Pemilu 2019, Harus Damai Tanpa Ujaran Kebencian

oleh -753 views
oleh
753 views
Demokrasi esensinya adalah kebebasan berpendapat tanpa kekerasan, hoax dan ujaran kebencian hasil FGD Jumat 28/9 di JSix Cafe. (foto: wanteha)

Padang,—Tokoh Agama Sumatera Barat, Buya Irfianda Abidin menyerukan Pemilihan Umum 2019 harus terselenggara dengan damai, aman, dan semarak di Sumatera Barat.

Sejak dulu, setiap ada kontestasi di Pemilu, Ranah Minang selalu aman, dan berjalan lancar.

“Itu karena kontrol umat yakni filosofi syarat mangato adat mamakai, adat basyandi syarak, syarak basandi kitabullah, selalu diterapkan masyarakat kita,”ujar Buya Irfianda Abidin, dalam Fokus Grup Discussion (FGD), dihadiri Mahasiswa dan Aspem, menghadirkan narasumber pengamat Politik dari Unand Aidinil Zetra, FGD bertemakan “Pemilu 2019 Damai Tanpa Ujaran Kebencian” di J-Six Cafe, Jumat 28/09.

Meski demikian, menurutnya tentu saja akan ada riak ke depannya yang akan hadir untuk membuat situasi menjadi kurang kondusif. Untuk itu dia mengimbau masyarakat memulai dengan memasang niat yang lurus dalam mensukseskan pemilu 2019.

“Riak akan muncul, jika oknum calon atau pun partai yang melakukan berbagai langkah yang tidak sesuai dengan aturan. Seperti kampanye hitam, dan sebagainya. Sebetulnya di Sumbar, inilah yang mencederai hati masyarakat,” ujar Irfianda.

Untuk mengantisipasi hal tersebut Irfianda mengatakan, peran dari penyelenggara Pemilu ataupun pengawasan, harus lebih ditingkatkan. Jika hal itu dilakukan, maka tidak akan ada kegaduhan yang akan muncul kepermukaan.

“Penyelenggara pemilu harus berlaku baik dan adil. Profesional dengan menjalankan tugas masing masing” ujarnya

“Kemarin saya dengar Sumbar menjadi daerah dengan kerawanan yang tinggi. Saya heran, dari mana tolak ukurnya. Masyarakat Sumbar sangat santun, dan tidak mau terpecah belah,”ujar Irfianda menambahkan.

Untuk itu, dia juga mengajak seluruh elemen pemerintahan, dan masyarakat bersama berdoa agar Pemilu 2019 dapat berjalan dengan aman dan damai, sehingga kontestasi lima tahunan tersebut melahirkan demokrasi yang betul-betul demokrasi.

“Mari kita jadikan Pemilu ini ajang untuk memperkokoh persatuan bangsa, bukan sebaliknya sebagai perpecahan bangsa,”ujarnya.

Wujudkan Pemilu atau pilpres yang beradab dan berkualitas. Tujuannya sangat jelas, menghadirkan pemimpin yang akan selalu meningkatkan kesejahteraan bangsa.

“Mari kita berdoa semoga Tuhan menguatkan iman, dan memberikan kekuatan lahir dan batin untuk menghadirkan Pemilu yang aman dan tenteram,”ujarnya.

Sementara Aidinil Zetra mengatakan, dalam demokrasi seharusnya tidak ada kekerasan.

“Prasarat utama Pemilu Damai yang paling penting di masyarakat adalah bersuasana damai, jika hal itu tidak tercipta pada demokrasi akan berdampak perpecahan pada anak bangsa,”ujarnya.

Janji demokrasi damai akan terwujud jika tidak ada gesekan dan kekacauan di tengah masyarakat, namun hingga saat ini untuk terciptanya demokrasi damai Aidinil Zetra belum melihat untuk menuju damai, tambah pengamat politik Unand itu.

“Sekarang ini banyaknya beredar berita-berita hoax yang berseliweran di media sosial kita lihat,”ujarnya.

Demokrasi adalah kebebasan bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat dan demokrasi harus ada kompromi, menurut Aidinil Zetra jika itu tidak ada akan berdampak pada kebencian.(wanteha)