Menguji Survey dengan Hitungan Manual

oleh -693 views
oleh
693 views
Hasil survey apakah segaris dengan hitungan manual, bersabar menanti hingga hitungan manual.(foto: dok)

Jakarta,—Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Adi Prayitno memprediksi hasil Pilpres 2019 tidak akan terpaut jauh dari hasil jajak pendapat sejumlah lembaga survei.

Pasangan capres nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf Amin, unggul atas penantangnya pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Tapi apakah survey sama dengan penghitungan manual tentu menunggu pasca hari pencoblosan dan penghitungan 17 April.

“Kalau melihat kecenderungan trend survei, tetap Jokowi yang unggul. Di (hasil) survei itu kan nyaris tidak ada pergerakan signifikan melampaui elektabilitas Jokowi, terutama survei-survei yang dikeluarkan oleh lembaga yang secara reguler melakukan survei. Bukan lembaga survei yang hanya muncul 5 tahun sekali,” kata Adi di Jakarta, Senin 15/4.

Beberapa hari menjelang hari tenang Pemilu 2019, sejumlah lembaga survei merilis hasil jajak pendapat mereka. Charta Politika menempatkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf di angka 55,7 persen, sementara tingkat keterpilihan pasangan Prabowo-Sandiaga sebesar 38,8 persen. Hasil survei teranyar Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang dirilis pada Jumat, 12 April lalu, juga hampir senada. Jokowi-Ma’ruf Amin unggul dengan 56,8 persen dan pesaingnya 37 persen.

Pasangan capres nomor 01 juga unggul berdasarkan survei Indo Barometer dengan 59,9 persen sedangkan Prabowo-Sandiaga sebesar 40,1 persen. Lembaga Survei Median juga menggulkan petahana meski selisihnya tipis. Jokowi-Ma’ruf 47,2 persen dan Prabowo-Sandiaga 39,5 persen.

Menurut Adi, jika melihat tren survei kecendrungannya Jokowi unggul di Pilpres nanti. “Unggulnya bisa dua digit atau satu digit. Kalau toh didiskon jadi satu digit, Jokowi kan tetap unggul. Itu artinya selama kampanye, debat kandidat, itu memang tidak terlampau mengubah peta politik,” kata Adi.

Kalaupun ada tren kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandi, kata dia, itu berasal dari swing voter sebab basis pemilih Jokowi juga trennya naik. Ini juga bisa diterjemahkan bahwa swing voter mengalami penurunan hingga terkikis menjadi 7 persen.

“Artinya tidak ada migrasi pemilih dari 01 ke 02. Kecenderungannya hanya saling memperebutkan swing voter itu. Jokowi tidak memiliki tren turun, prabowo juga demikian. Artinya strong voter kedunya tidak ada yang pindah,” ujarnya.

Adi berpendapat, hasil Pilpres 17 mendatang tidak akan jauh berbeda dari kebanyakan hasil survey.

“Kalaupun ada kecendrungan berubah, berubahnya tidak akan terlalu banyak. Misalnya diprediksi menang 10-15 persen, kalaupun toh error, (margin erros) survei itu kan 4 persen. Paling jatuhnya menang 10-11 persen. Itu margin error yang masih bisa ditoleransi,” jelasnya.

“Kalau tak ada tsunami, kiamat, atau tidak ada badai besar, kecenderungan berubahnya kecil. Kalaupun ada itu karena pengaruh agama atau identitas, tapi tidak akan terlampau signifikan,” katanya lagi. Kalau masih normal-normal seperti saat ini, hasil-hasil survei itu realable. Kalau kalau tidak 100 persen ya masih dalam batas margin error,”

Tapi hasil survey dan fakta penghitungan manual tentu harus berkaca juga dengan hasil survey Pilkada seperti DKI Jakarta, Jawa Barat maupun Jawa Tengah.

Nah sebaiknya untuk pasti bagaimananya harus bersabar menanti penetapan hitungan manual KPU yang menjadi rujukan legal hasil Pemilu 2019.(rilis)