Ranah Minang Mencari Pemimpin, Ustad Zarmon : Harmonis Keluarga Syarat Pertamanya

oleh -1,270 views
oleh
1,270 views
Ust Zarmon, harmonis rumah tangga baru bisa jadi pemimpin daerah. (foto: dok)

Padang,— Ranah Minang, Sumatera Barat tahun ini memilih pemimpin dalam koridor Pilkada serentak Nasional,  Pilkada Gubernur Sumbar dan 13 Pilkada Walikota/Bupati se Sumbar.

Banyak tokoh berburu popularitas lewat berbagai pencitraan berharap katrol elektabilitas saat hari pencoblosan 23 September 2020 nanti.

Tapi, apa sebetulnya urgensi dan filosofi pemimpin dalam Islam yang menjadi mayoritas keyakinan masyarakat Sumbar, bisakah menjadi pemimpin mengandalkan popularitas, elektabilitas plus ‘isi tas’ dan kapasitas semata, ooh ternyata tidak, pemimpin hebat itu harus ditilik dulu bagaimana dia jadi pemimpin di keluarga, harmoniskah rumah tangganya atau bagaimana, sebab istana yang indah itu adalah keluarga.

Nah apalagi ayo simak paparan Ustad Zarmon Ajizar Ajis kepada media di Padang. Ternyata pemimpin hebat itu harus berawal dari hebatnya memimpin rumah tangga.

“Dalam Islam, keluarga harmonis dimulai dengan pernikahan yang sesuai dengan syariat islam. Sebelum membentuk keluarga tentunya seseorang harus memilih pasangan dan menikah untuk memenuhi ajaran Allah SWT dan Rasulnya,”ujar Zarmon, Minggu 16/2 di Padang.

Dengan memilih pasangan yang tepat sesuai ajaran Islam kata Ustad Muda ini, maka seseorang bisa memulai keluarganya dengan cara yang baik dan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Sabda nabi SAW:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita dinikahi karena empat hal; hartanya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya, Maka pilihlah karena faktor agama niscaya engkau beruntung” (HR. Al Bukhari)

Maka pilih lah pasangan itu sesuai agamanya, kalau saja pemimpin telah mengedepankan keagamaannya maka segala persoalan dirinya akan mampu di atasi, dari itu lah ia akan bisa menjadi pemimpin dalam keluarganya apalagi pemimpin dalam suatu kaum,daerah dan negara hal ini berawal dari keagamaan seseorang. Sebuah keluarga yang ia bina adalah sama hal dalam sebuah negara kecil yang ia pimpin bila ia bagus dalam memimpin keluarganya maka dipastikan ia akan mampu menjadi pemimpin dalam sebuah daerah nanti.

“Namun, Pemimpin bukan cuma memimpin orang-orang yang menjadi bawahannya, tapi juga harus mampu memberikan jalan keluar (Problem Solver), dari permasalahan yang dihadapi. Prinsip ini pun berlaku dalam memimpin keluarga, karena setiap permasalahan yang dihadapi dalam rumah tangga, adalah tanggung jawab kepala keluarga,”ujarnya.

Maka calon pemimpin yang menerapkan kepemimpinan itu mulai dari tingkat terkecil. Yakni, mereka berhasil membangun keluarga yang sakinah, mawaddah, dan penuh rahmah.

Tilik juga calon pemimpin itu, apakah berhasil membangun bahtera rumah tangga mereka harmonis, rukun dan telah berhasil mendidik anak-anak mereka menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.

“Siapa bilang menjadi kepala keluarga itu mudah, banyak orang yang gagal dalam memimpin rumah tangga, itulah sulitnya menjadi kepala rumah tangga. Menjadi kepala rumah tangga itu dituntut Kecerdasan yang komplit. Antara Kecerdasan Intlektual, Kecerdasan Emosional, juga Kecerdasan Spiritual harus seimbang,”ujarnya.

Mana bisa memimpin rumah tangga dengan mengedepankan ego, tanpa memiliki kepedulian dan tenggang rasa terhadap keluarga. Makanya banyak pemimpin negara yang Sukses, dimulai dari kesuksesannya dalam memimpin keluarga, begitu juga sebaliknya.

Sukses dalam pengertian, mampu menjaga keharmonisan keluarga, dan mampu mencerdaskan keluarga, sesuai dengan kebutuhan, dan yang terpenting, mampu memimpin keluarga dalam menjaga Akhlak dan prilaku keluarga yang baik, sehingga memberi manfaat bagi orang banyak.

Dalam Al-Qur’an kita membaca Surat Ali Imran ayat 159. Pada ayat ini kita menemukan nilai-nilai kepemimpinan yang menjadi keseharian Rasulullah SAW.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya, “Maka sebab rahmat dari Allah, engkau bersikap lemah-lembut kepada mereka. Seandainya engkau bersikap kasar (dalam ucapan dan perbuatan), mereka pasti pergi meninggalkanmu (tidak mau berdekatan denganmu). Maafkanlah mereka. Mohonkan ampun lah untuk mereka. Ajaklah mereka bermusyawarah (mendengarkan aspirasi mereka) dalam segala perkara (yang akan dikerjakan). Jika engkau sudah berketetapan hati, tawakal-lah kepada Allah. Sungguh Allah mencintai orang-orang yang tawakal,” (Surat Ali Imran ayat 159).

Berdasarkan ayat di atas, kata Zarmon ini karakter Islami yang harus dipunyai pemimpin yaitu:

1. Lemah-lembut.

2. Tidak kasar (tidak bengis), baik dalam ucapan atau perbuatan.

3. Siap memaafkan kesalahan orang lain.

4. Selalu memohonkan ampunan untuk rakyatnya yang berbuat dosa.

5. Siap mendengarkan aspirasi rakyat (demokratis).

6. Memiliki komitmen yang kuat untuk melakasanakan tugas yang diembankan.

7. Selalu tawakal kepada Allah.

Jadi Keluargan itu adalah salah satu organisasi paling penting di dunia dan keluarga membutuhkan kepemimpinan atau nahkoda dalam menjalankannya.

“Bila organisasi keluarga ini berhasil maka berhasil juga ia kelak memimpin yang lebih besar seprti menjadi pemimpin di ranah minang ini. Dan, jangan anggap remeh kepemimpinan di dalam rumah tangga, karena ujian seorang calon pemimpin, awalnya adalah dari memimpin rumah tangga. Kegagalan dalam memimpin rumah tangga sangat bisa dijadikan indikator kegagalan dalam memimpin apa pun nantinya. (rilis:.mn/iko)