Ulama Tarekat se Sumbar Dukung Epyardi Asda, Ini Alasannya

oleh -1,176 views
oleh
1,176 views
Karakter Epyardi Asda didukung tokoh Ulama Tarekat Sumbar. (dok)

Solok— Epyardi Asda, Bupati Solok dikenal banyak orang di Sumbar sosok berkarakter tegas dan apa adanya.

Atas sikap itu, tiap hari Epyardi mendapatkan banyak tanggapan positif di tengah masyarakat.

Respons positif itu muncul karena tekad kuatnya untuk membangun kampung halamannya menampakkan hasil, misalnya ruas jalan Kabupaten Solok makin baik, pelayanan publik mendapat nilai tinggi, sektor pendidikan memperoleh penghargaan, dan pariwisata berkembang.

Hal itu membuat tokoh adat, agama, dan sosial memberikan dukungan moral kepada Epyardi. Pada Jumat 5/4-2024malam di Cambai Hill atau objek wisata Bukit Cambai, puluhan ulama tarekat se-Sumatera Barat (Sumbar) bertemu dan buka puasa bersama dengan Epyardi.

“Alhamdulilah kami bisa bertemu dengan Pak Epyardi Asda. Kami mendengarkan langsung bagaimana beliau membangun Kabupaten Solok dengan sikapnya yang tegas. Kami melihat memang menjadi kepada daerah harus mempunyai karakter dan jejaring yang kuat, terutama di pusat sehingga yang menjadi pemimpin bisa menggaet dana dari pusat,” tutur tokoh Ulama Tarekat Sumbar Sutan Tuanku Mudo Ismed Ismail.

Mengenai persoalan di Sumbar, salah satu persoalan yang Ismed soroti ialah jalan tol, yang sampai saat ini belum selesai. Menurutnya, kelemahan itu terletak pada jejaring pemimpin dalam meyakinkan masyarakat dan pemerintah pusat.

“Kami melihat beliau (Epyardi) punya banyak koneksi, apalagi anaknya juga anggota DPR RI Komisi V. Hal itu akan mempermudah (Epyardi) untuk membawa anggaran dana pusat ke daerah,” ucapnya.

Bagi Ismed, pemimpin harus mengayomi semua lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakannya, teruma di Sumbar, yang memiliki karakter kuat dalam adat dan agama.

“Jadi, jangan membeda-bedakan (masyarakat). Kalau satu aliran sama pemimpinnya dibantu. Kalau berbeda, tak dibantu. Seharusnya semuanya diayomi,” tuturnya.

Terkait viralnya pernyataan Epyardi tentang garin, menurut Ismed, hal itu bukan penghinaan, melainkan pemacu semangat garin untuk terus berbuat baik untuk nagarinya.

“Itu bukan penghinaan, cuma itu digiring oleh orang-orang tertentu. Saya melihat beliau justru loyal. Ini bisa terlihat Pak Epyardi punya pondok pesantren dan masjid milik pribadinya. Ia juga dekat dengan ulama-ulama,” kata Tuanku Ismed.

Soal ketegasan Epyardi dalam berbicara, menurut Ismed, hal itu tidak lepas dari karakter kuat dan tegas Epyardi yang tampil apa adanya.

“Itulah beliau. Apa adanya dan memang ia tegas, tapi niatnya tak lebih hanya ingin membangun nagari kampung halamannya. Kami doakan beliau tetap tegar dan kuat untuk berjuang dengan niatnya yang tulus,” katanya.

Sebagai pemilik pesantren, Epyardi merasa terhormat bisa bertemu dengan ulama dan guru-guru tarekat yang juga memiliki pesantren dan pondok mengaji. Epyardi mengaku merasa senang karena bisa menjalin tali silaturahmi dengan ulama tarekat.

“Saya hanya bisa berharap buya, tuanku semua bisa menikmati keindahan Kabupaten Solok. Terkait dengan karakter saya dan apa yang telah saya bangun di kampung halaman, itu semua bentuk pengabdian saya,” ucapnya.

Tentang karakternya yang tegas, Epyardi menjelaskan bahwa kepada daerah harus punya karakter untuk ditampilkan bagi masyarakatnya. Ia mengakui tidak bisa bersikap lunak, tetapi menipu rakyatnya.

“Biarlah saya menjadi diri saya sendiri daripada harus menipu rakyat saya. Niat saya hanya untuk mengabdi. Kalaupun ketegasan saya viral dan mendapat respons masyarakat, saya berharap itu bisa menjadikan kita semua tampil apa adanya,” ujarnya.

Untuk melakukan perubahan di daerah, kata Epyardi, dibutuhkan kekuatan ekstra dan kemauan yang tinggi, bahkan rela mengorbankan banyak hal.

“Saya ikhlas menghibahkan sisa hidup ini demi kebangkitan dan kemaslahatan umat di Sumbar. Kalau menghadapi tantangan, saya sudah biasa. Tantangan itu bukan untuk dihindari, tapi dihadapi. Siang saya berjuang, malam saya bersujud melantunkan doa,” tuturnya.

Dengan dukungan para ulama tarekat, Epyardi yakin bahwa semua usaha dan perjuangannya akan dicatat sebagai bentuk pengabdian.

“Saya meyakini apa pun hasilnya, saya berjuang untuk membangun semua sudah dicatat di lauhulmahfuz. Allah tidak akan mengubah nasib kita kalau tidak kita sendiri yang mengubahnya,” ujarnya.(adr)