Peran Media Sosial Terhadap Pemilu : Pengaruh dan Tantangan

oleh -146 views
oleh
146 views
Sheina Novita Azka, Jurusan Administrasi Publik, Universitas Andalas.(dok)

PADA era digital saat ini, media sosial sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, media sosial memberikan banyak manfaat di berbagai bidang.

Bukan hanya untuk kebutuhan sosial saja, media sosial juga digunakan dalam kepentingan berbisnis hingga kepentingan berpolitik.

Seperti pada pemilu, media sosial telah menjadi bagian integral dalam proses pemilihan umum (pemilu) di banyak negara di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, peran media sosial dalam pemilu telah berkembang pesat sehingga memiliki dampak yang signifikan pada cara pemilih berinteraksi dengan kandidat .

Selain itu, pemilih juga bisa lebih mudah mencari dan mendapatkan informasi terkait pemilu dari media sosial karena adanya konten yang memberikan pengetahuan politik tentang profil kandidat pemilu beserta visi-misinya. Dalam menggunakan media sosial sangat penting bagi pemilih untuk bijak dan kritis supaya menghasilkan keputusan yang tepat.

Dalam berpolitik, media sosial digunakan sebagai alat kekuasaan yang efektif karena selain mempunyai kemampuan menarik perhatian, media sosial juga bisa mengarahkan, membujuk serta memberikan legitimasi dan membentuk persepsi (McQuail, 1987).

Media sosial juga bisa dijadikan sarana komunikasi dalam politik yang didalamnya terdapat pesan-pesan yang berkaitan tentang kekuasaan, pemerintahan atau kebijakan pemerintah.

Komunikasi politik ini Idealnya dilakukan bersamaan dengan pemasaran politik yang baik juga dengan menghasilkan produk yang bermutu (komariah, k. 2019).

Salah satu peran media sosial yang berdampak dalam pemilu adalah seperti kampanye politik online, Kandidat dan partai politik bisa menggunakan platform media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya untuk meluncurkan kampanye politik mereka.

Mereka dapat berbagi pesan kampanye, video, dan foto, serta berinteraksi langsung dengan pemilih potensial. Ini memungkinkan mereka untuk mencapai audiens yang lebih besar dengan biaya yang relatif rendah.

Media sosial juga membantu penyebaran informasi terkait pemilu yang di mana menjadi sumber informasi utama bagi pemilih untuk dapat dengan cepat mendapatkan berita terkini tentang pemilu, kandidat, dan isu-isu terkait melalui berbagai platform media sosial.

Media sosial juga menciptakan opini public dimana memungkinkan pemilik akun untuk berbagi pendapat dan pandangan mereka tentang pemilu dan isu-isu politik. Ini dapat memengaruhi opini publik dan memberikan platform bagi kampanye aktivis untuk memobilisasi dukungan.

Selain itu, dalam proses pemilihan umum ini para kandidat dan partai politik juga dapat memanfaatkan media sosial untuk penggalangan dana. Mereka dapat meminta sumbangan dari pendukung mereka secara online, memfasilitasi partisipasi finansial yang lebih besar dalam proses politik.

Sebagai pemilih yang cerdas kita bisa juga memanta jalnnya pemilu melalui media sosial. Pemilih dan pemantau pemilu dapat berbagi pengalaman mereka di tempat pemungutan suara, menginformasikan tentang pelanggaran pemilu, atau memantau hasil pemilu secara real-time.

Namun, dari banyaknya peran media sosial terhadap pemilu ini tidak dapat dipungkiri adanya berbagai tantangan yang harus dihadapi, penyebaran berita palsu atau hoaks pastinya akan selalu ada dan menjadi salah satu tantangan besar yang harus dihadapi dalam penggunaan media sosial.

Penyebaran berita palsu atau desinformasi ini menyebabkan informasi yang salah atau menyesatkan tersebar dengan cepat di media sosial.

Hal ini nantinya akan berdampak kepada kandidat ataupun pemilih karena dapat memengaruhi pemilih dan merusak integritas pemilihan umum. edia sosial sering memperkuat polarisasi politik dengan membatasi pemilih pada ekokameras di mana mereka hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinan mereka sendiri.

Hal ini dapat menghambat dialog dan pemahaman antar-pihak yang berbeda. Media sosial juga sering menjadi tempat kampanye negatif dan penyebaran pesan kebencian.

Kandidat atau pendukung mereka dapat melancarkan serangan personal atau menyebarkan konten yang menghasut, yang dapat merusak diskusi politik yang sehat dan mengintensifkan ketegangan sosial.

Media sosial dapat digunakan oleh negara atau pihak asing untuk memanipulasi opini publik dan mengganggu pemilu.

Hal ini bisa termasuk kampanye disinformasi atau upaya untuk mempengaruhi hasil pemilu melalui akun palsu atau bot otomatis.

Kesenjangan digital juga kerap terjadi sehingga tidak semua orang memiliki akses ke media sosial dan tidak meratanya penyebaran informasi politik.

Walaupun peran media sosial dalam pemilu akan terus berkembang dan memiliki pengaruh yang signifikan pada cara pemilih berpartisipasi dalam proses politik.

Penting bagi pemilih untuk menggunakan media sosial dengan bijak, memverifikasi informasi, dan terlibat dalam dialog yang berbobot selama proses pemilu.

Pemerintah harus  mengatur konten politik dan iklan politik di platform ini tanpa menghambat kebebasan berbicara. Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini, perlu adanya upaya kolaboratif antara pihak berwenang, platform media sosial, dan masyarakat sipil serta regulasi yang bijaksana, literasi media, dan transparansi dalam iklan politik adalah beberapa langkah yang dapat membantu menjaga integritas pemilu dalam era media sosial yang terus berkembang.(analisa)

Oleh: Sheina Novita Azka

Jurusan Administrasi Publik , Universitas Andalas.