Seri MTBM Zul Evi Astar ke Singkarak, Bilih dan Kesejahteraan 13 Nagari Salingka Danau

oleh -803 views
oleh
803 views
Zul Evi Astar berbaur dengan masyarakat di nagari Salingka Danau Singkarak Sabtu 8/9 kemarin. (foto: timmedia-zea)

SABTU sore 8 September, Calon Anggota  DPD RI seperti tercatat di DCS calon Perseorangan Pemilu 2019 Daerah Pemilihan Sumbar, Zul Evi Astar Dt Asa Batuah kunjungi Singkarak Kabupaten Solok dan Tanah Datar

“Allhamdulillah, saya mendapat kehormatan bisa duduk dan berinteraksi bersama dengan puluhan tokoh masyarakat serta bundo kanduang Jorong Baiang – Nagari Guguak Malalo, Kecamatan Batipuh Selatan – Kabupaten Tanah Datar,”ujar Zul Evi Astar lewat rilis dikirim Tim Media zul evi astar (ZEA), Minggu 9/9..

Zul Evi Astar nan alumni Fakultas Hukum Unand berbaur dengan publik figur di jorong itu, terlihat intens membahas berkurangnya populasi Ikan Bilih, ikan yang menjadi icon Danau Singkarak.

“Ikan Bilih selama ini, tidak saja hanya untuk bagian hidangan di meja makan, tetapi Ikan Bilih,jadi satu satunya endemik yang hanya hidup ada di Danau Singkarak, tetapi Ikan Bilih juga telah menjadi pencaharian dan sumber pendapatan para ibu-ibu yang bermukim di 13 Nagari di salingka (selingkar) Danau Singkarak yang berada pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar,”ujar Zul Evi Astar yang dulu memulai karir ASN di Sumbar dengan jabatan Kepala Dinas Pendaparan sebelum menjabat Wasekjend DPD RI di Jakarta sampai pensiun.

Saat ini, kata Zul Evi Astar Dt Asa Batuah, para bundo kanduang di nagari salingka danau mengeluh, pendapatan sejak dari nenek moyang, terus tergerus diakibatkan pola perlakuan masyarakat sudah berobah dan bergeser dengan membuat bagan dalam mebangkap ikan.

“Terlebih, dengan tersebarnya bibit Ikan Nila di Danau Singkarak, diperparah penempatan karamba serta pelet sisa makanan juga mencemari air danau dan mengurangi populasi Ikan Bilih di Danau Singkarak,”ujarnya.

Menjelang senja Sabtu kemarin itu, Calon DPD RI Pemilu 2019 ini, langsung mendekatkan telinga ke bibir masyarakat (MTBM) di sana, Zul Evi Astar mendengar keluh gelisah ibu-ibu di selingkar Danau Singkarak.

“Lumrah kaum ibu mengeluh, karena sumber pendapatan rumah tangga mereka banyak tergantung dari kehidupan Ikan Bilih ini. Dari penuturan ibu ibu yang disampaikan tadi itu, Ikan Bilih telah memberi pekerjaan serta penghidupan banyak orang,”ujarnya.

Ikan Bilih memberi peluang pendapatan, mulai dari menangkap, membersihkan, membubui, menjemur dan menggoreng – direbus, baru terakhir dipasarkan.

“Dari proses hulu ke hilir secara keseluruhan ibu-ibu di sini mendapat keuntungan penghasilan Rp.20.000.- per kilo,”ujar Zul Evi Astar.

Tapi kini, akibat sirkulasi air danau yang berobah serta pola perlakuan masyarakat sekitar yang kurang memadai pemahaman terhadap lingkungan, Zul Evi Astar menjadi terharu.

“Saya terharu mendengar keluhan ibu-ibu ini bahwa, kawasan Danau Singkarak ini merupakan tempat pengaduan kala hidup miskin ( dalam bahasa Ibu – Danau bagi kami merupakan pengaduan bansaik).
Yang menyenangkan, saya di suguhi gulai jabuih dan pangek asam padeh Nila,”ujar Zul yang tahu kalau khas nagari salingka Danau Singkarak itu dulunya Pangek Ikan Sasau. SALAM DAERAH KUAT – NEGARA HEBAT. (rilis: timmedia-zea)