Agam.—Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang terus tumbuh dan berkembang di Indonesia. Sektor ini berkembang sejalan dengan kebutuhan masyarakat akan hiburan, liburan, kuliner dan sebagainya sebagai pengisi waktu libur atau beristirahat dari berbagai aktivitas yang melelahkan.
Berkembangnya sektor pariwisata akan selalu beririsan dengan sektor ekonomi. Pariwisata secara otomatis juga membuka peluang-peluang pendapatan, lapangan kerja dan hidupnya berbagai sektor bisnis penunjangnya.
Nagari Matua Hilia berada di Kabupaten Agam. Nagari Matua Hilia terletak di ibukota Kecamatan Matur dan merupakan letak yang strategis sebagai perlintasan ekonomi, pariwisata dan perdagangan dari wilayah barat Kabupaten Agam menuju Kota Bukittinggi dan Padang. Posisi yang strategis ini menjadikan Nagari Matua Hilia berpotensi sebagai sentra ekonomi, perdagangan, dan pariwisata.
Salah satu destinasi wisata sejarah di Nagari Matua Hilia adalah Batu Baselo. Batu Baselo adalah satu “tanda” yang menjadi “penanda”asal muasal keberadaan Nagari Matua Hilia. Batu Baselo merujuk kepada sebuah batu besar di Nagari Matua Hilia. Batu ini diperkiraan telah ada jauh sebelum perang paderi periode pertama yakni tahun 1821-1837.
Satu versi asal muasal Nagari Matua Hilia yang bersumber dari tambo adalah ninik moyang orang Matua Hilia berasal dari Batipuah Pariangan Padang Panjang. Dari Pariangan Padang Panjang rombongan datang dengan melintasi lereng Gunung Merapi, kemudian turun ke Kota Gadang Pasakaan atau Lurah Simanjo Padang Matua Hilia (sebuah nagari di Kabupaten Tanah Datar).
Dari sini rombongan turun ke Padang Rajo atau Nagari Baso sekarang. Sebagian rombongan kemudian menuju ke Padang Tarap, sebagian yang lain menuju ke Utara dengan melalui Kampuang Bungo, yaitu Nagari Salo dan Nagari Koto tuo. Rombongan ini akhirnya terdampar di sebuah dataran subur yang akhirnya diberi nama Nagari Matua Hilia. Pemberian nama ini berdasarkan nama asal muasal mereka, yakni Padang Matua Hilia.
Namun sayangnya situs Batu Baselo ini tidak tergarap dengan baik dan bahkan bisa dikatakan terbengkalai. Penduduk setempat menyatakan Batu Baselo utama dengan ukuran besar bahkan sudah hilang diduga di bawa maling. Padahal jika objek wisata ini dikembangkan dia bisa menjadi satu rangkaian/paket wisata yang potensial dengan ciri khas wisata minat khusus dan wisata sejarah ketika digabungkan dengan wisata Pincuran Gadang, Batu Baselo, Aia Mambau, Guguak Endah dan sebagainya.
Melalui program Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) tim dari Universitas Andalas melakukan revitalisasi terhadap situs sejarah ini agar dapat menjadi salah satu objek wisata andalan di Nagari Matua Hilia. Tahun 2024 ini merupakan tahun pertama dari 3 tahun program yang direncanakan.
Pada tahun pertama tim merancang desain lanskap untuk Taman Batu Baselo dan juga membuat mural Batu Baselo yang dapat dijadikan gambaran sejarah Batu Baselo dan juga spot selfie bagi para wisatawan. Tim PDB ini diketuai oleh Dr. Eng, Ir. Budi Rahmadya, M.Eng dengan anggota Rahmi Eka Putri, S.Kom, MT dan Dr. Maruf, SE, M.Bus, M.Phil dari Unand dan Yesriva Nursyam, S.Sn., M.Sn dari ISI Padang Panjang. Program PDB ini bertujuan mengembangkan sektor pariwisata dan seni budaya di Nagari Matua Hilia dan Revitalisasi Situs Batu Baselo ini merupakan salah satu prgram yang dilaksanakan.(adr)