Salurkan PEN Cepat dan Tepat Harus Berkelanjutan

oleh -425 views
oleh
425 views
Nevi Zuairina minta pemerintah chas transfer bantu ekonomi rakyat sulit di tengah krisis karena wabah korona. (foto: dok)

Jakarta, —Anggota DPR Komisi VI DPR RI, Hj. Nevi Zuairina mengkahwatirkan kondisi negara Indonesia yang berhadapan dengan krisis Ekonomi dunia akibat covid 19.

Tapi politisi perempuan nasional PKS ini tetap optimis Indonesia bisa survive dari badai krisis akibat dampak covid-19.

”Saya tetap optimis sepahit dan segitir apapun kondisi negeri ini. Asal kebijakan yang relatif tepat dilakukan akan menahan serangan resesi dengan memperkuat pondasi ekonomi kerakyatan, pemerintah jangan lari dari kondisi terburuk ekonomi itu,”ujar Nevi Zuairina, Senin 31/8.

Dan Nevi yakin  bantuan rakyat melalui PEN (Program Ekonomi Nasional) digelontorkan pemerintah dapat memperkuat ekonomi kerakyatan.

“Ada tiga hal yang mesti dilakukan, yaitu dilakukan dengan cepat, disalurkan dengan tepat dan berlaku secara berkesinambungan minimal enam bulan kedepan,”ujar istri Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Politisi PKS ini mengingatkan kepada pemerintah bahwa, pada triwulan II-2020 perekonomian Indonesia turun hingga minus 5,32%.

Angka kemiskinan pada Maret 2020 naik menjadi 26,42 juta orang, atau bertambah sebesar 1,63 juta selama 6 bulan terakhir.

Dan pelaku usaha yang paling terdampak adalah UMKM yang memang hanya memiliki keterbatasan modal untuk bertahan pada kondisi pandemi ini sehingga sulit untuk bangkit karena tidak ada stimulus.

Nevi berpendapat, bahwa cash transfer ke masyarakat perlu dilakukan agar meminimalisir krisis sosial. Karena pertumbuhan ekonomi terus negatif dan memicu krisis sosial akan menjadi bencana besar bagi bangsa ini.

Nevi menjabarkan, Sejak awal adanya wabah Covid-19 di Indonesia, awla Maret 2020 lalu, rata-rata penjualan IKM mengalami penurunan antara 50%-70%. Industri Kecil dan Menengah (IKM) sudah pasti terkena dampak akibat pandemi covid-19. Ada sebanyak 43.106 IKM yang terdampak covid-19 yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia, antara lain Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Banten. Dengan adanya IKM yang terdampak tersebut membuat 149.858 pekerja terancam kena PHK. Data ini valid karena juga dirilis oleh kementerian perindustrian di Derektorat Jenderal IKMA.

“Pemerintah perlu mengambil langkah yang tepat untuk menyelamatkan Industri Kecil dan Menengah (IKM) di saat masa pandemi COVID-19, mengingat di dalam IKM terdapat banyak tenaga kerja yang terancam kena PHK”, ujarnya.

Legislator asal Sumatera Barat II ini menjelaskan, merujuk data Kementerian Koperasi dan UKM, total penyerapan dana untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah mencapai Rp 11,84 triliun atau sebesar 9,59% dari total anggaran PEN sebesar Rp 123,4 triliun. Progress penyerapan anggaran PEN untuk UMKM tersebut tergolong lambat, yang akibatnya, dampak pada pemulihan ekonomi juga akan lambat. Selain itu, perbaikan data penerima bantuan harus betul-betul diperhatikan, karena sering menjadi temuan bahwa penerima bantuan adalah yang tidak berhak.

“Program stimulus ini ke masyarakat bawah harus banyak tiap bulan. Penguatan Modal pada pelaku usaha UMKM minimal dilakukan selama 6 bulam ke depan dalam bentuk hibah. Masyarakat bawah punya kecenderungan spend money, yang berarti pemerintah bisa melihat ini sebagai pola untuk mencari solusi. Intinya bila negara ingin melihat dampak ekonomi yang lebih signifikan, Bantuan pemerintah melalui PEN ini harus dilakukan secar cepat, tepat dan berkesinambungan”, tutup Nevi Zuairina.(rikis: nz-voice)