Spot Selfie Batas Padang-Pessel tak Kereeen Lagi, Kenapa Ya?

oleh -740 views
oleh
740 views
Batas Padang Pesse nan megah mempesona ini, kini tak asyik lagi karena limbah truk galian C, hujan ruas asyik itu jadi lumpur, panas berdebu. (foto: dok/ mcc)

Padang,—-Batas Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) –Kota Padang yang selama ini menjadi incaran pengguna kendaraan untuk istirahat dan slefie guna eksis di media sosialnya.

Kini tidak menarik dan tak punya daya tarik lagi, duh kenapa bisa begitu? Anggota DPRD Sumbar putera Pessel Muhayatul Chaniago menyebut karena ketika hujan jalanya penuh lumpur dan jika panas terik berubah menjadi berdebu.

”Padahal di batas itu selain ada gapura lambang kabupaten Pessel yang mempesona juga ada rest area dikelola masyarakat untuk beristirahat bagi pengendara dan penumpang kendaraan, mereka memanfaat rest area untuk istirahat melepas penat di atas kendaraan,”ujar Muhayatul Minggu 26/7.

Gapura batas kota dan lagu Tommy J Pisa …Di Batas Kota Ini… menjadi daya tarik batas dua daerah itu.

”Apalagi keindahan alam di area itu sangat amazing sesuai dengan julukan Pessel Negeri Sejuta Pesona,”ujarnya.

Namun kekinian batas itu tak mempesona lagi, tak seindah yang dibayangkan. Tidak seperti merdunya lagu Tommy J Piza dulu, karena Jika gerimis datang, jalanan bak kubangan lumpur. Pengendara, harus bekerja ekstra agar terhindar dari kecelakaan. Apalagi, jalan tersebut tanjakan dan tikungan.

Kemarin Sabtu 25/7 kata Muhayatul dia menyaksikan beberapa kendaraan roda dua mengalami slip dan nyaris mengalami kecelakaan tunggal.

“Sudah beberapa kendaraan yang terjerabab lantaran licinnya jalan. Mestinya saat hari, hujan mobil tanah itu tidak beroperasi. Penambang harus peduli, jangan hanya meraup untung saja,” ujar Putri, warga Siguntur yang kebetulan berada di lokasi tersebut.

Anggota DPRD Sumbar, Muhayatul juga kesal dengan kondisi yang terjadi. Mestinya, perusahaan tambang galian C itu juga memikirkan masyarakat banyak.

“Perusahaan jangan kejar untung saja, keselamatan masyarakat harus juga dipikirkan. Salah satu langkah, dengan melakukan pengerasan pada jalan yang dilalui truk. Agar tidak membawa tanah sampai ke jalan raya,” ujar Putra Pesisir Selatan, Tarusan nama tepat asalnya.

Muhayatul yang juga Ketua Fraksi PAN DPRD Sumbar ini menegaskan, saat ini masyarakat yang nota bene warga Pesisir Selatan betul-betul merasakan dampak negatif akibat galian C tersebut.

Saat hujan jalanan dilumuri lumpur itu akan sangat licin dan berdampak buruk bagi pengguna jalan terutama bagi masyarakat yang menggunakan sepeda motor, saat cuaca panas masyarakat pengguna jalan akan dihadapkan dengan debu akibat galian tersebut.

“Saya sebagai wakil rakyat dari dapil 8 menghimbau kepada gubernur untuk memerintahkan Dinas ESDM Sumatera Barat selaku yang memberikan izin terhadap galian C ini untuk turun ke lapangan dan meninjau kondisi tambang yang meresahkan masyarakat ini,” ujarnya.

Sang the next Tan Malaka from Tarusan’ ini sangat prihatin terhadap kondisi ini yang tentunya juga akan berdampak buruk terhadap kesehatan masyarakat Pesisir Selatan.

Muhayatul si Tan Malaka dari Tarusan disebut karena media ini tahu pada Pemilu 2019, Muhayatul melakukan pola sosialisasi persis seperti Tan Malaka dulu menyebarkan pahamnya, Anggota Komisi II DPRD Sumbar mengingatkan pengusaha galian C untuk perhatikan lingkungan. (rilis: mcc)