Sumber Daya Desa dan Pembangunan Berkelanjutan

oleh -540 views
oleh
540 views
ELFINDRI

Oleh : Elfindri Direktur SDGs Unand

SUMBER daya Desa, secara internal merupakan faktor produksi penting. Bisa tanah, air, udara bersih semua merupakan SDA.

Di desa juga memiliki manusia sebagai bagian untuk mengelola SDA dengan modal sosial dan budaya dengan segala nilai, positive dan negativenya.

Budaya dan sosial secara positive sebagai modal, sementara yang negarive akan menjadi barier dalam membangunan berkelanjutan.

Keberadaan modal alam, manusia, budaya dan sosial akan semakin berperan jika sumberdaya inovasi yang berasal dari R@D secara bersama dapat meningkatkan nilai tambah terjaga. Dihasilkan secara optimal dengan meminimumkan “bad commodity” sebagai “side effect” kegiatan konsumsi dan produksi.

Terbatasnya Inovasi

Problem utama kita adalah inovasi yang memberikan kontribusi terbatas dalam pembangunan desa.

Bisa karena inovasi memang terbatas karena tidak fokus dipahami oleh mereka yang berasal dari PT, kalaupun ada inovasi proses sampainya ke masyarakat desa mengalami permasalah yang serius.

Bariernya panjang, dan dalam waktu yg begitu lama transformasi desa lambat terjadi. Pengangguran dan setengah pengangguran tinggi, ketimpangan tinggi, dan kemiskinan sulit diturunkan.

Memilih bidang yang terbatas dan bermutu untuk desa agar handal adalah agenda inovasi. Bisa mengadopsi perwilayahan komoditas, bisa kembangkan teori core phery phery model, bisa menjadikan desa kuat tourismnya, bisa desa handal produksi dan pengolahan produk ikutannya, dan berbagai bentuk lainnya.

Majukan SDM Desa

SDM yang maju tinggal di kota sekalipun mereka mendalami pertanian dan desa. Keterampilan petani skills, sistem produksi, dan bisnis, ketiga rangkaian yang tidak bisa ditinggalkan.

Sistem melahirkan SDM desa bisa dari pengembangan pusat inkubasi BUMD, ini akan menjadi “driving force”.

Melahirkan konsultan dan penggrak untuk memastikan jalannya model pembangunan perwilayahan.

Sekarang inovator desa menjadi barang langka. Semenrara membangun sebuah sistem agar SDM berfungsi efektif menjadi sebuah keharusan.

Kerja bersama dan kedisiplinan bersama pandangan Mancur Olson (1965) masih relevan untuk dijadikan spirit dalam membangun desa.

SDM ini memang harus handal. Jika desa sampai nagari dan batas tertentu bisa mencapai skala ekonomis yang baik, katakan penghasil budidaya Cokelat dan pengolahannya. Maka SDM yang dihasilkan terampil budidaya Cokelat, mulai pembibitan budidaya, sampai pengolahan pasca panen.

Tetapi tidak itu saja agar cokelatnya bisa seharga 12 kali lebih tinggi maka usaha rumahan pengolahan coklat terintegrasi di perwilayahan.

PT melalui fakultas pertanian mengembangkan pusat inovasi cokelat, sampai ke detail detailnya.

Jika constrain ada pada lahan, maka inovasi tetap jalan. Bagaimana keterbatasan skala ekonomis digabung menjadi lebih tinggi dan efisien.

BUMD çokelat memiliki pusat pengembangan pada kawasan ini. Begitulah seterusnya, silahkan pilih Kopi, Gula, Rempah untuk bumbu, atau Tanaman Obat dan sebagainya.

Dukungan IT

Ketika pasca covid-19 maka bukan produksi dan pengolahan yang juga dituntut produktif dan inovative, IT berperan menjembatani desa dengan konsumen dimana saja.

Jika industrialisasi desa dengan komofitas handalnya disingkronkan, maka IT bisa memutus mata rantai disefisien selama ini.

Kelembagaan

Pusat pengembangan dimulai dengan mengaktifkan BUMD. Mereka hadir sebagai pusat inovasi, boleh rekrut petani berpakaian dinas kalau bekerja. Ini dijadikan pusat percontohan hulu hilir yang hasilkan koefisien Leontief yg tinggi ke belakang dan ke depan.

Hanya dengan dukungan politis yang tinggi pembangunan desa akan lebih semarak dan terspesialisasi. BUMD bukan Bumdes. Karena bumdes skalanya kecil, mungkin secara ekonomis dalam jangka panjang akan kolaps.(analisa)