REWARD DAN PUNISHMENT

oleh -859 views
oleh
859 views

 

ISA KURNIAWAN                        Koordinator Komunitas Pemerhati Sumbar (Kapas)

REWARD (penghargaan) dan punishment (hukuman) merupakan dua sisi mata uang. Satu maknanya positif dan satu lagi negatif. Merupakan apresiasi terhadap apa yang telah dikerjakan / dilakukan seseorang atau sekelompok orang. Jika berprestasi dan melakukan sesuatu yang menjadi maslahat bagi masyarakat banyak, maka diberi penghargaan. Begitu sebaliknya, kalau mudarat yang ditimbulkan, diberi hukuman.

Dalam organisasi moderen atau perusahaan, reward dan punishment itu adalah suatu keharusan agar kerja yang dilakukan tidak serampangan. Bagi yang berprestasi diberikan penghargaan berupa insentif atau bonus. Hal ini untuk memberikan motivasi kepada yang lain agar dapat bekerja dengan baik. Bagi yang lelet, tentunya diberi hukuman, sesuai dengan tingkat keleletannya.

Sekarang banyak daerah yang mendapatkan reward entah darimana, tetapi karena diberi orang, ya banyak yang menerima saja, walaupun secara kongkrit substansi penghargaan itu sangat lemah. Kadang banyak juga reward yang didapat daerah itu melalui pemberian gratifikasi (uang) kepada si pemberi.

Tidak usah jauh-jauh. Kadang untuk mendapatkan penghargaan laporan keuangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), daerah menyuap oknum-oknum di BPK agar bisa mendapatkan klasifikasi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Sudah banyak kasus yang terkuak, dimana oknum pegawai BPK tertangkap tangan menerima suap. Itu yang tertangkap, yang tidak?

Bagi kepala daerah yang kemaruk terhadap reward tadi, dibuatlah acara-acara yang bisa membuat rekor tertentu dengan menghabiskan dana APBD yang tidak sedikit. Biasanya untuk mendapatkan reward dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Kemudian berita di media dikondisikan besar-besar dengan diiringi pariwara satu halaman penuh.

Setahunnya diumumkan sudah berapa banyak dapat reward. Semakin banyak semakin ke atas lubang hidung si kepala daerah. Walaupun isi reward yang diterima itu kadang tidak bertemu di lapangan. Malahan ada yang bertolak belakang. Pokoknya cuek, kayak bebek.

Sayang antara reward dan punishment itu sering tidak seimbang. Para pihak hanya melihat bagaimana memberi reward saja yang nampak, ketika ada kesalahan dan prestasi yang kolaps mereka pura-pura tidak tahu. Seharusnya tiba diperut tidak dikempiskan, tiba di mata tidak dipicingkan.(analisa)