Ramadhan, Kehidupan New Normal

oleh -528 views
oleh
528 views
Khairul Ikhwan (foto: dok)

Oleh: Dr. Khairul Ikhwan

(Dosen STKIP ADZKIA)

MENGHITUNG hari, insya Allah Ramadhan sudah akan datang, Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan yang kedua di masa pandemi covid-19, di masa new normal kehidupan yang penuh cobaan.

Bulan yang mulia ini selalu ditunggu-tunggu oleh ummat muslim. Siapapun yang memiliki keyakinan dan beriman kepada Allah. SWT akan senantiasa berharap dapat bertemu dengan bulan mulia yang hanya satu bulan dalam setahun. Bahkan itu merupakan do’a-do’a orang shaleh sepanjang masa yang dilakukan.

Namun kondisi Ramadhan saat ini masih tidak menentu. Pandemi virus corona ini masih menyerang, kemarin kampus UNP terpaksa kembali ditutup karena banyak yang terkena virus. Entah kapan akan berakhir cobaan Allah. SWT tersebut.

Jika dilihat data pasien covid-19, yang belum berhenti bertambah penderita walaupun sudah ada gerakan vaksin gratis sebagai antisipasi. Khawatir masa Ramadhan nanti tidak akan berkurang atau menurun. Sepertinya Ramadhan kali kedua ini umat Islam akan melewatinya di tengah wabah tersebut.

Bisa jadi ada rasa cemas sehubungan dengan ibadah yang dilaksanakan nantinya di Ramadhan kedua masa pandemi covid-19. Akankah Ramadhan kedua covid-19 ini bisa semarak?. Apakah tarawih kita bisa lebih ramai dan khusyu’ saat _new normal_ ini?. Apakah lebaran nanti bisa sholat di lapangan?. Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang akan terus mengganggu pikiran.

Tentunya dengan selalu berniat dan tekad kuat agar dapat optimal dan menjadi amal shaleh. Walaupun di tengah menghadapi wabah corona dan pembatasan jarak sosial, _new normal_, beberapa hal berikut dapat dilalui dengan baik

Maka harus selalu berdoa kepada Allah SWT agar umur disampaikan ke bulan Ramadhan. Sebab bertambahnya umur dan berjumpanya dengan Ramadhan serta bertambahnya ibadah-ibadah itu semua dapat meninggikan derjat melebihi orang-orang shaleh yang sudah wafat sebelum Ramadhan.

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah diceritakan bahwa ada dua orang sahabat yang sangat akrab dan dekat. Keduanya sama-sama ikut berjuang di jalan Allah. Namun salah satunya lebih dahulu syahid dalam medan jihad. Sementara yang satu lagi baru wafat setahun kemudian.

Rupanya salah seorang sahabat Nabi yang bernama Thalhah bin Ubaidillah, melihat di dalam mimpinya bahwa yang wafat kedua lebih dimuliakan oleh Allah SWT dari pada orang yang syahid pertama. Bahkan dia didahulukan masuk surga dari temannya yang lebih dahulu mati syahid tersebut.

Thalhah bin Ubaidilah sangat heran dengan mimpinya itu. Sehingga ia bertanya kepada Rasulullah SAW kenapa hal itu terjadi. Baginda menjaskan ; “Bukankah dia masih hidup satu tahun setelahnya (kawannya syahid)? “Para sahabat menjawab, “Benar.” Rasullullah SAW bertanya lagi, “Bukankah dia berjumpa lagi dengan Ramadhan dan berpuasa? Dan juga dia shalat sekian banyak shalat dan sujud dalam setahun?” Mereka menjawab, “Benar.” Rasulullah SAW berkata, “Maka jarak (kemuliaan) antara mereka berdua melebihi jarak antara langit dan bumi.” (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Ternyata sahabat yang wafat secara biasa setahun setelah syahid rekannya, bisa menjadi lebih tinggi derjatnya di sisi Allah SWT, lantaran ia bertemu lagi Ramadhan dan dapat berpuasa, serta ratusan shalat dan sujud yang masih bisa ia lakukan, melebihi orang yang sudah meninggal.

Barangkali itulah rahasianya kenapa salafush shaleh selalu antusias berharap pertemuan dengan Ramadhan. Dan do’a mereka sangat terfokus ke bulan Ramadhan bisa didapat.

Dari Abu ‘Amr Al-Auza’i berkata: Adalah Yahya bin Abi Katsir berdoa memohon kehadiran bulan Ramadhan ; “Ya Allah, sampaikan aku dengan selamat ke Ramadhan, sampaikan Ramadhan kepadaku, dan terimalah amalku di Ramadhan.” (Hilyatul Auliya’: I/420)

Ummat muslim harus memahami kembali tentang hakekat bulan Ramadhan dan identitas bulan tersebut. Dari ayat dan hadits-hadits yang shahih sudah sangat jelas bahwa Ramadhan adalah bulan shiyam (puasa), bulan qiyam (shalat malam), dan bulan Al Quran.

Itu adalah identitas yang sangat nyata bagi bulan Ramadhan. Maka sudah semestinya menghadirkan identitas tersebut di atas pada diri dan keluarga ummat Islam selama bulan Ramadhan semua kebaikan dan amalan melimpah.

Dengan adanya wabah covid 19, kehidupan _new normal_ ini yang membuat keberadaan diperbanyak berdiam di rumah itu lebih baik. Maka sesungguhnya ummat sangat bisa untuk maksimal melakukan aktifitas puasa, qiyamullail dan tilawah Al Quran.

Para peneliti dan dokter sudah banyak yang menyampaikan bahwa puasa tidak akan membuat turunnya imunitas seseorang dan tidak akan membuatnya rentan dari virus corona. Hanya saja perlu diupayakan mengkonsumsi gizi seimbang. Sehingga fisik tetap kuat sampai sore hari saat berbuka.

Adapun terkait qiyamul (sholat malam) Ramadhan atau shalat tarawih, ummat tidak perlu terlalu sedih sholat di masjid dikurangi dalam rangka _new normal_ karena pandemi covid-19. Shalat tarawih di rumah juga suatu yang baik dan dapat dilaksanakan.

Bahkan Baginda Rasulullah SAW aslinya melaksanakan tarawih di rumah saja. Hanya dalam 3 atau 4 hari pertama saja Beliau yang shalat di masjid. Selebihnya Beliau lakukan di rumah. Karena Beliau khawatir nantinya akan dianggap wajib oleh umatnya.

Dengan pelaksanaan shalat tarawih di rumah, peluang amal shaleh menjadi bertambah. Seperti seluruh anggota keluarga bisa ikut serta, kecuali yang udzur syar’i. Kalau ke masjid mungkin tidak semuanya yang bisa ikut.

Dalam pelaksanaannya bisa lebih tenang dan santai. Tidak memaksa cepat selesai. Bila tuntas 4 raka’at bisa istirahat sejenak untuk menambah tenaga. Kemudian dilanjutkan kembali sampai rakaat panjang.

Nah, jika sholat tarawih di rumah tersebut kepala keluarga bisa langsung menjadi imam yang Ramadhan sebelumnya tidak pernah, baik dengan bacaan-bacaan pendek yang sudah hafal, ataupun juga boleh membaca ayat dengan melihat mushaf Al Quran.

Pandemi Covid-19 atau _new normal_ tidak boleh menghalangi untuk menghidupkan banyak sunnah Rasulullah SAW selama Ramadhan. Peluang memberikan perbukaan bagi orang-orang yang berpuasa menjadi sangat tinggi nilainya. Baik kepada tetangga maupun kepada orang-orang yang kebetulan lalu-lalang di dekat kediaman kita.

Dengan kondisi perekonomian yang menurun, melamban dan memburuk, kehidupan susah lumayan banyak orang-orang yang terdampak secara ekonomi saat pandemi Covid-19 ini. Sehingga orang-orang miskin yang jumlahnya bisa berkali lipat di saat pandemi covid-19. Di sinilah kedermawanan ummat atau orang banyak harta menjadi sangat dibutuhkan.

Di samping uraian di atas dijalankan, Saat berpuasa nanti, agar dapat meningkatkan daya tahan tubuh maka selalu mengkonsumsi makanan yang divariasikan dengan jenis serat tinggi saat sahur maupun berbuka puasa.

Pangan berserat yang juga tepat dikonsumsi saat sahur dan berbuka adalah buah-buahan selama puasa, makan sahur dengan pangan serat tinggi akan membuat perut kenyang lebih lama sekaligus menyehatkan,

Di samping itu juga memperbanyak minum mengkonsumsi air mineral bermanfaat untuk mengganti cairan yang keluar dari tubuh selama puasa. Jangan kekurangan air dalam tubuh. Jika kurang maka metabolisme tubuh bisa terganggu dan menyebabkan berbagai masalah.

Puasa Ramadhan di saat pandemi covid-19 dan _new normal_ sangat menyulitkan. Namun di sini tantangannya yaitu Ibadah Ramadhan tetap terjaga kuakitasnya, pandemi covid-19 bisa dilalui dengan sabar sampai dunia pulih.(analisa, sumber: rewrite Teras-Padeks/9/4-2021)