Teguhkan Selalu Islam Perekat Persatuan

oleh -1,033 views
oleh
1,033 views
Kiyai Said Agil Siroj kuliah umum di UNP terkait Islam perkokoh persatuan bangsa, Kamis 12/4 (foto: humasunp)

Padang — Ketua PBNU Prof Dr KH Said Aqil Siroj memberi kuliah umum di Auditorium Universitas Negeri Padang, Kamis 12/4, dengan tema Peranan Islam Dalam Memperkokoh Persatuan Bangsa.

Kuliah umum yang menghadirkan tokoh agama Islam Bangsa Indonesia kali kedua di UNP. Sebelumnya, bulan Januari 2018 lalu, UNP yang dipimpin Rektor Prof Ganefri, PhD ini juga telah menghadirkan tokoh Agama Islam Bangsa Indonesia lainya, Jimly Asshiddiqie, Ketua ICMI Pusat.

Dihadapan seribuan mahasiswa UNP, para dekan serta civitas akademika lainnya, Kh Said Aqil Siroj mengupas sejarah singkat perkembangan Islam di Tanah Air.

Selain mengupas keberagaman yang telah menjadi kodrat masyarakat Indonesia juga menjelaskan hubbul wathon minal iman. Nasionalisme bagian dari iman. Ia pun berpesan agar warga muslim negeri ini mencintai tanah air.

Islam dan nasionalisme harus saling memperkuat dan tidak boleh dipertentangkan. Nasionalisme yang merupakan bagian dari keimanan Islam orang Indonesia, khususnya masyarakat NU, telah ada sejak zaman pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari. Saat itu ulama-ulama di negara Timur Tengah bahkan tidak berani mengatakan nasionalisme bagian dari iman keislaman.

Kiai yang kini berusia 63 tahun itu pun mengingatkan jangan menggunakan agama untuk tujuan politik.

“Mari kita gunakan politik untuk memperkuat agama. Memperkuat agama bukan harus menghantam yang lain,”ujarnya.

Pada masa kini, dikatakanya amanah menjaga ukhuwah wathaniyah dituntut semakin nyata. Di tengah gejolak sentimen kesukuan, keagamaan, golongan, dan ras, spirit wathaniyah menjadi hal mendasar, yaitu menyelamatkan dan merawat keutuhan NKRI.

Perkembangan informasi semakin masif lewat berbagai saluran pesan, terutama media sosial yang tanpa filter, mendorong potensi konflik berujung perpecahan. Apalagi pada masa mendekati pemilihan umum, banyak pihak khawatir persoalan SARA makin besar.

Kehidupan demokrasi bukan berarti kebebasan tanpa ujung, namun suara rakyat menjadi pilar utama. Bukan demokrasi liberal yang diagungkan, tetapi demokrasi Pancasila. Ia juga melakukan penguatan tentang nilai-nilai Islam moderat di Indonesia.

“Islam Nusantara bukan aliran, bukan agama baru, tapi khashaish, mumayyizaat, tipologi. Ini yang harus dipahami secara mendalam,” jelas Kiai Said.

Dalam pandangannya, penting untuk merawat budaya sebagai pondasi dakwah keislaman.

“Islam Nusantara itu Islam yang dibangun dari sendi-sendi budaya. Budaya negeri ini, bukan budaya Arab, tapi budaya nusantara,” terang Pengasuh Pesantren Luhur as-Tsaqafah, Jakarta itu.

“Saya di Arab 13 tahun, pulang membawa empat anak. Tapi yang saya bawa pulang itu ilmu, bukan simbol-simbol budaya. Demikian pula Prof. Quraish Shihab, Prof. Aqil Munawar, dan Kiai Mustofa Bisri. Semuanya bawa ilmu, tidak ada yang mengimpor budaya Arab ke negeri ini,”ujatnya.

Sebelumnya Rektor UNP, Prof Ganefri dalam sambutanya mengucapkan selamat datang dan terima kasih kepada Prof Dr Said Aqil Siradj.

“Di tengah kesibukannya, Kiyai Said Aqil masih mau memenuhi permintaan kami untuk memberikan kuliah umum di UNP,” ujar­nya.

Menurut Prof Ganefri, kehidupan umat beragama di Indonesia menjadi teladan bagi negara lain. Maka, gerakan ukhuwah wathaniyah yang digerakan NU untuk menjaga kerukunan patut diapresiasi.

“Kita patut berbangga memiliki aset organisasi keagamaan yang berlimpah dan tetap mampu menjaga toleransi. Tidak ada organisasi keagamaan yang mengharap kekerasan atas nama agama. Konflik yang berpotensi merusak kehidupan umat beragama harus dicegah,” ujar Prof Ganefri.(rilis: humasunp)