Danantara Bukan Sekadar Aset, Tapi Arah Baru Pembangunan

Foto Kevin Philip

Dalam lanskap kebijakan pembangunan Indonesia kontemporer, sangat jarang kita menemukan figur pejabat negara yang tidak hanya menjalankan fungsi administratif, tetapi juga menawarkan kerangka teoritis dan strategis pembangunan yang segar, relevan, dan menjangkau masa depan.

Dony Oskaria, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Chief Operating Officer Danantara, adalah pengecualian yang patut dirayakan. Dalam kuliah umumnya di Universitas Andalas, Padang, pada Jumat, (13/6/2025), ia tidak sekadar menyampaikan pidato seremonial, tetapi mengajukan konsep strategis Triple Helix Baru yang bila diimplementasikan dengan serius, berpotensi mendefinisikan ulang arsitektur pembangunan nasional.

Sebagai putra asli Minangkabau, Dony Oskaria membawa misi pulang kampung yang jauh lebih substansial ketimbang sekadar nostalgia. Ia membawa gagasan besar: mengintegrasikan dunia akademik (universitas), sektor industri negara (BUMN), dan manajemen investasi strategis (Danantara) ke dalam satu tarikan nafas pembangunan.

Ini bukan sekadar adaptasi dari teori Etzkowitz dan Leydesdorff tentang Triple Helix, melainkan pembaruan formatif yang berakar pada kebutuhan khas Indonesia sebuah negara yang tengah bergerak dari ketergantungan struktural menuju kedaulatan ekonomi nasional.

Konsep Triple Helix Baru ini menempatkan Danantara sebagai simpul strategis. Sebagai Badan Pengelola Investasi yang kini membawahi 888 BUMN, Danantara dalam visi Dony Oskaria tidak hanya menjadi pengelola aset, tetapi menjadi penggerak utama transformasi ekonomi.

“Sektor-sektor baru akan tumbuh terutama dari hilirisasi, maka kampus harus merespon ini. Kami bertekad menjadikan Danantara sebagai motor pembangunan,” tegasnya dalam pemaparan yang sangat sistematis dan meyakinkan.

Konsep hilirisasi yang disampaikan Dony Oskaria juga tidak berhenti pada tataran konseptual. Ia menjelaskan bahwa melalui skema Danantara, Indonesia dapat secara mandiri mengelola dan memproyeksikan investasi pada proyek-proyek strategis tanpa terus bergantung pada modal asing.

Dalam kerangka ini, hilirisasi bukan hanya sekadar industrialisasi tahap lanjut, melainkan suatu upaya geopolitik dan geoekonomi untuk memastikan bahwa nilai tambah dari sumber daya Indonesia tetap berada dalam ekosistem nasional.

Dalam narasi pembangunan seperti ini, universitas tidak lagi cukup hanya menjadi penonton akademik. Dony Oskaria secara eksplisit mendorong dunia kampus untuk melampaui batas-batas konvensionalnya. Kolaborasi dengan BUMN dan Danantara harus dibingkai dalam semangat co-creation, bukan subordinasi.

Maka, penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Andalas dan Danantara dalam momen kuliah umum tersebut menjadi penegasan bahwa gagasan ini bukan sebatas retorika, melainkan sedang dibangun dalam kerangka kelembagaan yang konkret.

Banner Rahmat Saleh Wakil SekretarisBanner - Unand GubesBanner - InjourneyBanner - Minang Geopark Run
Bagikan

Opini lainnya
Terkini