Momentum Harkitnas Ayo Bangun Generasi Millenial Berjiwa Pahlawan

oleh -361 views
oleh
361 views

Padang — Anggota DPR RI asal Sumatera Barat II, Hj. Nevi Zuairina ketika mendengar kata pahlawan, langsung teringat banyaknya tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan yang dimiliki oleh negara ini.

Apalagi Pahalwan berdarah Minangkabau, Nevi hapal dengan Tuanku Imam Bonjol, M Hatta, Tan Malaka, Rahmah El Yunusiyah, Rohana Kuddus, M Natsir, dan Masih banyak pahlawan lainnya.

“Beliau itu adalah para pahlawan bangsa yang berjuang dengan sangat keras merebut kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia, momen Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) 20 Mei mesti jadi momen membangun generasi millenial berjiwa pahlawan” ujar Hj Nevi Zuairina, Rabu 19 Mei 2021.

Jika dulu kata Hj Nevi Zuairina pahlawan adalah orang yang mengangkat senjata untuk mengusir penjajah, bagaimana dengan sekarang?.

“Masihkah pahlawan dipersepsikan demikian? Secara definisi, pahlawan adalah warga negara yang melakukan tindak kepahlawanan, berjasa dan berkorban untuk bangsa dan negara, serta tidak melakukan tindakan yang menodai nilai perjuangannya,” ujar politisi perempuan PKS di DPR RI itu.

Dalam UU No 20/2009 kata Nevi juga disebutkan, orang yang menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi bangsa dan negara juga mencirikan nilai kepahlawanan.

“Artinya setiap warga negara memiliki kesempatan untuk bisa menjadi pahlawa,” ujar Hj Nevi.

Legislator Sumatera Barat II ini ketika berjumpa dengan anak-anak muda generasi milenial Sumbar, mengingatkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang terus mengingat jasa pahlawannya.

Namun, sebagai bangsa yang besar di era digitalisasi teknologi informasi yang terus berkembang, sangat perlu mengingat tentang heroisme para pejuang negeri ini.

Semangat Heroisme ini sebut Nevi Zuairina mesti ditransformasikan sebagai keberanian generasi milenial untuk berkontestasi menggunakan ide-ide kreatif yang meluas pada spektrum antarnegara bahkan lintas benua.

“Saat ini, tantangan bangsa kita tidak lagi berjuang menghadapi musuh berupa negara-negara penjajah. Itu tantangan satu abad hingga tujuh dekade yang lalu, ketika kolonialisme masih menjadi bagian dari interkoneksi antarbangsa. Tantangan pada masa kini, pada era digital, tentu sangat berbeda yakni dengan segenap kompleksitas persaingan ekonomi, diplomasi lintas negara, kontestasi identitas, hingga perebutan energi antarkorporasi, “jelas Nevi.

Politisi PKS ini menggambarkan, bahwa hidup pada zaman di mana inovasi digital menjadi bagian dari anugerah sekaligus musibah bagi manusia masa kini.

Kita kata Nevi hidup pada zaman dimana narasi kepahlawanan dicatat dengan cara yang berbeda dibandingkan tujuh dekade silam. Dengan percepatan inovasi teknologi, serta tumbuhnya perusahaan raksasa di bidang digital, riset-riset untuk mencipta mesin-mesin canggih yang dilengkapi artificial inteligence (AI) sangat memanjakan manusia.

Anggota Komisi VI DPR RI ini melanjutkan, bahwa Indonesia sedang menghadapi tantangan zaman berupa masuknya teknologi yang demikian masif, namun belum dibarengi dengan literasi digital yang signifikan.

Apalagi teknologi 5G yang kecanggihannya 100 kali lipat dari saat ini akan segera rislis di masyarakat di mana semua dukungan akan lambat laun akan mengikuti dengan cepat.

“Tantangan terbesar bangsa ini yakni bagaimana memanfaatkan kreatifitas di bidang teknologi, inovasi media, hingga kecanggihan AI untuk menyebarkan kebaikan yang merata. Jika kita tidak sanggup menghadapi gelombang pasang teknologi, maka bencana menghadang di depan mata, “ujar Nevi.

Nevi manambahkan, lapisan generasi Indonesia masa kini dan mendatang menghadapi tantangan yang sama sekali berbeda dengan apa yang diperjuangkan pendiri bangsa.

Jejak heroik para pahlawan bangsa harus diperas saripati dan teladannya untuk ditransformasikan pada masa kini. Kerja keras, kreativitas, keteguhan, solidaritas, sekaligus integritas sebagai bagian dari bangsa Indonesia harus dihadirkan pada perebutan kekuatan dan kreativitas di era ini.

“Pahlawan-pahlawan milenial haruslah tampil untuk menjadikan bangsa Indonesia tidak sebagai pasar digital, namun sebagai pemain aktif dalam kontestasi digital masa kini. Di masa yang akan datang, estafeta kepemimpinan bangsa ada di pundak anak-anak muda penerus jalan gerak nya bangsa ini. Bangkit terpuruknya bangsa ini di masa depan, akan sangat bergantung kualitas kekuatan anak-anak muda generasi milenial saat ini,”ujar Nevi Zuairina.(rilis: nzvoice)