Spiritualitas Pedagang

oleh -890 views
oleh
890 views
Hamdanus, putera Pessel Rang Sumando Agam
Hamdanus, putera Pessel Rang Sumando Agam

Oleh :                                                                    Hamdanus

HAMDANUS menjadi sebuah keyakinan masyarakat pedagang bahwa pada musim lebaran mereka akan mendapatkan untung besar, dan sekaligus di kepala mereka tertanam pula keyakinnan bahwa untung besar akan menurun dratis pasca lebaran, malah kalau tak hati-hati usahanya pun bisa gulung tikar.

Secara teori ekonomi itu sah-sah saja, namun bila ini sampai menjadi sebuah keyakinan, maka disitulah petaka berawal.

Sesungguh nya semua harta yang di belanjakan manusia berasal dari
Allah SWT. Manusia yg punya kecerdasan sripitual tidak pernah meyakini bahwa rezeki nya bergantung pada manusia.

Seluruh hajat manusia bergantung kepada takdir Allah SWT. bila Allah berkehendak maka siapapun bisa Allah berikan rezeki yg banyak, bukan hanya di bulan Ramadhan.

Jadi ini bukan hanya perkara waktu berdagang, sekali lagi ini bergantung pada kehendak Allah yg ditopang strategi dan taktik berdagang.

Bila hal ini bisa terpahami maka bulan Ramadhan dan lebaran bukanlah waktu yang utama untuk mencari uang.

Di bulan Rahmadhan masyarakat muslim maksimal beribadah, apalagi di sepuluh hati terakhir, bisa disempurnakan dengan ibadah i’tikaf di Masjid.

Kemudian Lebaran bisa pula dijadikan sebagai sarana silaturrahim paling utama, menyempurnakan silaturrahim bulan-bulan sebelumnya.

Inilah yang di maksudkan dengan istilah spritualitas pedagang oleh penulis yang termasuk seorang tokoh muda Minang Rantau.

Bahwa seluruh pemimpin di Ranah Minang harus mampu menjelaskan konsep spritualitas pedagang dimaksud. Ini adalah sebuah konsekuesi dari falsafah minang “Adat Basandi Sara’, Sara’ Basandi Kitabullah”.

Penulis asal Pesisir Selatan ini yakin, bila konsep ini di terapkan secara utuh maka semua pedagang akan bahagia di dunia yang sementara dan bahagia di akhirat yang kekal selamanya.***