Moralitas Remaja, dan Membangun Kepedulian

oleh -431 views
oleh
431 views
Khairul Ikhwan (foto: dok)

Oleh: Dr. Khairul Ikhwan

(Dosen STKIP ADZKIA)

MASIH segar diingatan kita beberapa peristiwa a moral yang melanda remaja kita, pertama seorang Siswa bernama KK (17) meninggal dunia setelah terlibat perkelahian dengan siswa SMA berinisial NR pada Sabtu (6/2/2021) yang juga masih berusia 17 tahun dan tercatat sebagai salah satu siswa SMA di Bukittinggi.

Perkelahian berujung maut itu berlangsung di kawasan Belakang Balok, Kota Bukittinggi. Kejadian berawal dari percakapan via WhatsApp antara pelaku dan korban. Keduanya terlibat cekcok, karena pelaku berpacaran dengan mantan korban.

Ketika korban dan temannya sampai di lokasi yang telah dijanjikan, korban turun dari sepeda motor dan pelaku langsung memukul kepala korban menggunakan helm hingga korban terjatuh ke aspal.

Perkelahian itu sempat dilerai warga yang berada di sekitar lokasi. Lantas, korban yang mengalami luka parah dilarikan ke rumah sakit. Malangnya, nyawa korban tidak tertolong dan meninggal dunia di RS Yarsi Bukittinggi.

Ini diantara kejadian a moral yang menggegerkan Sumbar, kejadian perkelahian maut asmara belum pernah terjadi selama ini. Belum selesai kasus ini muncul lagi kasus atau kejadian remaja melakukan aborsi di Padang dengan cerita seperti di bawah ini.

Bahwa ada pasangan suami istri yang merupakan otak dari praktek aborsi di Kota Padang, Sumbar. pihak penegak hukum sudah menangkap dua pasangan remaja yang masih berstatus mahasiswa. Mereka diantara puluhan atau ratusan pasangan yang melakukan tindakan aborsi yang dibarengi dengan kegiatan mengkonsumsi obat kuat.

Modus aborsi yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang berinisial I (50) dan S (50) ini adalah dengan menjual obat keras untuk menggugurkan kandungan. Sasarannya adalah perempuan hamil di luar nikah yang mau membeli mahal dan sangat membutuhkan.

Ternyata dari hasil pemeriksaan pasangan suami istri tersebut terbukti telah mengedarkan obat keras untuk menggugurkan kandungan secara cepat ini semenjak tahun 2018 sampai sekarang.

Belum lagi maraknya kasus narkoba yang akhir-akhir ini banyak bandarnya ditangkap oleh pihak kepolisian. Cerita di atas membuat semua orang prihatin. Sumbar yang dikenal dengan masyarakatnya yang menjalankan “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABSSBK)”, ternyata tidak nampak lagi di akar atau di tengah masyarakat.

Tapi kasus-kasus a moral yang merajalela, kasus a moral yang muncul di media massa tersebut menunjukkan bahwa Sumatera Barat sudah memudar adatnya, tersingkir budaya ABS-SBK yang sangat memprihatinkan. Sehingga dianggap perlu secepatnya dicarikan solusi perbaikannya.

Menurut Penulis, kita tidak perlu mengutuk kegelapan yang terjadi di kalangan anak remaja, anak sekolah, mahasiswa. Namun mari sama-sama mencarikan solusi agar kerusakan moral ini tidak semakin memburuk dan terlanjur menjadi kebiasaan bahkan budaya baru.

Sekarang semua anak remaja, terutama pelajar dan mahasiswa kembali belajar di kampus, dan di sekolah yang satu tahun terakhir sebelumnya pernah berhenti karena adanya pandemi covid-19. Ketika proses balajar mengajar sudah terjadi maka pembinaan terhadap anak didik berprilaku bermoral akan kembali dilakoninya.

Orang tua selaku benteng pertama membina, mendidik anak juga tetap memberikan perhatian yang khusus, agar anak remaja diketahui aktivitas keseharian, mereka akan berprilaku baik sehingga mereka tidak berkehendak untuk berbuat a moral di tengah masyarakat.

Disamping Pemerintah diharapkan harus terus menerapkan kebijakan yang berpihak pada antisipasi kerusakan moral. Membangun aturan yang mendukung nilai-nilai luhur agar tetap tertanam di tengah masyarakat.

Selanjutnya juga membuat program atau kegiatan yang bisa menghentikan sumber permasalahanya seperti kegiatan rutin SatPol PP merazia prilaku a moral tersebut.

Berikutnya menertibkan cafe-cafe, diskotik, ataupun tempat perkumpulan remang-remang yang akan berpotensi membuat kasus a moral bisa tumbuh dan terjadi. jika diperlukan semua cafe-cafe, diskotik tersebut perlu mendapat izin khusus dan juga menetapkan atau memakai konsep wisata halal di Sumbar.

Selain Pemerintah Daerah, sudah tentu semua elemen masyarakat juga ikut andil dengan selalu menegur para remaja yang sudah menjurus prilaku a moral, menindak bersama-sama setiap penyimpangan yang terjadi.

Peran masyarakat penting untuk membangun moral baik di kalangan remaja, anak sekolah, mahasiswa, dengan membentengi mereka dari prilaku buruk. Sikap tersebut sangat efektif karena mereka berada di tengah masyarakat setiap waktu.

Agar prilaku a moral ini tidak mudah dilakukan, diperbuat maka aparat hukum harus menindak tegas, memberikan hukuman secara tegas dan berat pada pelaku. Jika hukum ditegakan maka semua orang akan takut, patuh, lalu tertib dan taat secara hukum, serta tindakan a moral bisa berangsur hilang.

Sehubungan petugas penegak hukum terbatas jumlahnya bisa jadi mengandalkan ketegasan hukum juga tidak menyelesaikan masalah, untuk itu kepedulian masyarakat untuk menghidupkan kontrol sosial sangat dibutuhkan. Kepedulian mesti ditumbuhkan dari lingkungan terkecil seperti tetangga, kemudian kelompok masyarakat sampai pada tingkat lingkungan yang lebih besar. Masyarakat mesti mencegah terjadinya perbuatan yang melanggar norma susila, dengan menghidupkan kembali sanksi sosial.

Tulisan ini mengingatkan semua bahwa kasus a moral sangat memprihatinkan saat ini. dengan ada penjelasan di atas akan mengugah semua pihak bahwa ke depan mari sama-sama bangun sosial budaya agar penyimpangan moral tidak terjadi lagi di Sumatera Barat.
Bahwa kemuliaan peradaban suatu bangsa haruslah dibangun dengan moral, adab dan akhlak yang mulia, tidak cukup hanya dengan membangun infrastruktur. Kalau mental dan moral suatu bangsa bejat dan hancur, percayalah, bangsa dan negara itu berada di ambang kehancuran, sebagaimana yang pernah ditulis oleh Syaikh Musthafa Al-Ghilayini dalam Idzatun Nasyi’in, dengan mengubah sebuah syair; “Maju dan mundurnya suatu bangsa, tegak dan runtuhnya suatu negara, tergantung kepada moral dan akhlaknya, apabila moral dan akhlaknya baik, maka baiklah suatu bangsa dan negara itu, tapi apabila moral dan akhlak bangsa jelek dan bobrok, maka hancurlah bangsa dan negara itu”.

Wallahu’alam..

(analisa/rewrite-terasutama-padek/070321)