Menuju Pemilihan Presiden 2024: Membangun Koneksi Emosional Dengan Gen Z Lewat Penggunaan Sosial Media

oleh -618 views
oleh
Ibnu Sandova (dok)

SEPERTI yang kita ketahui tak lama lagi akan diadakan pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia pada tahun 2024. pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia merupakan momen krusial dalam sejarah politik negara ini.

Pada saat pemilihan, rakyat Indonesia akan memiliki hak suara untuk memilih calon presiden dan wakil presiden yang dianggap paling sesuai dengan visi dan nilai-nilai yang mereka percayai.


Proses pemilihan ini melibatkan kampanye, debat, dan pemungutan suara yang melibatkan jutaan warga negara. Hasil dari pemilihan ini akan memiliki dampak besar terhadap arah politik, ekonomi, dan sosial Indonesia dalam tahun-tahun mendatang.

Saat ini Indonesia menghadapi pemilihan presiden yang menarik dengan tiga kandidat utama yaitu Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan. Setiap kandidat memiliki keunggulan dan kelemahan yang mencerminkan beragam aspek kepemimpinan dan visi mereka.

Untuk mencapai pengaruh yang signifikan terutama di kalangan Gen Z yang melek akan digital, seorang Capres harus membentuk citra yang membangun koneksi emosional masyarakat.

Seorang Capres  perlu tampil sebagai pemimpin yang tidak hanya memahami, tetapi juga merangkul nilai nilai seperti inklusivitas, keberagaman dan keberlanjutan lingkungan hidup yang ada di Indonesia.

Di era digital ini, para Capres harus memanfaatkan platform sosial media dengan mengunggah konten-konten kreatif untuk menyampaikan pesan-pesan mereka. Video pendek, podcast, dan kampanye secara daring dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat, terutama Gen Z.

Penting  bagi para Capres untuk memperhatikan isu-isu kritis yang relavan bagi masyarakat. Namun,  mereka  juga perlu diawasi agar  tidak blunder dan memancing percikan yang dapat menimbulkan berbagai respon negatif dari masyarakat terkhususnya Gen Z dalam menggunakan sosial media. 

Para Capres harus memperhatikan tata bahasa yang  akan mereka gunakan dan menghormati semua lapisan masyarakat, serta menghindari retorika yang memicu konfik atau perpecahan.

Mereka juga harus mampu menyampaikan ide-ide kompleks mereka dengan cara yang jelas dan mudah dipahami oleh semua orang. Kesadaran akan dampak kata-kata yang akan mereka ucapkan dapat membantu  mereka dalam  membangun citra positif dan menghindari kontroversi yang dapat merugikan kampanye mereka.

Selain itu, dengan menciptakan kesempatan bagi Gen Z untuk berpartisipasi dalam proses politik, mendengarkan aspirasi mereka, dan mengintegrasikan gagasan-gagasan yang  inovatif dari kalangan ini dapat membangun dukungan yang kuat.

Dengan mendekati masyarakat secara autentik, inklusif, dan menggunakan sosial media dengan bijak, seorang capres dapat mengubah perspektif Gen Z dan memenangkan hati serta pikiran mereka pada pemilihan presiden 2024.

Partisipasi aktif Gen Z dalam pemilihan presiden pada tahun 2024 adalah hal yang menggembirakan. Dengan jumlah pemilih sebanyak 46.800.161 atau sekitar 22,85% dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT),  Gen Z memiliki potensi besar dalam menentukan arah masa depan Indonesia. Keterlibatan mereka mencerminkan minat dan kepedulian terhadap proses demokrasi, serta menunjukkan bahwa generasi muda ini memiliki peran yang signifikan dalam membangun bangsa.

Partisipasi aktif Gen  Z juga mencerminkan semangat untuk memahami isu-isu politik dan sosial yang memengaruhi negara mereka. Dengan mengoptimalkan keterlibatan mereka dalam pemilihan presiden, dapat diharapkan bahwa kebijakan-kebijakan yang mencerminkan kebutuhan dan aspirasi generasi muda dapat mendapatkan perhatian yang layak.

Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin dan calon presiden untuk memahami dan merespons tuntutan serta harapan Gen Z. Dengan cara ini, pemerintah dapat merumuskan kebijakan-kebijakan yang relevan dan berkelanjutan, sehingga Indonesia dapat terus maju dan berkembang sesuai dengan cita-cita bersama generasi muda.(analisa)

Oleh: Ibnu Sandova

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Andalas