Tidak Ada Teman yang Abadi

oleh -662 views
oleh
662 views
Abdul Jamil Al Rasyid (dok)

Oleh : Abdul Jamil Al Rasyid

Teman adalah seseorang yang mau mendengar segala keluh kesah kita, jujur dengan kita, dan orang yang mau menerima kekurangan kita.

Begitu teman, teman tidak semata-mata mau berteman dengan kita dikala baik saja melainkan sebaliknya. Saat sedih teman itu ada disamping kita.

Begitulah teman. Terlepas dari definisi teman itu sendiri makanya hal ini disadari penulis cukup ganjal karena teman itu sendiri tidak seperti yang dikatakan diatas saja.

Kenapa penulis menyematkan judul seperti ini karena dalam hal apapun baik itu pacar, sahabat, dan teman sekalipun bagi penulis tidak ada yang abadi.

Hal ini sudah penulis amati dalam berbagai persoalan hubungan diantara seseorang. Baik seseorang tersebut susah, senang, dan lain-lain. Teman itu sendiri bagi penulis adalah hal yang tabu, karena teman itu tidak serta merta dikala susah saja.

Penulis beranggapan seperti ini karena penulis sering mengamati pertemanan seseorang. Seseorang di dunia ini jauh dari kata sempurna karena hal ini setiap orang selalu mempunyai sisi munafik masing-masing. Hal ini tentu menjadi hal yang lumraj terjadi. Sangat jarang dalam pertemanan itu bertahan lama. Karena teman disini sama halnya dengan teman sekedarnya saja.

Teman disini adalah hal yang penting dalam kehidupan tetapi kita sebagai manusia tentu memang adalah makhluk sosial, tetapi perlu digaris bawahi bahwa makhluk sosial itu kalau perlu hanya sekedarnya saja, tidak berlebihan. Karena hal ini sangat perlu diperhatikan dalam berbagai sisi kehidupan. Misalnya kita memberikan kepercayaan kepada seseorang, suatu saat kepercayaan itu akan disia-siakan.

Sama halnya dengan pepetah politik” teman itu tidak ada yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingan” hal ini tentu bisa dijadikan acuan dalam kehidupan pertemanan. Apabila kita penting oleh mereka maka mereka akan menghampiri kita begitu sebaliknya apabila kita memerlukan dia. dia akan lupa jasa kita. Banyak orang diluar sana yang mudah saja melupakan jasa seseorang karena dia sudah beranjak dewasa dan sudah tau maka dia lupa akan orang yang berjasa untuknya.

Orang seperti ini sangat miris dalam kehidupan karena tidak lebih dari binatang. Misalnya saja anjing yang diberi makan oleh tuannya, anjing tersebut tidak akan melawan. Apalagi kita manusia, tentu kita bisa berpikir tentang hal ini. Maka dalam pertemanan kita tentu bisa menghargai sedikit tidaknya jasa seseorang dalam kehidupan kita.

Dari beberapa hal diatas dapat disimpulkan juga bahwa teman itu tidak ada yang abadi, karena hidup itu penuh dengan perpolitikan, barangsiapa yang hidupnya tidak jauh dari politik maka hal tersebut membuat dia bisa dihargai walaupun dengan cara kemunafikan. Hal ini tentu tertanam dalan jiwa semua orang, sangat jarang kita menemukan orang yang benar tulus dalam pertemanan, yang banyak hanya orang yang ada maunya saja. Kalau tidak ada maunya dia akan dibuang begitu saja.

Begitu pula dengan jasa seseorang, apabila kita berteman dengan orang maka kita perlu ingat jasa dia kepada kita. Karena hal ini adalah salah satu yang paling penting dalam kehidupan seseorang. Hal ini seakan-akan sebuah pembelajaran bagi kita semua bahwa kita perlu mengingat jasa seseorang dalam kehidupan. Semua hal diatas kalau kita turuti dan patuhi dengn baik niscaya kita akan mudah bergaul dengan semua orang. Tidak mungkin orang mengenal kita saja dan mudah percaya dengan kita. Itu perlu kita tanamkan agar orang mudah percaya dengan kita.

Tidak ada lagi pepatah tidak ada teman yan abadi. Karena hal ini perlu diamalkan maka pepatah itu akan hilang. Kita akan mempunyai banyak teman dan pertolongan. Satu lagi kita tentu harus terhindar dengan kemunafikan seperti pepatah orang Minang” hidup itu basuluruih” maksudnya yaitu kita hidup memakai ilmu besi karena kita hidup harus dengan cara berlurus jangan munafik terhadap sesuatu.

Penulis adalah Mahasiswa Sastra Minangkabau FIB Unand angkatan 2019 berdomisili di Padang Pariaman Santri Pondok Pesantren Madinatul Ilmi Nurul Ikhlas Patamuan Tandikek

(analisa)