Pemimpin dan Obat Sakit Jiwa

oleh -1,162 views
oleh
1,162 views

Oleh :                                                                           Rhomadan Cerbitakasa

MENJADi sosok panutan dan merupakan sosok figur yang yang di hormati bisa di jadikan pedoman dalam melangkah oleh sejogjanya seorang pemimpin merupakan ujung tombak bagi suatu komunitas atau kelompok.

Pemimpin dalam kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai orang yang memimpin. Berhubung sakit jiwa atau gila tidak tercantum dalam kbbi. Secara umum dari masyarakat kita yang mengartikannya sebagai gangguan mental yang berdampak kepada mood, pola pikir, hingga tingkah laku secara umum.

Mengutip hadits Rasulullah SAW yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari Rasulullah bersabda, “Seseorang yang dijadikan pemimpin, tapi tidak menjalankannya dengan baik, maka dia tidak akan mencium harumnya surga.”  

Menelaah sebagian hadits di atas tidak menjalankannya dengan baik dapat di artikan sebagai apa-apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut ketika menimbulkan kehancuran terhadap kepemimpinannya dengan tegas di lanjutkan ke narasi berikutnya maka dia tidak akan mencium harumnya surga.  

Setiap sikap dan tindak laku seorang pemimpin bisa di anggap sesuatu yang sakral. Di sadari atau tidak begitu agung dan mulianya seorang pemimpin. Mengingat peran pemimpin tersebutlah yang menentukan arah kelompok yang di pimpinnya bagaimana kedepannya. Maka tidak heran apa yang dilakukan oleh pemimpin tersebut bisa di katakan obat bagi yang sedang mengalami gangguan kejiwaan. Ya, gangguan kejiwaan akibat kekosongan ruang pengetahuan, kekosongan kreativitas dll. Dengan tindakan yang tepat dan di dukung dengan kebijakannya, sakit jiwa tersebut bisa di sembuhkan.

Yang lebih mengerikan adalah ketika tindak laku pemimpin tersebut bukan menjadi obat tetapi malah menjadi racun. Racun yang menimbulkan kehancuran, pertengkaran dan perpecahan bagi rumah dan seisinya.

Ya, mungkin bagi sebagian pemimpin ada yang menganggap kualitas seseorang di nilai dari usia, penampilan, materi dan sebagainya. Sangat terlihat jelas, mengenyampingkan apa yang disampaikan  oleh orang yang sakit jiwa tersebut. Pemimpin Perlu di garis bawahi, semua manusia derajatnya sama di mata tuhan dan yang membedakan adalah tingkat ketaqwaan.(***)