Profesi Guru Honor Yang Horor

oleh -705 views
oleh
705 views
Penulis, tengah mengajar di sekolah dasar. (dok)

Oleh: Ilham Sahruji

Mahasiswa UIN SMDD Bukittinggi

SATU dari banyak hak masyarakat yang hidup di negara demokrasi, yaitu kebebasan beraspirasi. Masyarakatnya boleh berdemonstrasi menuntut kepada pemerintah untuk suatu hal.

Hampir setiap tahun kita melihat, di media online maupun cetak. Ada demo para buruh dan dibantu oleh mahasiswa.

Biasanya mereka menuntut pemerintah untuk mencabut atau membatalkan peraturan-peraturan yang bisa disangka akan menyema-ratakan buruh.

Misalkan sistem buruh kontrak, bayaran per-jam, kemudian tidak ada tunjangan ini-itu dan sebagainya. Mereka menuntut bahwa, buruh itu sama seperti manusia yang lain, berhak dan layak untuk mendapatkan kesejahteraan.

Di balik semua hal yang paling ditakutkan oleh para buruh tersebut, ternyata ada yang sama sekali terabaikan, yaitu profesi guru honorer.

Para guru honorer tersebut sudah mengalami sejak puluhan tahun yang lalu. Mereka dibayar perjam, kemudian mereka tidak punya perhatian khusus. Betapa pun seperti itu, mereka tidak akan berharap dapat pensiunan.Ya namanya juga guru honor…

Nah, dengan semua hal itu, ternyata masih ada yang lebih buruk lagi, bahwa gaji mereka itu sangat-sangat kecil sekali. Di Jakarta, ada buruh yang demonstrasi, mereka menuntut gaji sekitar 4-5 juta dalam waktu satu bulan. Pada kondisi yang sama, para guru honorer sendiri faktanya, 1/10 dari nominal gaji buruh tersebut. Kecil sekali bukan….? dan mereka tidak pernah sekalinya berdemonstrasi.

Sedikit bercerita, penulis sendiri pernah mengajar sekitar 4 tahun yang lalu, saya mengajar 48 jam digaji Rp 300.000.

Ketika hendak ujian, buat soalnya itu susah, karena harus ada kisi-kisinya. Harus ada analisis butir soalnya, menyesuaikan dengan soal yang sebelumnya, menyesuaikan dengan kemampuan anak dan sebagainya. Itu rumusnya ruwet dan berminggu-minggu harus menyelesaikan itu.

Untuk mengolah itu semua harus lembur. Kalau buruh lembur dibayar, guru honorer Alhamdulillah tidak dibayar.

Para mahasiswa selama ini, ternyata juga luput akan upah guru honor. Mahasiswa hanya banyak membela upah buruh dan mengkritisi para politisi. Kemudian media massa juga tidak akan banyak meliput problem fundamental guru honor tersebut.

Coba kita lihat di masa lalu, dulu sekali, di zaman kerajaan-kerajaan, guru itu kastanya sangat tinggi. Bahkan jika ada guru bertemu dengan raja sekalipun, si raja itulah yang mencium kaki guru tersebut.

Nah sekarang, ya kita lihat kenyataannya. buruh berdemo pasti didukung oleh mahasiswa, di media dan politisi. Seandainya jika guru demo, menuntut ini dan itu, para pejabat cuman bilang “kalian itu kan guru-guru ilegal, ngapain juga nuntut ke pemerintah”.

Kemudian para menteri-menterinya juga lepas tangan begitu saja, dan berkata “itu kan kebijakan setiap sekolah, setiap sekolah itu kan sudah dapat dana BOS”.

Coba kita perhatikan lagi, selama ini dana BOS itu untuk operasional sekolah, lau sisanya diberikan kepada guru honorer yang dianggap ilegal itu. Kemudian, gaji dari dana BOS tadi-pun juga dianggap ilegal, karena berasal dari dana BOS yang tidak peruntukannya untuk guru.

Pemerintah sama sekali tidak mau menanggung gaji guru honorer. Coba bayangkan, sudah digaji kecil dari gaji, tenaga kontrak, dibayarnya per-jam, tapi tetap saja dianggap ilegal. Coba lihat para buruh, setiap tahun mereka demo, dan setiap tahun juga UMR atau UMK meraka pasti naik.

Guru honorer itu adalah salah satu profesi yang paling mengerikan di Indonesia, walaupun anggotanya ada sekitar satu juta orang, tetapi mereka mendapat perlakuan yang sangat buruk. Itu belum seberapa, hal yang lain yang harus disoroti adalah, tugas mereka dituntut untuk melakukan hal-hal yang sangat aneh. Setiap mereka mengajar, contoh kecilnyas aja membuat RPP.

Setiap guru honorer yang ingin mengajar, maka dia berkewajiban untuk merencanakan apa yang harus dikatakan nanti di kelas. Dari SK dan apapun jam mengajarnya, itu harus detail dan lengkap selengkap-lengkapnya. Semua tugas tersebut harus diberikan kepada murid hari itu juga.

Ibaratnya, kalau guru itu adalah profesi Gojek, harus mencatat semua hal. Jika bertemu pelanggan harus dicatat dahulu. Pelanggan pertama harus diberikan helm, sambil senyum, kemudian hidupkan mesin, masukin gigi, jalanin sedikit-sedikit, lakukan dengan kecepatan perlahan-lahan. Lucu bukan…? guru harus menulis pesan sedetail itu setiap kali mau mengajar.

Guru honor, mereka mendapatkan tanggung jawab masa depan yang besar, digaji kecil, dan mereka harus makan hati. Karena mereka harus menyampaikan sesuatu untuk memperbudak masalah, memperbudak situasi di masa depan.

Ada yang lebih buruk lagi, yaitu guru honor itu adalah profesi yang membuat pelakunya susah sekali untuk masuk surga. Kenapa? karena mereka harus membuat kebohongan-kebohongan tiap tahunnya demi kelulusan muridnya. Jadi harus bohong setiap UN setiap tahun. Yang tidak lulus diluluskann, demi siswanya, dan kebohongan itu sudah biasa semuanya.

Apakah mimpi buruk guru-guru honorer ini sudah selesai ?

Jika belum, mengapa masih ada cita-cita menjadi guru?

Sedangkan akhirnya mengharapkan kesejahteraan?

Apakah pengabdian itu benar-benar ada?

entahlah.. (analisa)