IKAN LELE merupakan ikan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat bahkan menjadikan ikan lele sebagai usaha makanan yang populer dan salah satu komoditas yang unggul di pasaran (Lingga dan Kurniawan, 2013). Terdapat banyak keunggulan yang dimiliki ikan lele untuk di ternak dibanding ikan lain yaitu pertumbuhannya yang relatif cepat, toleransi terhadap kualitas air yang buruk, relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara di hampir semua wadah budidaya yang digunakan. Ikan lele (Clarias batrachus) juga merupakan ikan yang tersebar di Asia dan dalam jumlah yang melimpah, sehingga menjadikannya sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan. Sayangnya, dengan jumlah yang melimpah tersebut tidak selaras dengan pemanfaatan ikan lele (Clarias batrachus) selama ini, karena hanya sebatas pada sektor tersebut dan belum mencapai riset mendalam terkait kesehatan.
Ikan lele (Clarias batrachus) ternyata memiliki racun yang terdapat pada sirip dada atau sirip pektoral, yang mana sirip dada ini memiliki bentuk modifikasi berupa patil yang berbentuk agak meruncing, yang apabila terkena kulit akan menyebabkan bengkak, demam, kesemutan, dan nyeri karena mengandung racun bernama crinotoxin dalam dosis yang rendah (Nasrudin, 2010). Crinotoxin ini terakumulasi pada sirip pektoral dan dieksresikan juga ke kelenjar kulit ikan lele sebagai mekanisme untuk mempertahankan dirinya dari ancaman, meskipun demikian Crinotoxin ini dirasa mampu untuk digunakan sebagai kandidat antitumor karena memiliki kemampuan untuk meningkatkan apoptosis sel (Raja, 2020).
Lalu, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan penderita kanker dan tumor payudara terbanyak di dunia, bahkan diketahui bahwa pengidap tumor dan kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia, bahkan kematiannya mencapai lebih dari 22 ribu jiwa (Kemenkes RI, 2022). Dengan adanya permasalahan tersebut, membuat salah satu tim Program Kreativitas Mahasiswa – Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Andalas melakukan rangkaian metode untuk menemukan Potensi Ekstrak Racun Crinotoxin Ekstrak Sirip Pektoral dan Kulit Ikan Lele (Clarias batrachus) sebagai Antitumor pada Sel MCF-7.
Riset yang dilakukan oleh tim Arabika ini melalui serangkaian uji untuk mendapatkan hasil yang maksimal, dimana mereka telah dilakukan uji MTT-Assay dan Uji UPLC-MS mengetahui efektivitas sirip pektoral dan kulit ikan lele (Clarias batrachus) dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara.Alasan tim ini menggunakan sirip dada ikan lele adalah untuk mengurangi limbah sirip ikan lele yang selama ini dibuang dan dianggap sebagai limbah perikanan.Hasil yang didapatkan dari riset yang dilakukan menunjukkan bahwasanya terdapat potensi ekstrak dari sirip pektoral dan kulit ikan lele (Clarias batrachus) sebagai agen antitumor, yang dimana didapatkan nilai sitotoksisitas kuat dan moderat melalui Uji MTT-Assay pada sel kanker payudara MCF-7. Lalu, didapatkan kandidat senyawa seperti Alluporinol, Histamin, dan golongan senyawa lainnya melalui uji UPLC-MS yang dimana memiliki potensi sebagai senyawa antikanker ataupun antitumor. Hasil yang didapatkan oleh tim Antitumor lele ini diharapkan bisa dikembangkan sebagai obat antitumor payudara yang dapat menurunkan angka penderita kanker dan tumor payudara yang aman dikonsumsi bagi masyarakat dengan mempunyai efek samping yang rendah.
Tim PKM-RE ini dibimbing oleh dosen yang berpengalaman dalam bidang ini yaitu Bapak Dr. Djong Hon Tjong dan diketuai oleh Imam Fitra dengan beranggotakan Afif Hamdani, Dian Syalsabila dan Tio Firmansyah. Keempat mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas. (analisa)Oleh: Afif Hamdani, Mahasiswa Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Andalas
Editor : Adrian Tuswandi, SH