Tambo 3 Betemakan Kapacak Malam Ini Dibuka Kapolda

oleh -1,162 views
oleh
1,162 views
Inilah penampakan pameran Tambo 3 Kapacak di Perpustakaan Bukittinggi,.mulai hari ini hingga 17 September (foto: tanboartcenter)

Bukittinggi,—TAMBO #3 “KAPACAK” gelat karya lukisan seniman hebat Sumbar, malam ini bakal dibuka oleh sosok special guest penulis Kapolda Sumbar Irjen Pol Fakhrizal.

Juga menghadirkan Dr Melanie Setiawan and Friends, Dr Oei Hong Djien,- Owner OHD Museum, DR Suwarno Wisetrotomo. Nessya Fitriona M.Sn
Pameran digelar sampai 17 September di Perpustakaan Proklamator Bung Hataa Bukittinggi.

Tambo 3 bertemakan Kapacak diikuti
32 Seniman asal Sumatera Barat yang tinggal di Sumatera Barat, Bandung dan Yogyakarta. Beberapa nama seperti Hamzah, Ibrahim, Yon Indra, Romi Kumik, Irwandi, Nasrul Palapa hingga generasi yang lebih muda layaknya M.Ridwan, Romi Almon, dan lainnya merupakan seniman yang tinggal di Sumatera Barat.

Sedangkan beberapa seniman asal Sumatera Barat yang tinggal di Yogyakarta yang turut berpartisipasi, adalah; Jumaldi Alfi, Yunizar, Zulkarnaini, Gusmen Heriadi, dan Erizal As. 1 (satu) orang tinggal di Bandung Fazar Roma Agung Wibisono.

Menurut Yon Indra, selaku ketua Tambo Arts Center (TAC), perhelatan ini adalah event-seni ketiga yang dilaksanakan oleh Tambo.

“Tema “kapacak” sengaja diangkat, bertujuan untuk menggandeng dan mengajak seluruh elemen seni rupa untuk saling bekerjasama dan bergerak bersama dengan proses kreatif. Dalam perhelatannya juga meliputi Art Tour atau kunjungan ke studio seniman, diskusi seni, wisata budaya dan kuliner khas Minangkabau,”ujarnya, Selasa 11/9 via whatsapp mesenger.

Walikota Bukittinggi pada  sambutannya mengatakan setelah era Wakidi se-Abad yang lalu, Tambo#3 seperti membawa kembali semangat dan ruh seni rupa ke “tanah-lahirnya” di Bukittinggi.

Apresiasi positif ini serupa dengan ungkapan Buya H. Mas”oed Abidin “ Tambo Arts Center ingin mengukirkan keberlanjutan kesejarahan seni rupa di Sumatera Barat yang bercirikan dan beridentitaskan Minangkabau”.

Perspektif yang berbeda disampaikan oleh Dr. Melanie Setiawan yang dikenal sebagai “Ibu” seni rupa Indonesia,

“Persahabatan saya dengan seniman yang berasal dari ranah Minang telah terjalin lama, bahkan ada beberapa yang saya kenal sejak masih di kuliah di ISI Yogya,”ujarnya.

TAC kata Melanie telah membuktikan bahwa jangkau-apresiasinya tidak semata untuk masyarakat Sumatra Barat, tapi juga nasional bahkan internasional.

Pada event ke-2 yang bertajuk SANDI pada tahun 2017 sebelum terbentuk TAC, telah mengajak saya dan teman-teman dari negara lain untuk teribat pada event tersebut. Suatu langkah penting dalam menjalin persahabatan dengan masyarakat dunia, yang diharapakan tahun- tahun mendatang lebih bergema dalam membuat ajang besar skala internasional”.

“Menggerakkan” menjadi kata kunci dalam pengamatan Dr. Suwarno Wisetotromo yang didaulat menjadi penulis (bersama Nessya Fitriona) dalam event seni ini. Jika salah satu tombol ditekan, maka akan menggerakkan “roda kesenian” dan “roda kehidupan” lainnya. Membangun kesadaran para pihak, bahwa ia menjadi “tombol” yang berfungsi.(rilis: tamboartscenter-2018)