Pasca dilantik jadi Mentri Keuangan Republik Indonesia menggantikan Sri Mulyani, pak Mentri Keuangan Purbaya langsung mengusung semangat optimis. Tegas dan benderang dia mengatakan tak puas dengan pertumbuhan ekonomi sebelum ini. Tak tanggung tanggung diapun mengusung semangat besar untuk capai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Secara angka dan data sulit rasanya itu bisa di capai. Sebab, kondisi ekonomi dan garis starnya untuk menuju 8 persen terpaut jauh. Hingga Q2/2025 pertumbuhan ekonomi masib tersungkup "labirin" 5 persen. Setiap ekonom pasti sepakat angka 8 persen adalah mission imposible. Data mengungkapkan dalam 20 tahun belakangan kita tak pernah menyentuh angka itu.
Satu hal yang pasti, sebuah keinginan tidaklah akan pernah tercapai kalau tidak diikuti oleh usaha. Optimisme yang diusung Menkeu Purbaya adalah satu diantara sejumlah upaya untuk kembali memghidupkan mesin ekonomi yang sudah tersendat sendat semenjak 10 tahun belakangan. Artinya, upaya dan keinginan dari Menkeu Purbaya untuk bangkit dan memulihkan ekonomi ini patut rasanya kita apresiasi.
"Joke dan Kartu As"
Sehari pasca di lantik Presiden Prabowo, Menkeu Purbaya langsung action. Gaya bicaranya yang agak "koboy" kadang membuat sejumlah telinga juga memerah. Dihadapan DPR RI ketika menjawab sebuah pertanyaan kesanggupan pemerintah untuk membayar hutang negara, Purbaya mejawab dengan "joke".
" Korupsi Rp 300 Trilian anak bangsa ini bisa apalagi melunasi hutang jatuh tempo". He he he. Hanya Purbaya yang tau kemana arah sentilan itu, setidaknya Purbaya dalam berpikir dia merdeka. Sebagai "kasir" Negara Menkeu Purbaya paham akan arti pentingnya independensi dalam bersikap dan bertidak. Prinsip inilah yang diharapkan dapat membawa ekonomi berputar lebih kencang lagi.Walau baru dalam hitungan hari, Menkeu Purbaya sudah mulai perlahan lahan mengeluarkan "Kartu As nya". Dana, mengendap disejumlah lembaga di "tampar". Dana itu disuruh bekerja dengan cara re distribusi kembali. Menkeu Purbayapun tak segan mengungkap dimana dana banyak mengendap, termasuk Badan Gizi Nasional yang masih banyak dana tidur sehingga tak terasa kontribusinya dalam memutar roda ekonomi.
Keberanian Menkeu Purbaya untuk menyentil BGN termasuk patut juga diapresiasi. BGN sendiri merupakan program unggulan Prabowo-Gibran. Makan Bergizi Gratis yang menyedot anggaran ratusan triliuan bak berjalan dalan senyap. "Kalau ingin dapat cerita bagus jangan tanya kesaya, kalau ingin dapatkan data yang sebenarnya sekalipun pahit akan saya sampaikan", begitu kutipan Purbaya disejumlah canal medsos yang dicutting konten kreator.
Sebagai orang keuangan Menkeu Purbaya melihat banyak langkah untuk mengungkit ekonomi dan menaikan pendapatan. Analogi "ayam dengan telur" dicoba untuk diterjemahkan menjadi kebijakan. Menkeu Purbaya ingin mendapatkan banyak telur untuk mengoprasionalkan ekonomi bangsa ini dengan cara berbeda dengan Menkeu sebelumnya. Setidaknya sampai saat ini Menkeu Purbaya sebagai orang baru belum ada rencana untuk melahirkan pajak baru atau menaikan nilai pajak baru.
Menkeu Purbaya mencoba untuk memaksimalkan potensi pendapatan negara dalam bentuk dan sumber lain (opitimalisasi dari sumber pendapatan-red). Sepertinya, "sang koboy" ini menyadari kondisi ekonomi di akar rumput lagi sulit. Melahirkan pajak baru dan atau menaikan nilai pajak sama artinya memaksa ayam untuk bertelur banyak sementara asupan makan si ayam sangat terbatas. Kalau pemaksaan ini terus berjalan tidak tertutup kemungkinan ayamnya mati atau stress sehingga tak menghasilkan telur lagi.