Hari ini LaNyalla Resmi Dapat Gelar Akang

oleh -251 views
oleh
251 views
LaNyalla Menerima Gelar Akang dan Cinderamata Pusaka Kujang di ruang pertemuan Swiss-belresort Dago, Bandung, Rabu (13/1/2021).(doc/setjen)

BANDUNG – Panggilan Akang AA LaNyalla Mahmud Mattalitti resmi di berikan Panitia Kongres Sunda. Gelar tersebut diberikan oleh Pembina Kongres Sunda Raden Holil Aksan Umarzein. Selain itu Panitia Kongres Sunda juga memberi cinderamata berupa Iket (Udeng) Darmakusuma, Pusaka Kujang Pamor Padjajaran, Buku Biografi Otto Iskandardinata dan Duluang (sejenis prasasti tulisan kuno, red).

LaNyalla menyampaikan rasa terima kasihnya atas gelar Akang yang telah di berikan Panitia Kongres Sunda.
“Saya sampaikan terima kasih atas gelar, penghargaan dan cinderamata yang diberikan kepada saya. Terutama pusaka kujangnya. Kebetulan saya juga pelestari pusaka. Selain keris, tombak, saya juga punya kujang. Tapi ini yang langsung saya terima dari tokoh Sunda. Sekali lagi terima kasih,” ungkap LaNyalla, di ruang pertemuan Swiss-belresort Dago, Bandung, Rabu (13/1/2021).

Pertemuan tersebut juga dihadiri sejumlah senator dari berbagai daerah seperti Alirman Sori dan Bustami Zainudin.

Dalam dialog tersebut, LaNyalla menyampaikan, DPD RI akan mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo agar diresmikan adanya Hari Kebudayaan dan Kearifan Lokal sebagai salah satu hari nasional Indonesia.

“Dalam waktu dekat, saya akan bertemu Presiden Joko Widodo dalam forum konsultasi rutin. Dalam pertemuan itu, saya akan mengusulkan kepada Presiden untuk menetapkan hari kebudayaan dan kearifan lokal sebagai hari nasional,” katanya.

Hal tersebut penting, mengingat budaya adalah identitas bangsa. Dan kearifan lokal adalah pembela sekaligus pintu membangun kesejahteraan masyarakat asli.

Sementara Senator asal Sumbar, Alirman Sori mengakui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan belum mampu menampung kebutuhan masyarakat akan eksistensi kearifan lokal. “Tetapi sebagai alas untuk menuju ke sana, bisa kita maksimalkan. Tentu melalui forum-forum seperti ini,” tukasnya.

Di tempat yang sama, Acil Bimbo selaku Pembina Kongres Sunda yang bernama asli Dharmawan Hardjakusumah menyoal banyaknya kearifan lokal dan tata nilai yang sudah tercerabut di Indonesia. Karena belum tegasnya garis batas antara konservasi budaya dengan kepentingan ekonomi.

“Saya sudah ngamen keliling Indonesia. Setiap daerah saya lihat ketimpangan pembangunan. Bukan saja di Papua, tetapi juga di Kalimantan dan daerah lain. Termasuk Jawa Barat sendiri. Saya bilang, Kalimantan punya sumber daya alam kayu dan mineral, tetapi siapa yang kaya dan menguasai? Orang asli Kalimantan atau investor asing?” tukasnya.
Begitu juga gunung-gunung di Jawa Barat ditambang dan digali begitu saja oleh investor-investor yang mendapat ijin dari pemerintah.

Sementara itu senator Lampung Bustami Zainudin memberi dukungan penuh atas terlaksananya Kongres Sunda sebagai cikal bakal gerakan masyarakat untuk mempertahankan dan memperkuat identitas bangsa.

“Saya kira DPD, sebagai wakil daerah bisa menginisiasi lahirnya kongres kebudayaan dan kebangsaan dalam skala nasional. Dimana outputnya menjadi masukan konkret kepada pemerintah, bahkan bisa ditingkatkan menjadi naskah akademis Rancangan Undang-Undang yang diperlukan untuk memperkuat kebudayaan dan kearifan lokal,” pungkasnya.

Selain persoalan kebudayaan, silaturahim antara Ketua DPD RI dengan Panitia Kongres Sunda juga membicarakan beberapa hal lain, di antaranya rencana pemekaran wilayah. (setjen/ms*)