Transmigrasi di Era Digital Kenapa Tidak

oleh -538 views
oleh
538 views
Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, PDT Anwar Sanusi, jelaskan kawasan transmigrasi harus memanfaatkan era.digitakisasi, FGD di Kampus UGM, Yogyakarta, Selasa 9/7.(foto: nugrah/ kemendespdtt)

Yogyakarta,—Direktorat Jenderal PKP2Trans Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Tansmigrasi (Kemendes PDTT) mengadakan Focus Group Discussion (FGD) III di UGM Yogyakarta, Selasa 9/7.

FGD bertema “Perencanaan Pembangunan Dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi Di Era Digital”. Kegiatan FGD merupakan kerjasama antara Kemendes PDTT dengan UGM yang dikoordinir Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) Fakultas Geografi UGM. FGD yang dibuka oleh Sekjen Kemendes PDTT Anwar Sanusi dihadiri oleh sejumlah perwakilan dari Bappenas, Kementrian ATR/BPN dan LPPM ITB.

Anwar Sanusi mengatakan FGD-FGD yang dilaksanakan termasuk yang ke III ini memang terus menggandeng perguruan tinggi agar bisa memikirkan arah, program dan strategi apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan kawasan transmigrasi.

“Perguruan tinggi memiliki ruang dan waktu yang luar biasa untuk melakukan kontemplasi/perenungan akademik untuk mencari problematika esensial dari transmigrasi,”ujar Anwar.

Pada FGD ini, Anwar berbicara mengenai pengembangan kawasan di era digital, Anwar mengatakan saat ini Indonesia dalam hal ini kawasan transmigrasi tidak bisa menghindari era digital 4.0.

Karena berada di era digital maka konsep pengembangan digital terutama untuk kawasan transmigrasi momentumnya adalah saat ini. Sehingga program-program yang ada di kawasan transmigrasi bisa digerakkan dengan yang namanya digitalisasi.

Lebih lanjut Anwar mengatakan bahwa dengan teknolologi IT, bisa diperkenalkan yang namanya smart farming atau sebuah konsep kerjasama dengan online shopping di mana mereka akan membantu menjual produk-produk yang berada di kawasan tranmigrasi baik produk pertanian, perkebunan maupun peternakan melalui online shopping.

“Konsep seperti ini yang akan dikembangkan di kawasan transmigrasi, menyusul kawasan yang sudah melakukannya seperti di Sohe daerah penghasil alpukat mentega yang sudah terbantu penjualannya lewat online shopping,” katanya.

Anwar berharap FGD III ini harus lebih terfokus karena hasilnya akan dimasukkan ke Bapenas untuk bisa menjadi bahan pertimbangan terutama bahan pertimbangan RJMP 2020-2024.

Sementara itu, Dirjen PKP2Trans Kemendes PDTT R. Hari Pramudiono mengatakan, bahwa dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan di era digital ini dukungan tim akademis baik itu dari UGM, UNDIP, IPB sangat diperlukan karena kajian-kajian yang dilakukan untuk kepentingan pengembangan kawasan selalu melibatkan akademisi.

Menurutnya, penerapan digitalisasi (start up 4.0) di kawasan transmigrasi menjadi satu hal yang tidak bisa dihindari. Pasalnya, di sana semua elemen atau unsur akan berkolaborasi menjadi satu yang kemudian disebut kolaborasi pentahelix.

“Di situ nanti didapati yang namanya politik power, public power, akademisi, masyarakat dan juga bantuan dari wirausaha termasuk juga dari media yang mendukung dan membantu kita dalam pengembangan wilayah. Kami yakin jika kolaborasi di bidang digital ini dilakukan akan membantu kawasan transmigrasi menjadi lebih mandiri,”katanya.

FGD III membahas mengenai perencanaan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi di era digital untuk menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru dalam suatu wilayah transmigrasi dengan melakukan berupa pendekatan kawasan perdesaan transmigrasi untuk proyeksi kebutuhan sector strategis dan kebutuhan sumberdaya (resources).(rilis: humker/kdpdtt)