Mesjid Hidayatullah Bergaya Arsitektur Minangkabau Modern Diresmikan Gubernur Mahyeldi

oleh -469 views
oleh
469 views

Padang–Masjid Hidayatullah diresmikan pada hari Jum’at, tanggal 11 November 2022 ( 16 Rabiul Akhir 1444 H) oleh Gubernur Sumatera Barat, Buya Mahyeldi Ansharullah.

Masjid Hidayatullah berada di Jl. Raya Ampang Pulai, Kenag. Jinang Kampung Pansur, Kec. Koto XI Tarusan, Kab. Pesisir Selatan. Kurang lebih 100 m dari pintu gerbang masuk Kawasan Wisata Mandeh via Kec. Koto XI Tarusan.

Masjid Hidayatullah didirikan dan diwakafkan oleh keluarga Besar Alm. Rusniman Rajo Basa, merupakan salah satu anggota keluarga yang memiliki inisiatif dan juga memberikan usulan untuk mendirikan Masjid di tanah milik keluarga, namun Almarhum lebih dulu di panggil ke Rahmatullah, untuk mengenang semangat Almarhum untuk mendirikan sebuah masjid maka masjid ini diwakafkan atas nama Keluarga Besar Alm. Rusniman Rajo Basa, dan kemudian diberi nama sesuai dengan nama yang di usulkan oleh almarhum semasa hidup, yaitu Masjid Hidayatullah.

Masjid Hidayatullah ini dirancang oleh Ar. Renggo Pernanda, IAI dari Archividea Desain Indonesia, dengan Site Engineer Rido Winardo dan kepala divisi logistic Ricky Azmi. Arsitek yang sebelumnya berkiprah di kancah Nasional ini merupakan putra lokal yang berasal dari Kenagarian Ampang Pulai, saat ini senantiasa berupaya memperbaiki wajah kampung halaman dengan rancangan karya-karya arsitektur unik dan kontras di Sumatera Barat, terutama di Kawasan Mandeh, Kec. Koto XI Tarusan.Kab. Pesisir Selatan.

Konsep bangunan Masjid Hidayatullah berlandaskan kepada “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah, Desain bangunan dengan garis vertikal meruncing ke atas sebagai garis imajiner “Habluminallah” yaitu hubungan antara Manusia dengan Allah, dan garis horizontal kemudian menghujam ke bawah sebagai garis imajiner “Habluminannas” hubungan antara manusia dengan sesama manusia.

Masjid Hidayatullah berupaya menampilkan sosok arsitektur Minangkabau modern, berdiri ditengah -tengah environtment masyarakat saat ini, diharapkan mampu melekat secara nurani dan psikologis terhadap umat muslim Minangkabau masa kini. Sebagai Regenerasi baru Arsitektur Minangkabau yang akan menjadi karakter, identitas baru,diharapkan dapat memunculkan rasa memiliki dan mendorong jamaah untuk merawat, menjaga dan memakmurkan Masjid Hidayatullah ini, sehingga keberlangsungan “Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah” dapat dirasakan berkelanjutan dan terus menyesuaikan diri secara organic sesuai perkembangan zaman pada saat ini.

Bangunan Masjid Hidayatullah direncanakan satu lantai namun menampilkan aksen bangunan masjid ini seperti bangunan panggung, dinding eksterior menggantung tidak menyentuh lantai, merepresentasikan Rumah Gadang Kajang Padati, Representasi bangunan panggung di perkuat dengan aksen Pilar – Pilar Masjid yang diadopsi dari bentuk lengkung menyerupai “Itiak Pulang Patang”

Dinding Masjid Hidayatullah dirancang menggunakan prinsip Perforated Wall memanfaatkan sirkulasi angin Laut yang berhembus pada siang hari melawati Site Masjid.
Desain perforated wall menampilkan kaligrafi kufi dengan lafadz 99 Asmaul Husna yang berfungsi sebagai ventilasi udara, dinding yang menghadap arah kiblat menampilkan kalimat Syahadat yang bertuliskan lafadz “Ashaduallailahaillallah wa Ashaduanna Muhammadarrasulullah”. 40 persen dinding masjid merupakan lobang-lobang angin yang di lalui udara bergerak sehingga Masjid Hidayatullah diperkirakan dapat berfungsi normal tanpa menggunakan AC.

“Arsitektur minangkabau semestinya tidak dianggap final, generasi kita mestinya mampu melanjutkan eksplorasi arsitektur Minangkabau yang mampu beradaptasi dengan berbagai fungsi baru pada masa modern tanpa meninggalkan karakteristik / identitas bangunan di ranah minang. Eksplorasi desain Masjid Hidayatullah berupaya menjangkau masa lalu dan menghubungkannya dengan masa saat ini sehingga diharapkan tercipta benang merah perjalanan Arsitektur Minangkabau dari waktu ke waktu.” Ar. Renggo Pernanda, IAI