Stop Intimidasi dan Kekerasan Terhadap Jurnalis

oleh -265 views
oleh
265 views
Epza rilis kecamannya pada pengawal Menhub cekik wartawan di Batam.(ep)

Medan, —Tindakan kekerasan kembali terjadi terhadap seorang wartawan. Kali ini dugaan kekerasan dilakukan pengawal Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi terhadap seorang wartawan dengan cara mencekik pada bagian leher wartawan.

Peristiwa tersebut terjadi saat momen tinjauan lapangan Menhub ke Batam, Kepulawan Riau (Kepri), Sabtu 18/9-2021.

Menanggapi peristiwa tersebut, pengamat hukum dan sosial Sumut Eka Putra Zakran, SH MH (EPZA) di Medan menyatakan bahwa semestinya tindak kekerasan tidak perlu terjadi,

“Sangat kita sesalkan jika ada tindakan kekerasan terhadap wartawan yang dilakukan oleh petugas atau pengawal Menhub. Apakali rupanya yang dilakukan wartawan, sehingga pengawal Menhub tersebut sampai mencekik leher wartawan. Sudah gak benar tindakan pengawal Menhub itu,”ujar Epza Minggu 19/9-2021 di Medan.

Semestinya kata Epza pengawal pejabat publik bersikap humanis, bukan anarkis. Mereka kan harusnya sudah terlatih, baik mental maupun spritualnya dalam melakukan pengawalan. Jadi bekerjalah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada. Kalau anarkis berarti keluar dari SOP.

“Masa hari gini masih ada tindakan kekerasan terhadap jurnalis yang meliput. Harusnya bersinergi lah. Mereka para jurnalis juga dalam rangka menjalankan profesinya kan. Mereka dilindungi UU kok. Jadi pengawal Menhub tidak perlu melakukan tindak kekerasan. Arogan namanya itu,”ujar Eka Putra Zakran (Epza)

Epza merilis ktitikan mengatakan model pengawalan seperti itu tidak sesuai standar.

“Mestinya Pak Menhub memberi teguran keras. Kalau belum berjiwa humanis, jangan diberi tugas kelapangan, di kader saja lah dulu itu, biar tidak melanggar SOP yang ada,” ujarnya.

Pertanyaannya, kata Epza sehat ngak jiwanya itu, sebgai alumni Magister Hukum Kesehatan, Epza penting mempertanyakan itu.

“Sebab kalau phisik sehat tapi psikis gak sehat, maka akan muncul sikap tempramental dan arogansi berlebihan, seolah merasa dia yang patennya. Nah, sifat ini gak bagus ada dalam diri pengawal atau petugas pejabat publik,” ujar Epza.

Terus terang, jangankan sama wartawan, sama masyarakat lain pun Epza nggak setuju ada tindak kekerasan. Apalagi terhadap wartawan. Pokoknya sangat disesalkan perbuatan itu.

“Masa ada kekerasan saat peliputan terhadap kehadiran Menteri. Apa dianggapnya sampah profesi warwatan ini? itu yang buat kita geram gitu lho. Maunya saling menghormatilah terhadap profesi masing-masing,” ujarnya. (rls/ep)