Randai Lenggogeni, Tradisi Lokal yang tak ‘Lapuak Dek’ Zaman

oleh -2,360 views
oleh
2,360 views
Tim KKN Unand Korong Sipisang Sipinang juga menggali kesenian tradisi di korong tersebut. (foto: agung)

*Kisah Cinta Berujung Maut*

Tim KKN Unand Korong Sipisang Sipinang juga menggali kesenian tradisi di korong tersebut. (foto: agung)

Kayutanam,—Randai merupakan satu dari ratusan lebih kesenian tradisional di MinangKabau. Kesenian ini terdiri dari beberapa gerakan tari-tarian, nyanyi-nyanyian, dan petatah-petitih yang menceritakan suatu kisah tertentu.

Kesenian Randai ini banyak ditemui di nagari-nagari yang ada di Sumatera Barat, seperti Pasaman dan kabupaten Padang Pariaman.  

Di kabupaten Padang Pariaman, tepatnya di Korong Sipisang Sipinang Nagari 2 X 11 Anduring Kayu Tanam, seni tradisi Randai terjaga hingga hari ini.

Seni Ranadai di sana mengisahkan kisah cinta segitiga si Lenggogeni. Kesenian Randai Lenggogeni ini dimainkan oleh pemuda-pemudi Korong Sipisang Sipinang.

Bahkan yang lebih hebatnya lagi, anak-anak siswa-siswi sekolah dasar di korong itu sudah lincah memainkan kesenian Randai Lenggogeni itu.

Meskipun kekinian di tengah gempuran permainan modern dan gawai di dunia maya,  Randai Lenggogeni tetap menjadi pilihan utama dan memiliki tempat tersendiri pada kehidupan masyarakat Korong Sipisang Sipinang.

“Regenerasi berjalan amat baik sehingga membuat Randai Lenggogeni tetap Lestari dan tak lapuak dek zaman sehingga sampai sekarang tetap eksis,”ujar tokoh masyarakat Korong Sipisang Sipinang, Labay, Selasa 25/7.

Pada kisah Randai ini sebenarnya rangakaian kata yang menjadi kabar, atau di Minangkabau di sebut kaba. Kaba Lenggogeni sendiri sebenarnya hampir mirip dengan kisah cinta legenda Siti Nurbaya dengan Datuk Maringgih.

Cuma, kisah cinta Lenggogeni berujung dengan kematian si Lenggogeni. Menurut Pak Labay, kisah Lenggogeni merupakan cerita rakyat Pariaman yang benar-benar terjadi pada tahun 70-an.

“Lenggogeni, si gadis Pariaman yang pergi merantau ke Jambi dan punya kekasih di perantauan. Namun, takdir berkata lain. Orang tua Lenggogeni di Pariaman telah menjodohkan si Lenggogeni dengan orang Pariaman. Perjodohon ini membuat si Lenggogeni harus balik kampung ke Pariaman,”ujar Pak Labay yang hapal sinopsis Kaba Lenggogeni itu.

Lalu dalam tari dan gerak silat dilanjutkan petatah petitih kata Labay, kekasih Lenggogeni di Jambi tidak menerima perjodohon tersebut. Diam-diam sang kekasih berencana untuk membunuh si Lenggogeni.

“Sang kekasih mengikuti Lenggogeni secara bersembunyi-sembunyi dalam perjalanan balik menuju ke Pariaman, lalu membunuhnya. Sang kekasih lebih memilih  melakukan cara Baputih tulang, yang artinya dari pada dimiliki lebih baik dibunuh,”ujarnya.

Meski kisah diperagakan dalam tari srtta gerak silat tetap saja kisah itu mengjipnoits siapa saja yang menyaksikan Randai Lenggogeni.

“Benar, warga di sini kisah itu sudah di luar kepalaz tapi tidak pernah bosan menyaksikan kisah di ceritakan dalam seni tradisi Randai,”ujar Eka pemuda setrmpat. (liputan tim KKN Unand korong sipinang sipisang)