Museum Imam Bonjol Butuh Kunjungan

oleh -319 views
oleh
319 views
Musium Tuanku Imam Bonjol saksi sejarah heroiknya ulamamdan panglima. perang Paderi. (dok)

Oleh: Montheza

Kontributor pasaman.net

TUANKU Imam Bonjol yang dikenal sebagai seorang ulama dan juga jenderal lapangan perang Padri. Sejatinya Tuanku bernama asli Muhammad Shahab, beliau ahir di Kecamatan Bonjol Pasaman.

Pemimpin gerakan yang berperang melawan Belanda ini diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI pada November 1973. Lalu sebagai bentuk penghargaan masyarakat Sumatera Barat untuk jasanya maka didirikan museum Tuanku Imam Bonjol pada tanggal 1998 sebagai wadah untuk mengenang kisah heroik perjuangan beliau yang mampu menggerakkan perjuangan melawan kolonialisme di Ranah Minang.

Kisah heroik Tuanku yang diabadikan museum di Kecamatan Bonjol Pasaman ini, popularitasnya di masyarakat mengalami dinamika naik dan turun.

Hal ini diungkapkan oleh Pak Denny selaku pengelola museum. Pak Denny mengungkapkan bahwa pada hari normalnya mayoritas pengunjung museum didominasi oleh kunjungan rombongan study tour anak sekolah dan juga wisatawan mancanegara seperti Malaysia dan negara lainnya. Namun Pak Denny mengungkapkan untuk kunjungan dari masyarakat umum terutama untuk generasi muda masih kurang jumlahnya.

Fenomena ini secara sosiologis tentunya hampir merata di seluruh wisata museum di Indonesia, di mana ketertarikan generasi saat ini untuk menggali dan mengagumi museum secara kuantitas dirasa masih berkurang minatnya.

Namun tentu selalu ada upaya dalam meningkatkan daya tarik masyarakat terutama generasi muda dalam meminati literasi sejarah, karena pentingnya sejarah supaya manusia di generasi selanjutnya bisa menjadikan peristiwa di masa lampau tersebut sebagai pelajaran serta pengalaman penting. Sehingga nilai dan semangat dari sebuah entitas dan kebudayaan mampu terjaga.

Video terlampir

<iframe width=”560″ height=”315″ src=”https://www.youtube.com/embed/khza1jc7QF8″ title=”YouTube video player” frameborder=”0″ allow=”accelerometer; autoplay; clipboard-write; encrypted-media; gyroscope; picture-in-picture” allowfullscreen></iframe>

Berbagai cara ditempuh oleh pengelola museum Imam Bonjol, salah satunya dengan mendigitalisasi informasi yang ada di museum tersebut, salah satunya dengan menyediakan barcode yang langsung bisa terhubung kepada website yang memuat informasi dari benda yang sedang dipindai tersebut.

Artinya pengunjung tidak perlu repot lagi untuk mengolah informasi, seperti contoh rombongan study tour yang terbiasa mencatat sebagai laporan studinya saat ini hanya perlu dengan scan barcode lalu informasi bisa dibawa pulang. Upaya lainnya dihadirkan beberapa titik selfie yang mampu mengundang kaum muda agar bisa merekam foto mereka yang harapannya dibagikan ke sosial media.

Museum Imam Bonjol menjadi saksi sejarah dari bertapa hebatnya semangat keagamaan dan kepemimpinan Tuanku Imam Bonjol dalam upaya melawan kebatilan pada zaman kolonial.

Harusnya menjadi kebanggaan yang mampu diadopsi oleh masyarakat Minang dan khususnya masyarakat Pasaman, dimana tokoh pahlawan nasional pernah hadir dan berjuang dari ranah Pasaman, sehingga jika masyarakat membawa nama Pasaman di kehidupannya di perantauan maka akan dengan mudah dikenali asalnya, minimal dengan ungkapan “tempat Tuanku Imam Bonjol”.

Semoga upaya dari pengelola Museum Imam Bonjol yang dinahkodai oleh Pemda Pasaman mampu meningkatkan minat dari pengunjung umum, terutama bagi masyarakat muda.

Terlebih dengan adanya rencana revitalisasi bagunan Museum Imam Bonjol dan titik nol kulminasi dengan menghadirkan rancangan baru dari lokasi tersebut dan mengangkat sebuah tagline wisata baru The Land of the Equator. Semoga wisata museum makin diminati. (analisa)