Ndehhh, Kabut Asap ‘Impor’ Menelingkup Pessel

oleh -687 views
oleh
687 views
Bayang ditungkup kabut asap impor dari provinsi tetangga akibat Karhutla. (foto: dok/niko)

Painan,—Dampak kabut asap diduga dari kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan mulai dirasakan masyarakat Bayang Utara Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.

Kondisi daerah di Pessel ditungkup kabut asap ‘impor’ ini mulai dirasakan sejak empat hari terakhir, namun belum menggangu jarak pandang.

Camat Bayang Utara, Ronal Bernando mengungkapkan kabut terlihat pada area kawasan perbukitan.

“Kabut kini mulai terlihat di sekitar kawasan perbukitan. Biasanya tidak seperti itu,”ujarnya pada wartawan, Jumat 23/8.

Sejak satu bulan terakhir, Karhutla terjadi di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Dari pantauan satelit, terdapat 260 titik api yang membakar lahan gambut.

Kebakaran hutan yang mencapai 3.000 hektare itu, mengakibatkan Taman Kanak-Kanak dan sejumlah Sekolah Dasar dikedua provinsi tersebut mulai diliburkan.

Kendati demikian, lanjut Ronal, ia hingga kini memang belum berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten. Akan tetapi, pihaknya memberitaukan kondisi itu pada Puskesmas setempat.

Sebagai antisipasi, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) itu kini telah menyiapkan masker untuk dibagikan secara gratis pada masyarakat.

“Persediaannya banyak. Tapi sampai saat ini belum ada keluhan gangguan pernafasan dari masyarakat,”terangnya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Jumsu Trisno menyampaikan Pessel saat ini belum bisa melakukan pengujian kualitas udara.

“Sebab, kita  belum memiliki alat penguji. Selama ini, pengujian kualitas udara di Pessel masih bergantung dari kegiatan tahunan yang dilakukan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG),”ujarnya.

Namun berdasarkan pengecekkan yang telah dilakukan Pemerintah Kota Padang terkait dampak Karhutla di Jambi dan Sumsel, kualitas udara di Sumbar masih di ambang batas baik.

“Memang sudah terdampak, tapi belum membahayakan bagi kesehatan masyarakat,” sebutnya.

Terkait alat pengujian, Dinas Lingkungan Hidup Pessel telah mengusulkan pada DPRD untuk pengadaan alat deteksi kualitas udara, sehingga tidak lagi bergantung pada daerah lain.

Dirinya berharap usulan itu bisa terealisasi pada tahun anggaran 2020. Sebab, usulan telah dibahas melalu pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Berdasarkan pengamatan BMKG, kabut asap akibat Karhutla di Jambi dan Sumsel, kualitas udara Sumbar mulai menurun. Asap terbawa karena hembusan angin Tenggara.

“Angin itu yang membawa debu polutan hasil karhutla. Apalagi mulai Agustus Sumbar memasuki fase kering kedua,” terang Kepala BMKG Stasiun Pemantau Atmosfer Global Kototabang Wan Dayantolis. (niko).