Sayang Lansia

oleh -314 views
oleh
314 views

Oleh: Wirdanengsih
(Dosen FIS UNP/fonder rumah literasi griya Istiqlal)

DI SAAT pendemi ini perlu perubahan dalam pola kehidupan manusia termasuk lansia, untuk itu perlu perhatian pada lansia agar dapat tetap hidup sehat dan bahagia.

Lansia adalah aset yang berharga untuk kemajuan bangsa untuk itu perlu mengasah dan mengali potensi sesuai dengan kondisi mereka dan ditempatkan pada posisi yang mulia. Oleh karena itu perlu kita membangun gerakan sayang lansia sehingga terbangun lansia yang bermartabat di tengah wabah pendemi.

Menjadi lansia adalah bagian dari siklus kehidupan manusia yang tak bisa dihindari, penuaan ini ditandai dengan gerakan tubuh menjadi lambat, organ tubuh mengalami penurunan kemampuan beraktivitas serta timbul beberapa penyakit degeneratif.

Hakikinya yang disebut lansia adalah orang yang berusia 60 tahun keatas yang data dari kependudukan tahun 2019 diketahui berjumlah 9,6 persen dari 25,64 juta jiwa orang Indonesia
Dari data gugus tugas penangganan covid 19 ditemukan bahwa ada sekitar 43,8 persen lansia yang positif covid. 11, 7 di isolasi, 12,5 persen sembuh dan meninggal sekitar 43,7 persen tahun 2020 sedangkan untuk tahun 2021 ada sekitar 48,3% lansia meninggal karena covid 19 (Covid.19.go,id)

Dari data memang tidak tinggi tingkat pasien covidnya tapi tingkat kematian lansia perlu menjadi perhatian dan kerja sama untuk memberi perlindungan pada lansia agar tetap hidup sehat dan bahagia

Selain memikirkan sisi kesehatan fisik dan mental, sisi sosial ekonomi dan budaya lansia juga perlu diantisipasi, lansia perlu mendapat edukasi dan pendampingan agar dapat beradaptasi terhadap perubahan sosial dimasa pendemi ini dan perlu mengubah cara berpikir yang menganggap lansia adalah beban keluarga, akan tetapi berpikir bagaimana menjadikan lansia sebagai potensi pembangunan dengan cara memberikan apa yang menjadi hak mereka dan mengoptimalkan potensi-potensi yang mereka miliki.

Gerakan sayang lansia, adalah salah satu pilihan untuk memberikan hak-hak daripada lansia dan mengali potensinya, adapun sasaran gerakan sayang lansia ini terdiri keluarga yang ramah lansia, keluarga yang menghargai dan menghormati lansia dengan caranya menyediakan sarana dan prasarana kehidupan mereka, mendekteksi kerentanan kesehatan mereka, tidak melakukan kekerasan fisik maupun psikologis kepada lansia, serta mendukung peningkatan nilai ibadah dan ketaqwaan serta mengajak dan melibatkan dalam keputusan dan kegiatan bersama keluarga serta terpenting adalah sabar dan ikhlas hidup bersama lansia.

Untuk lansia sendiri diharapkan berpikir positif, optimal dalam mengembangkan diri, semangat mencari hal yang baru, tetap produktif, beribadah serta menjaga kesehatan .Sedangkan harapan dari lingkungan, bagaimana lingkungan yang tidak diskriminatif terhadap lansia, ada pelayanan yang ramah lansia, memberikan kesempatan beribadat serta tetap memberi keterlibatan pada partisipasi masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka.
Sikap dan prilaku pada Lansia pada Pendemi

Hakikinya lansia pada masa pendemi ada faktor faktor dalam hal mejaga keseimbangan kehidupan lansia, di antaranya (1) faktor biologisnya yaitu menjaga kebutuhan fisiknya dan meningkatkan daya imun tubuhnya, (2) faktor psikologisnya, pemenuhan kebutuhan mental untuk diperhatikan, disayangi, diayomi, serta dilindungi ,(3) faktor sosial budaya yaitu sikap dan prilaku orang sekitarnya yang menjadikan lansia sebagai orang yang merasa di hargai dan dihormati, dihindari dari sikap diskriminasi, jauh dari kekerasan, terlibat dalam musyawarah keluarga sehingga merasa diri berguna serta memberi peluang bagi lansia untuk mengekspresikan budaya suku bangsanya seperti mengajarkn kuliner tradisional, musik serta asksesoris budaya lainnya, karena kita megetahui bahwa para orang tua memiliki khasanah seni dan budaya yang beragam dan itu perlu dilestarikan dan ditranformasikan sehingga berguna untuk kehidupan masa depan generasi akan datang.

Untuk mewujudkan gerakan sayang lansia, perlu mengetahui apa yang menjadi pengetahuan masyarakat berupa pandangan budaya tradisional dalam memahami lansia sehingga budaya tersebut menjadi positif bagi perlindungan lansia, adapun pandangan diantaranya bahwa lansia sudah merawat dan menjaga anak maka ketika mereka sudah tua mereka juga akan dijaga dan dirawat oleh anaknya.

Namun dilain pihak ada pandangan bahwa lansia dulu telah dirawat oleh orang tuanya maka mereka merawat dan menjaga anaknya, dan anaknya selanjutnya merawat dan menjaga cucu mereka.artinya hidup bagai air mengalir, lansia menbangun kemandirian, lansia tidak menuntut kewajiban kepada anaknya untuk membalas budi tapi lebih menuntun untuk merawat dan menjaga cucunya.
Gerakan sayang lansia harus menjadi komitmen bersama untuk melindungi dan memenuhi hak lansia sembari memberi edukasi dan pemahaman kepada keluarga dan masyarakat bahwa lansia peru dilindungi, di muliakan, dan diposisikan pada tempat yang layak, kembangkan potensi diri mereka walau sudah tua dan potensi itu ada berharga untuk kemajuan bangsa.

Lansia bukan obyek tapi subyek pembangunan, lansia harus mampu beradaptasi terhadap perubahan sosial masyarakat di masa pendemi ini sehingga menjadi lansia yang tangguh , sehat dan bahagia.

Adapun proses adaptasi yang dilakukan lansia pada masa pendemi diantaranya adanya kemampuan psikologis untuk merubah diri yaitu kemauan untuk memahami tekhnologi baru dan cara hidup baru sehingga lansia memiliki kesibukan tersendiri yang bersifat produktif bagi drinya, keluarga dan masyarakat.

Lansia perlu mendapat pengetahuan mutakhir dan kemampuan beradaptasi sosial dengan orang yang lebih muda, artinya lansia tetap memposisikan dirinya sebagai orang tua namun bisa memahami bagaimana generasi muda. Membangun pertemuan sesama lansia juga penting sebagai sarana meningkatkan pengetahuan dan kualitas hidup

Di sisi lain, sikap dan prilaku orang yang pra lansia dalam keluarga juga beradaptasi atas perubahan sosial yang ada akibat pendemi covid 19 ini diantaranya perlu menyadari kebutuhan lansia untuk memperkuat daya imun tubuh, gizi baik, berolah raga ringan agar tetap sehat. Selanjutnya menghargai karya dan pengetahuan kearifan lokal lansia dalam mengisi kehidupannya serta selalu mencari tips hidup harmonis harmonis dalam menghadapi perubahan sosial yan dihadapi pada masa pendemi ini.

Lansia dan pasar

Terkait dengan gerakan lansia, kita perlu menghargai lansia yang masih ingin produktif dalam mensejahterakan kehidupan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Kalau kita amati dalam beberapa pasar tradisional yang ada, lansia memiliki peran tersendiri, lansia memiliki semangat produktif sebagai penjual diruang-ruang pasar yang ada.

Mereka menanam beberapa tanaman kebutuhan pokok sehari-hari seperti sayuran, cabe, terong, bawang, buah buahan dan sebagainya. Setelah panen mereka menjual juga sendiri hasil panen mereka kepasar, lalu terjual mereka membeli beberapa kebutuhan sehari-hari dan menyimpan uang dari hasil penjual. Mereka mengungkapkan pekerjaan seperti ini menyenangkan karena merasa mandiri dan lebih sehat dengan tetap bekerja.

Ya begitulah para lansia, jangan dipandang sebagai orang yang akan memberatkan kita tapi hargai dan beri perlindungan atas keberadaan mereka agar mereka tetap bahagia.(anlisa)