Tokoh Bangsa Asal Sumbar, Ini Deskripsi Yudi Latif Tentang Hatta

oleh -292 views
oleh
292 views
Yudi Latif representatifkan Bung Hatta dan tokoh pendiri bangsa berdarah minang lainnya. (dok)

Jakarta,— Tokoh nasionalis di pentas nasional, Yudi Latif mengunggah di_instgaram_nya tentang Alam Takambang Jadi Guru bergambarkan foto Yudi Latif berpakaian pakaian kebesaran minang dan gambar rumah gadang.

Di instgaram Yudi Latif mengatakan  Minangkabau menunjukan ekspresi budaya yang eksepsional: keunikan tradisi matrilineal berpadu demgan tradisi perantau berjiwa kosmopolitan.

Budaya Mingkabau selama ratusan tahun memperlihatkan perwujudan sempurna konsepsi strategi budaya Ki Kadjar Dewantara: “Tri-kon.

“Kontinu, tersambung dengan alam lokal, akar tradisi dan cerlang budaya sendiri. Konvergen, terhubung dengan segala arus pemikiran dan perkembangan global. Konsentris, jadi bagian dari kehidupan semesta, di mana bumi dipijak, langit dijunjung–tanpa kehilangan kepribadian,”tulis Yudi di instgaram_nya.

Hasilnya, ekspresi keragaman dalam persamaan, yang bisa jadi lahan subur bagi budidaya Pancasila. Minangkabau memiliki representasi figur ketokohannya untuk setiap sila Pancasila.

Sila 1, diwakili figur Mohammad Natsir. Seorg tokoh yg menunjukkan semangat keislaman kuat, nasionalisme kuat, integritas kuat, serta toleransi kuat–terkenal “mosi integral Natsir” dan mengisi kabinetnya dengan multi-agama, multi-etnis, multi-ideologi.

Sila 2, diwakili figur Sutan Sjahrir. Seorang pejuang kebangsaan dengan orientasi kemanusiaan universal. Baginya,

“Kebangsaan kita hanya jembatan untuk mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna, bukan untuk memuaskan diri sendiri kita, sekali-kali bukan untuk merusakkan pergaulan kemanusiaan. Kebangsaan kita hanya satu roman dan pembaktian kita kepada kemanusiaan.”ujar Yudi Latit. dikutip. dari IG-nya.

Sila 3, diwakili figur Mohammad Yamin. Seorang arsitek terpenting Sumpah Pemuda, dan tokoh menonjol dalam sidang BPUPK yang memperjuangkan kebangsaan Indonesia yang luas dan inklusif; termasuk menyertakan Papua dalam negara Indonesia dengan merujuk Boven Digul sebagai “tanah spiritual revolusi Indonesia”.

Sila 4, diwakili figur Agus Salim. Seorang tokoh multiafiliasi yang kerap berperan sebagai jembatan penghubung dan yang mengusulkan gagasan “demokrasi musyawarah” di BPUPKI, berikut tindak-tanduknya sejalan dengan itu.

Sila kelima diwakili figur Tan Malaka, seorang pejuang gigih keadilan sosial dan kemandirian ekonomi dengan konsepsi “merdeka 100 %”.

Di atas itu semua, ada figur Mohammad Hatta. Seorang pemimpin nasional, dengan segala kekurangannya, bisa dirujuk, Bung Hatta sebagai representasi dari kelima sila Pancasila.

“Semoga jiwa Pancasila tetap hadir dan mengalir di jantung Minang,” ujarmya. (IG_yudilatif)