Sumbar ‘darurat’ Permintaan Sumbangan di Tengah Jalan

oleh -483 views
oleh
483 views
Menjamur peminta sumbangan di tengah jalan, awas dan hati-hati pemudik jangan momen Pulkam idul fitri jadi suram karena menabrak orang. (dok)

Oleh: Ilhamsyah Mirman (Founder Ranah circle/RRc)

GUBERNUR Sumatera Barat Mahyeldi saat rapat koordinasi menyambut Idul Fitri, mengimbau agar warga tidak meminta sumbangan di jalan.

Hal ini mengantisipasi resiko kecelakaan maupun menimbulkan kemacetan, terutama saat puncak mudik. Permintaan yang sudah sepatutnya, mengingat akhir-akhir ini tampak kian menjamur.

Permintaan sumbangan di jalan biasanya untuk menghimpun dana masyarakat keperluan pembangunan rumah ibadah, perayaan HUT Kemerdekaan, MTQ, Khatam Quran, dan berbagai kegiatan lainnya. Hampir di setiap ruas jalan, baik rute utama maupun jalur di pelosok.

Di jalur Bukittinggi – Payakumbuh, ada 6 (enam) lokasi permintaan sumbangan. Mulai dari Garegeh, Pakan Labuh, hingga di sekitar Batuhampa yang tepat dijalur bebas dekat tikungan. Lokasi yang sangat berbahaya karena umumnya kendaraan melaju kencang.

Demikian pula di jalan alternatif Bandara menuju Pariaman, tidak kurang 5 (lima) lokasi. Bahkan di jembatan Ulakan, terdapat pos sumbangan di kedua sisinya.

Kebiasaan yang sebenarnya masih relatif baru. Tradisi badoncek alek nagari menjadi ciri khas selama ini, yang melekat pada setiap nagari atau kaum.

Kegiatan sosial atau pembangunan rumah ibadah menjadi aktivitas bersama, maka tanggungjawab seluruh anak nagari mensukseskannya, termasuk mereka yang berada di rantau. Sato sakaki, menyumbang sesuai dengan kemampuan, terbuhul di sanubari setiap warga. Seakan berlomba untuk menyumbang, berbuat yang terbaik untuk kampung halamannya.

Memang perlu pengorganisasian yang lebih ‘profesional’. Di samping butuh tenaga dan waktu yang lama, serta akses ke donatur. Sesuatu agak berbeda dengan permintaan di jalan yang mudah, dengan modal seadanya. Namun hasil yang diperoleh biasanya mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.

Himbauan Gubernur, terutama di masa mudik lebaran ini memang terasa dilemmatis.

Di satu sisi, dengan pulangnya sanak dari rantau menjadi peluang untuk mengumpulkan pundi-pundi. Diyakini pemudik memiliki dana yang cukup dan keinginan berkhidmat di kampungnya.

Selain itu, dengan tegaknya panitia di tengah jalan menggunakan atribut dilengkapi papan atau karton ditulis spidol, menjadi media, sehingga masyarakat tau kegiatan yang akan di gelar.

Namun di sisi lain, banyak resiko yang menghadang. Paling berbahaya kalau tertabrak oleh pengemudi yang kurang familiar dengan kondisi.

Tidak sekali dua kecelakaan seperti ini terjadi. Umumnya pemudik yang baru melalui rute tersebut, bisa karena mengejar sesuatu atau sedang mengantuk, sehingga potensial terjadi yang tidak diinginkan. Paling minim, terhambatnya perjalanan hingga menimbulkan kemacetan, ditengah arus mudik jutaan orang. Tentu menimbulkan ketidaknyamanan.

Keadaan Perlu Ducarikan Solusi

Salah satu solusi mengadakan penggalangan, ‘open’ donasi yang melibatkan partisipasi masyarakat, termasuk para perantau tersebut. Panitia khatam Quran PQA Balaigurah dan diberbagai nagari kerap menjadikan cara ini. Menyampaikan proposal dan mengedarkan list kepada para kerabat di rantau hampir setiap tahun.

Pengumuman di masjid menjelang tarawih atau shalat lima waktu, sebenarnya sudah cukup mumpuni. Bisa pula melalui papan pengumuman di tepi jalan, atau informasi langsung ke rumah warga.

Termasuk yang sedang trend, ‘crowd funding’ alias permintaan donasi melalui media sosial, seperti Kitabisa, dll. Hal ini seiring dengan perkembangan teknologi yang bahkan negara pun melakukannya.

Dengan cara yang jauh dari rasa was-was, seraya mengedepankan kearifan lokal dan memanfaatkan teknologi ini mampu lebih mendekatkan diri pada niat yang dituju. Menggalang dana untuk program sosial dan keagamaan. Termasuk merangkul para pemangku kepentingan terkait. Warga merasa bertanggung jawab, karena intens dilibatkan.

Kecelakaan lalulintas bisa menjadikan suasana Idul Fitri dan silaturahim menjadi muram. Tentu bukan hal ini yang kita inginkan. Perlu kesadaran agar kesempatan bertemu, menikmati kebersamaan yang telah sekian lama, hendaknya jangan sampai tercoreng oleh niat baik ini.

Mudah-mudahan kita bisa arif menyikapi aktifitas penggalangan dana ini. Mencari solusi sambil beramal kebajikan di bulan Ramadhan penuh berkah.(analisa)