Resep Merantau, Dima Bumi Dipijak Disitu Langik Dijunjuang

oleh -2,388 views
oleh
2,388 views
Khairul Alam, Kepala Biro Umum Kemenko Polkam, resep merantau dima bumi dipijak disitu langik dijunjuang, (foto:ded)
Khairul Alam, Kepala Biro Umum Kemenko Polkam, resep merantau dima bumi dipijak disitu langik dijunjuang, (foto:ded)

Jakarta,—Orang minang Sumatera Barat (Sumbar) perantau bukan rahasia lagi, sejak dulunya anak minang sudah suka melalang buana, tekadnya dari pada susah dibawa pulang biarlah rantau diperjauhnya.

Tapi, sukses diperantauan ternyata banyak yang mengamalkan petuah kuno minang yakni dima bumi dipijak disitu langik dijunjuang, petuah minang yang kira-kira maksudnya, penyesuaian diri dengan kondisibdam situasi daerah rantau.

Seperti Khairul Alam, anak Bonjol Pasaman termasuk yang mengamalkan petuah orang tua minang dulu itu.

“Kemana pun rantau saya tempati karena penugasan petuab itu selalu saya ingat,” ujar Khairul Alam, Selasa 25/4 di Jakarta.

Kini perantau asal tanah kelahiran Tuanku Imam Bonjol itu sukses dalam karir dia menjabat Kepaka Biro Umum Kementerian Politik dan Keamanan (Menko Polkam).


Selain petuah tadi, kata Khairul, urang awak punya jiwa sederhana dan ramah ini melekat di mana pun anak minang itu merantau.

“Kesederhanaan dan ramah anak minang menyebabkan dalam pergaulan kita diterima oleh semua etnis yang ada di dunia ini,”ujarnya.

Menurut Khairul yang sudah melalang buana perantauannya seperti Bali, Papua, Ambon dan sekarang di ibukota negara, Jakarta, benang merah anak minang suka merantau ya petuah dima bumi dipijak, disitu langik dijunjuang.

“Ini maknanya juga kemampuan beradaptasi dengan lingkungan apa saja, etnis minang diakui oleh suku bangsa lain mendiami nusantara ini, dan jangan heran kalau anak minang siberi kepercayaan oleh lingkungan yang berbagai etnis, karena adaptasi dan mudah bergaul, sederhana serta ramah tadi,”ujar Khairul.

Khairul Alam saat mengenang awal di merantau cukup menimbukan kesedihan, karena lebih banyak pedih ketimbang senangnya.

“Saya awal meninggalkan kampung halaman hanya bermodalkan dan mengandalkan tulang delapan karek (potong), tanpa modal finansial tanpa famili kaya di daerah rantau yang dituju, hanya bismillah saja, awal tinggalkan kampung,” ujarnya.

Tapi berkat kerja keras salam karir, akhirnya dia termasuk pejabat yang dipercayai Menko Polkam. “Sebelun Pak Menko melakukan sesuatu, saya harua mencoba terlebih dahulu, baik peralatan acara, sampai sarapab dan makan bapak,” ujarnya.

Dan bagi perantau minang pemula, Khairul pesankan, harus tanamkan tekad, berpantang pulang sebelum berhasil, sukses tidak datang begitu saja, tapi kerja keras dan doa untuk menggapai sukses tersebut.

“Kunci pertama anak minang itu adalah taat ibadah. Apalagi perantau minang itu lahir ddi lingkungan Islami, membuat pondasi perantau itu lebih kokoh, dan sulit digoda pergaulan negatif di perantauan,” ujarnya.

Selain itu menjaga amanah dan kepercayaan juga menjadi indikator sukses di perantauan.

“Bertanggungjawablah terhadap sesuatu yang diamanahkan karena dibalik itu ada kepercayaan dari yang memberi amanah sekali kita dipercaya maka itu mahal nilainya,”ujarnya.

Berikutnya menurut Khairul, perantau etnis minang ini cepat belajar dan ini kelebihan lain dari perantau minang.

“Itu karena orang minang mengandalkan otak dulu baru bekerja” ujar Khairul Alam


Nah selain itu, kata Khairul yaitu sifat berani berapekulasi dan menghadapi resiko dari setiap usahanya.

“Lihat aja betapa terkenalnya pedagang K5, karena rata rata asal Sumbar, dia berjualan di depan toko orang WNI keturunan. Kejaran Satpol PP atau Trantib mungkin tak terhiting lagi, tapi mereka tak pernah berhenti berdagang, besok berdagang lagi apapun resiko kan dihadapinya,”ujar Khairul.

Kecermatan memilih usaha juga menjadi kunci, selama ini perantau minang dominan memilih usaha bidang makanan dan pakaian. Kedua bidang itu selalu dibutuhkan orang, sampai kapan pun dua bidang itu sangat dibutuhkan.

“Terbukti dengan terkenalnya rumah Makan Padang. Hampir di seluruh dunia ada saya seorang perantau  tidak hanya itu, perantau minang banyak bisa sukses karena pintar memimpin. Hal itu terlihat dengan banyaknya perantau asal minang yang mendapat kepercayaan menjabat di Pemerintahaan meski berada di luar Sumatera Barat. Tidak hanya menteri, bahkan menjadi kepala daerah ada yang berdarah turunan minang.

“Saya selalu berharap dan inginkan agar Sumbar betul betul maju, sejajar dengan provinsi lain yang banyak tinggalkan Sumbar, karena kita punya semua persyaratan untuk lebih maju dari daerah lain,”ujarnya.


Jumlah perantau minang memang belum ada statistik pasti mengkalkulasikannya, tapi kata Khairul jumlah perantau itu lebih banyak dari jumlah penduduk Sumbar sendiri.

“Meski ada yang membully dengan istilah Padang bengkok, menurut saya itu perantau minang yang bertindak melanggar hukum itu perantau yang tersesat dan melupakan falsafah minang sendiri,”ujarnya. (ded-jkt)