Saya Percaya Saya Bisa Menulis

oleh -432 views
oleh
432 views
Ilham Yusardi (foto: dok/rom)

Oleh: Ilham Yusardi

AYO ucapkanlah judul di atas sebanyak 3x lalu ambil kertas, pena, atau laptop anda. Mulailah menulis.

Ada yang meyakini bahwa kemampuan menulis adalah bakat. Kalau tidak berbakat tidak bisa menulis.

Tidak. Menulis itu bukan perkara bakat. Tapi perkara niat dan tekad dan akhirnya menjadi kebiasaan sehari-hari. Kalau kita membiasakan diri memasukan satu koin recehan ke dalam sebuah tabung ayam setiap hari, maka tabung ayam itu akan penuh pada waktunya. Dengan uang receh setumpuk itu kita bisa dapatkan sesuatu yang kita idamkan.

Begitu juga dengan menulis, kalau setiap hari selalu ada yang kita tulis, meskipun satu paragraf, bahkan satu kalimat, pada akhirnya akan menjadi tulisan yang utuh.

Kalau pun ada faktor bakat, itu hanya 1% dari 100 % kemampuan menulis. Selebihnya, 99 % niat dan tekad yang kuat.

Sesungguhnya, siapa saja bisa menulis. Apapun profesinya, baik petani, tukang ojek, buruh, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, dokter, dosen, guru besar, politisi hingga presiden sekalipun.

Menulis seumpama mengasah mata pedang. Tidak bisa sekali gosok saja langsung tajam. Perlu usaha yang berulang-ulang dan terus menerus untuk meningkatkan ketajaman matanya. Begitu juga dengan menulis, jika ingin mahir, harus dilatih terus-menerus.

Menulis merupakan upaya mengabadikan ide, pemikiran, informasi dan ilmu pengetahuan. Meminjam petuah seorang filsuf bernama Milan Kundera, menulis merupakan ‘Perjuangan Melawan Lupa’. Jika tidak ingin dilupakan, maka menulislah.

Menulis itu dunia yang luas. Menjadi penulis bukan perihal sastra (cerpen, puisi, esai) dan jurnalistik saja. Semua bidang membutuhkan penulis.

Bidang agama perlu penulis yang dalam tentang ilmu agama, bidang hukum perlu penulis yang mampu menjelaskan tentang penegakan hukum dan keadilan, bidang pertanian membutuhkan orang yang mau menuliskan tentang ilmu pertanian, seorang ekonom semestinya juga bisa menulis tentang perkembangan ekonomi masyarakat, ahli teknik, ahli bahasa, arsitek, koki, bisa menulis sesuatu yang ia ketahui.

Jadi, menulis bukanlah kaplingan eklusif para pegiat literasi atau wartawan saja. Semua profesi dan semua orang dapat melakukannya. Tergantung tekad dan pembiasaan dalam dunia sehari-hari saja.

Mengutip ucapan sahabat Rasul, Ali Bin Abi Thalib, “Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang abadi” dan kata Imam Ghazali “Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah..!!!(analisa)