Pupuk Subsidi Langka Meski Dikucur Triliuan Rupiah, Hj Nevi Zuairina Bilang Aneh Ya…

oleh -216 views
oleh
216 views
Hj Nevi Zuairina mengusulkan subsidi pupuk dialihkan dalam bentuk lain untuk petani. (foti: dok/nzvoice)

Jakarta — Pupuk subsidi untuk petani selalu dilematis, padahal untuk mensubsidinya negara sudah kucurkan tirliunan rupiah.

Anggota DPR RI Komisi VI, Hj. Nevi Zuairina ketika rapat dengar pendapat (RDP) dengan PT Pupuk Indonesia mengatakan subsidi   memperhatikan pupuk di tanah air untuk petani dalam rangka mewujudkan swasembada pangan tidak kunjung selesai.

“Swasembada pangan tidak pernah tercapai sejak orde baru hingga saat ini. Persoalan pupuk subsidi pun tidak selesai dengan terjadi kelangkaan pupuk Subsidi di mana-mana padahal APBN pupuk subsidi pernah melebihi APBN kementerian teknis yang menggawangi persoalan pangan, “ujar Hj Nevi lewat keterangan persnya Sabtu 26/6-2021.

Jika turun ke lapangan untuk chek persoalan pupuk baik di petani maupun di beberapa pedagang kata Hj Nevi Zuairina yang langka itu bukan ada tidaknya pupuk.

“Pupuk ada, cukup tersedia, tapi bukan yang subsidi. Yang langka itu pupuk subsidi, ” ujar Nevi.

Legislator asal Sumatera Barat II ini menilai aneh dan menangkap salah satu penyebab terjadinya kelangkaan pupuk bersubsidi di kalangan petani dikarenakan beberapa faktor mulai dari pasokan hingga penggunaan yang berlebihan.

“Juga persoalan demand atau ketersediaan pupuk bersubsidi hanya sekitar 45 persen dari kebutuhan, jadi hanya 9 juta ton dari kebutuhan pupuk yang 23,23 juta ton,” ujarnya.

Politisi  perempuan nasional PKS ini berpendapat, berapa pun pemerintah menganggarkan pupuk subsidi dari APBN, dapat dipastikan persoalan tidak akan selesai.

“Perlu terobosan yang fundamental untuk merubah politik anggaran di subsidi pertanian di bagian pupuk. Alasan saya karena sudah puluhan tahun dengan puluhan triliun rupiah tiap tahun di gelontorkan dalam bentuk APBN yang diperuntukkan mensubsidi pupuk, tapi tujuan tidak pernah tercapai, yakni swasembada pangan karena terkadang dalam distibusi pupuk ini memunculkan persoalan baru,” ujarnya.

 

Hj Nevi Zuairina mengusulkan, subsidi puluhan triliun rupiah untuk pupuk ini dialihkan saja pada subsidi harga.

“Beli produk pertanian oleh pemerintah dari petani-petani kecil dengan harga tinggi dan kemudian jual dengan harga subsidi kepada masyarakat. Nanti pupuk akan mengikuti harga pasar sehingga akan memangkas persoalan kelangkaan pupuk subsidi karena harga pupuk standar. Jadi permasalahan pupuk subsidi dengan sistem distribusi secara tepat waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah akan secara natural mengikuti mekanisme pasar, ” ujar Hj Nevi mengusulkan.

Nevi menjelaskan, Subsidi harga ini akan menjadikan para petani bersemangat untuk menanam karena jaminan dan harapan memperoleh harga yang baik dengan pertimbangan mendapat lebih dibanding biaya produksi akan banyak terjadi.

Harapan petani untuk mendapat kehidupan lebih baik kata Hj Nevi akan mudah dicapai karena kemungkinan untuk penyelewengan di sektor hulu semakin kecil.

“Tujuan penyediaan pupuk inikan untuk mendukung pencapaian swasembada pangan secara nasional. Pada revitalisasi dan pembentukan pabrik baru pupuk ini persoalan teknis yang juga mesti mengedepankan kepentingan nasional dengan pemenuhan pupuk untuk petani sehingga ketahanan pangan nasional tercapai, “ujarnya.

Tapi secara fundamental, mesti ada sebuh terobosan kebijakan yang sebelumnya tidak mampu mencapai tujuan.

“Menjadi regulasi yang tepat sehingga tujuan utama tercapai dan tidak ada persoalan baru muncul ketika kebijakan itu diterapkan,” ujar Nevi Zuairina.(nzvoice)