula mantan Ketua DPRD Sumbar Partai Gerindra Desrio, peraih 20.340 suara Dapil Sumbar I atau Hendra Irwan Rahim, anggota DPRD partai Golkar dengan 10.430 suara Dapil Sumbar 6. Dukungan partai yang terpecah pada Hendra dan soliditas partai Gerindra yang kurang berpihak pada Desrio membuat kedua figur ini agak tertatih menjejak kolega yang telah lebih dahulu menikmati naik kelas ke Senayan.

Selebihnya, calon seperti Arif Yumardi, Komisioner Komisi Informasi Sumbar Arif Yumardi, pengacara handal yang juga Sekretaris Peradi kota Padang Mevrizal, penggiat otomotif milenial yang kerap mempromotori iven bergengsi Younder Alvarent serta penggagas gerakan sumbangan Sejuta Sajadah Rifo Darma Saputra, sejauh ini telah menunjukkan karya di komunitasnya masing-masing.

Maka sudah sewajarnya kalau amanah lebih luas menjadi ladang bakti berikutnya.Termasuk yang mencoba mengekplorasi ketokohan keluarga, seperti Yuri Hadiah (isteri Ketua DPW PAN Indra Rajo Lelo), Cerint Irraloza (anak anggota DPRD Imral) dan Nasta Oktavian, putera mantan Wakil Gubernur Nasrul Abit.

Nama lain, seperti Dirri Udzuzulan, Yong Hendri, Devie Erawati, Yudi Yulis Satria tidak bisa diabaikan. Mereka ini petarung yang merasakan pahit getir berkampanye. Raihan suara caleg DPR RI Devie Erawati 3.496 dan Yudi Yulis Satria 2.671, bisa beranak pinak kalau memang nasib berpihak. Sementara mantan anggota DPRD Padangpariaman Dirri Uzhzhulam dan Yong Hendri, calon DPD periode 2009-2014 belum dapat diakses data kekuatan elektoralnya.

Penutup

Meski dominasi calon daerah Luhak nan Tigo plus Pariaman Laweh dan Solok Raya, dengan menyisakan seorang wakil dari Sijunjung dan Pasaman.

Disayangkan Sawahlunto dan kerabatnya, Dharmasraya, plus Mentawai belum meloloskan tokohnya. Khusus Pesisir Selatan menarik dicermati. Imbas tidak majunya Alirman Sori memicu figur asal Pessel berlomba tampil. Tidak kurang 5 (lima) orang putera/i asal daerah yang terkenal solid ini, yaitu Arif Yumardi, Cerint Irraloza, Nasta Oktavian, Younder Alvarent dan Yudi Yulis. Apakah akan meneruskan tradisi, atau mengulang sejarah sekali tampi sekali kosong, mari kita lihat lekat tangan Putera Pesisir.

Apapun itu, patut kita ucapkan selamat berkompetisi kepada para calon tersebut, termasuk kepada pendaftar nomor lima Abdul Aziz, Fatri Hayani dan Jhoni Afrizal yang keseluruhan mereka dengan kesadaran tinggi ikut berpartisipasi dalam helat demokrasi kali ini.

Tugas kita memilih yang terbaik sesuai nurani. Masih banyak tahapan bakal dilalui, harapannya tentu mereka ber 26 ini membuat tinta emas kalau ekosistem demokrasi adalah perjuangan sakral untuk kemajuan dan kemaslahatan negeri dan nagari.

Silahkan berkompetisi, lakukan yang terbaik. Jadilah contoh bagaimana berdemokrasi yang gembira dan mensejahterakan. Semoga…(analisa)