Ponpes Darut Thalib Siap Menangkal Hoaks dan Tolak Politik Identitas Demi Sukseskan Pemilu 2024

oleh -181 views
oleh
181 views

Solok–Polda Sumbar melalui Direktorat Intelijen dan Kemanan (Ditintelkam) bersilaturahmi dengan para santi dan tenaga pendidik di Pondok Pesantren Darut Thalib yang terletak di Kelurahan Laiang, Kecamatan Tanjung Harapan, Kota Solok.

Silaturahmi itu merupakan salah satu upaya untuk membangun sinergisitas antara Kepolisian, khususnya Polda Sumbar untuk menciptakan situasi Kamtibmas teta kondusif untuk menyukseskan Pemilu 2024.

Pada kesempatan itu, Polda Sumbar juga sekaligus menyampaikan pesan-pesan Kamtibmas dan mengajak para santri dan tenaga pendidik untuk bersama-sama menangkal maraknya berita-berita hoaks dan menolak politik identitas untuk menciptakan pemilu damai menuju indonesia maju.

“Kegiatan ini merupakan kegiatan menyambangi dan bersilaturahmi kepada pimpinan Pondok Pesantren beserta para ustad dan para santri. Kegiatan ini sekaligus memperkuat kemitraan untuk menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif jelang Pemilu 2024,” ungkap salah seorang perwakilan dari Polda Sumbar.

Sementara itu, Pimpinan Ponpes Darut Thalib, Boby Gustiadi Thalib Bu’ulolo mengaku senang dengan kehadiran tim dari Polda Sumbar untuk mengedukasi para santri dan tenaga pendidik terkait politik identitas dan menangkal berita hoaks.

“Kami menghimbau masyarakat agar menjalani tahun politik ini dengan damai tanpa ada saling hujat, ujaran kebencian, politik identitas, black campaign dan juga berita hoaks,” katanya melalui pesan WhatsApp Jumat (23/6).

Selain itu, kata Ustaz Boby, untuk menciptakan pemilu berjalan dengan aman, damai dan lancar, pihaknya selalu mengajarkan para santri untuk bersikap tawasuth, yakni sikap moderat tidak ekstrem dan tegak lurus tanpa berpihak ke kanan atau kiri.

“Sikap ini mengutamakan toleransi, saling menghargai pendapat. Selain itu, kami juga mengarahkan para santri agar menjadi duta rahmat dengan menyebar kasih sayang dan kebaikan. Bukan menjadi duta laknat, yang suka laknat orang sana-sini,” katanya.

Menurutnya, agama sebagai keyakinan dan kepercayaan umat beragama, menjadikan itu sebagai sumber tertinggi dalam diri setiap manusia. Sikap kebaikan dan kebijaksanaan akan terpancar pada setiap aktivitas keseharian.

“Namun di era digitalisasi sekarang ini, nilai-nilai agama sudah memudar dan tidak terpancar dalam setiap interaksi yang berlangsung. Maka dari itu, menjalankan esensi agama sesuai dengan mestinya perlu diperbaharui kembali,” ujarnya.

Di tengah banyaknya berbagai macam aliran keras, radikal, yang tidak mengutamakan persatuan, ditegaskan Ustaz Boby, maka moderasi beragama merupakan jawaban dari itu semua.

“Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara,” katanya.

Tidak hanya paham radikal yang perlu diantisipasi, Ustaz Boby menururkan, sikap tawasuth atau berada di posisi tengah juga mesti perlu muncul dalam diri dan tindakan.

“Ini bukan satu yang hal yang baru, para guru-guru dan ulama-ulama kita terdahulu sudah mengajarkan hal seperti ini,” katanya.

Semestinya keberadaan Ponpes, kata Ustaz Boby, harus menjadi wadah untuk pengkaderan orang-orang yang akan berada di tengah-tengah masyarakat dan menyebarkan moderasi beragama wabil khusus Islam yang Rahmatan Lil Alamin.

Era teknologi informasi yang menghadirkan segala kecepatan banyak sekali bertebaran informasi di tengah-tengah masyarakat, baik itu benar ataupun salah.

“Maka sebagian daripada umat hari ini banyak yang gampang terpancing emosinya saja teradu domba dengan berita palsu atau bohong (hoaks), sehingga terjadi perpecahan di tengah masyarakat,” tuturnya. (*)