Ngerii… Anak SD Lewati Titian Kayu Seberangi Jurang

oleh -799 views
oleh
799 views
Jembatan putus, anak SD desa adat Lagan harus meniti bagang kayu menuju sekolah, ngeri, Rabu 4/9 (foto: dok/niko)

Painan,—Jembatan putus, anak sekolah dasar (SD) di desa adat Lagan Kecamatan Linggo Saribaganti harus bersabung nyawa lewati titian kayu di bawahnya jurang dalam menganga untuk ke sekolah.

Perjuangan menempuh jembatan putus berjurang terpaksa dilalui anak-anak sekolah dasar itu, dan mungkin tak banyak anak sekolah sebaya mereka untuk menuntut ilmu lewati akses yang gahar seperti di Lagan itu.

Padahal  upaya keras pemerintah memacu pemerataan pembangunan dan pendidikan tengah gencar-gencarnya tapi apa,  Siswa SD Lagan pun ektra hati-hati untuk panai baca tulis dan berhitung di sekolah.

Kondisi ngeri ini menjelang jembatan diperbaiki, walau saban hari penimba ilmu tingkat dasar tersebut harus antri dan berhati-hati agar selamat menempuh perjalanan ke tempatnya sekolah mereka.

Menurut Masril seorang warga kondisi siswa SD ke sekolah itu sangat prihatin. Titian kayu penghubung jembatan pastinya sangat membahayakan keselamatan anak-anak.

Apalagi, titiannya cukup panjang, mencapai 12 Meter. “Jadi, memang butuh perhatian serius pemerintah kabupaten,” ujar Masril pada Wartawan, Rabu 4/9.

Jembatan Lagan penghubung akses desa adat itu ambruk pada Minggu, 1/9 malam. Jembatan ambruk karena dimakan usia. Akibatnya, sekitar 500 KK desa Lagan terisolasi terbatas.

Padahal, jembatan yang penah dibangun puluhan tahun silam itu merupakan akses warga menuju ladang. Bahkan, satu-satunya penghubung bagi anak-anak menuju sekolah.

“Kejadiannya Minggu malam, 1 September 2019,”ujar Ari Depi warga setempat menimpali.

Kata Ari, jembatan tersebut adalah penghubung antara Kampung Batu Joliang dan Kampung Timbarau. Kedua kampung itu merupakan kampung tua di Kenagarian Lagan.

Sebelum runtuh, kondisi jembatan memang sangat memprihatinkan. Terdapat kerusakkan di sana sini. Bagian badan jembatan banyak lobang. Sebagian besar kayu penyanggah sudah lapuk.

Kondisi seperti itu sudah berlangsung sejak lama. Namun, menurutnya, tidak ada perhatian dari pemerintahan nagari untuk memperbaiki jembatan satu-satunya itu.

“Ini sangat memiriskan. Seperti pemerintah nagari lalai atau sengaja melalalikan. Kalau nggak tau, saya rasa nggak mungkin itu,”sebutnya.

Secara terpisah, Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Linggo Sari Baganti, Jon Jerizal Asmal menyampaikan, selain dimakan usia, ambruknya jembatan itu akibat diterjang banjir.

Sebab, dalam sepekan terakhir curah hujan di daerah itu cukup tinggi. Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) pernah melakukan perbaikan sebanyak dua kali.

“Tapi ternyata tidak bertahan lama. Memang usia jembatan itu sudah tua. Sudah puluhan tahun bahkan,” jelasnya.

Kendati demikian, dirinya mengaku sudag sejak lama mengusulkan pembangunannya pada pemerintah kabupaten.

Pengusulan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat nagari maupun kecamatan. Sebab, pembangunannya tanggung jawab kabupaten.

Namun hingga kini masih belum terealisasi. Ia berharap, pemerintah kabupaten segera merealisasikan jembatan permanen. Jika tidak, bakal berdampak pada perekonomian masyarakat.

“Karena ini menyangkut perekonomian warga sekitar. Kami berharap, tahun anggaran 2020 dapat terealisasi,”

Sementara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Herman Budiarto menyebutkan pembangunan jembatan segera dilakukan.

Kegiatan pembangunan menggunakan dana tanggap darurat 2019 senilai Rp300 juta, dengan bentang jembatan sepanjang 12 Meter dan lebar 3 Meter.

“Ya. Sekarang kami lagi nyiapin gambar dan RAB. Mudah-mudahan besok bisa langsung bekerja. Jembatannya semi permanen,” ujarnya.

Sedangkan Bupati Hendrajoni menegaskan jembatan tersebut bakal dituntaskan pada 2020. “Sekarang lagi ditangani BPBD,”tukasnya.(niko).