Upaya Sumbar Menjaga Ketahanan Pangan di Masa Pandemi : Kunci Ketahanan Pangan Sumbar (habis)

oleh -513 views
oleh
513 views
Dekan Fakultas Pertanian Indra Dwipa MS (foto: dok)

Oleh : Dr. Ir. Indra Dwipa. MS

..PANDEMI yang berdampak terhadap semua lini kehidupan membuat kita harus memikirkan upaya yang harus dilakukan agar menjaga ketahanan pangan selama pandemi.

Pemanfaatan sumber daya lokal tanaman Sagu sebagai sumber karbohidrat alternatif Indonesia merupakan negara yang dianugrahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akan sumber daya alam yang melimpah ruah khususnya tanaman. Beberapa tanaman lain di Indonesia bisa menjadi sumber karbohidrat alternatif seperti tanaman Sagu.

Sagu (Metroxylon sagu) merupakan tanaman yang menempati posisi strategis dalam sejarah pangan bangsa Indonesia terutama bagi penduduk di pesisir pantai dataran rendah. Sagu umumnya tumbuh di daerah tropis dan bergambut. Sagu bisa tumbuh dengan baik di Sumatera, Kalimantan, Maluku dan Sulawesi serta Papua. Saudara-saudara kita dari timur seperti masyarakat Maluku dan Papua menjadikan sagu menjadi sumber karbohidrat utama mereka. Selain itu, beberapa masyarakat di provinsi lain seperti Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Tengah, Riau, Aceh dan Sumatera Barat juga menjadikan sagu sebagai bahan makanan pokok mereka. Beberapa daerah di Indonesia seperti Aceh menjadikan sagu sebagai makanan pokok mereka ketika harga beras mahal dan tidakterjangkau.

Keungulan sagu sebagai sumber karbohidrat alternatif karena dalam 100 gram pati sagu mempunyai kandungan energi 357 kalori sedangkan beras 366 kalori atau jagung 349 kalori serta lebih tinggi dari kentang, 71 kalori. Teknologi pengolahan sagu sudah berkembang bahkan telah menjadi kearifan (budaya) lokal. Banyak makanan-makanan tradisional di Indonesia yang sudah berumur berabad-abad sudah dikonsumsi oleh nenek moyang kita sebelum gandum masuk ke Indonesia terbuat dari bahan baku sagu sepeti laupek, bubur sagu dan banyak jenis kue lainnya dan yang paling terkenal adalah papeda yang berasal dari Papua.

Sagu pun telah menjadi bahan baku industri makanan, misalnya diolah menjadi biscuit, mie dan roti serta kerupuk. Ini merupakan salah satu potensi dan peluang untuk menggantikan gandum yang saat ini merupakan bahan baku utama pembuatan kue dan makanan lain yang kita konsumsi sehari-hari. Peran sagu yang berkembang berabad-abad tersebut bisa dikembangkan agar dimasa depan menjadi salah satu tanaman yang menjadi sumber karbohidrat utama bagi bangsa Indonesia.

Sagu memiliki keunggulan dibandingkan padi untuk memberi makan dunia. Sagu mengandung karbohidrat tinggi dengan kandungan pati kering 200-400 kg/ pohon dan jika dilakukan pemanenan dalam 1 ha akan menghasilkan 20-40 ton pati/ha/tahun. Dan jika dijumlahkkan dengan luas areal sagu sebesar 5 juta Ha akan menghasilkan 100-200 juta ton. Padi membutuhkan 12 juta hektar untuk menghasilkan 30 juta ton, sedangkan sagu menghasilkan 30 juta ton pati hanya dalam 1 juta ha. Kebun sagu dengan luasan 1 juta hektar memberi makan 200 juta jiwa, jika dalam 5 juta hektar sagu dapat memberi makan 1 milyar jiwa. FAO melaporkan bahwa 868 juta jiwa di dunia mengalami kelaparan dan sagu dapat memenuhi kebutuhan orang yang kelaparan di dunia.

Indonesia merupakan negara yang memiliki 85% sagu di dunia terutama di pulau Papua dan ini menjadi peluang yang besar dalam memasarkan sagu sebagai salah satu sumber pangan yang menjanjikan. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang juga memiliki banyak tanaman sagu yang belum banyak dimanfaatkan.

Banyak makanan khas Sumbar yang bahan bakunya terbuat dari sagu seperti lompong sagu dan banyak kue lainnya. Di salah satu Kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten Mentawai, sagu merupakan makanan pokok mereka dan sudah menjadi kearifan lokal bagi daerah tersebut. Selain dari Kabupaten Mentawai, banyak daerah lain di Sumbar yang potensi sagunya juga besar seperti Kabupaten Pesisir Selatan, Padang Pariaman, Pasaman dan Pasaman Barat. Dengan potensi pengembangan sagu dan produk turunanya di Sumbar sangat besar.

Untuk itu, kedepannya, perlu perhatian lebih dari pemerintah daerah Sumbar untuk memanfaatkan sagu sebagai salah satu sumber pangan bagi masyarakat Sumbar untuk menggantikan sumber pangan utama terlebih lagi gandum yang keseluruhannya kita pasok dari luar. Tidak hanya sebagai penghasil bahan mental, diharapkan pengolahan sagu di Sumbar dimulai dari hulu sampai hilir sehingga selain digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif selain beras dan gandum, sagu juga bisa kita ekspor dalam bentuk setengah jadi atau produk jadi sehingga bisa meningkatkan UMKM yang ada di Sumbar.

URBAN FARMING

Pada tahun 2020, penduduk dunia berjumlah 7,8 millar jiwa. Kemajuan daerah perkotaan seperti kebutuhan pekerjaan, fasilitas pendidikan dan fasilitas lainnya yang tidak ditemukan di desa menyebabkan banyaknya penduduk dunia bermigrasi dan menetap di perkotaan ssehingga hampir dari sebagian penduduk dunia saat ini tinggal di perkotaan. Salah satu permasalahan di perkotaan penduduk perkotaan mengandalkan kebutuhan pangan dari desa.

Ketergantungan masyarakat perkotaan ini tentu akan menjadi sebuah bom waktu jika terjadi suatu bencana alam atau faktor lainnya sehingga pasokan kebutuhan pangan dari desa ke kota tersendat. Salah satu contoh bencana yang menyebabkan masyarakat perkotaan harus mengandalkan diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka sendiri akan pangan adalah pendemi covid-19.

Faktor lain yang menjadi kendala jika ingin memenuhi kebutuhan akan pangan di daerah perkotaan adalah luas lahan hijau yang semakin sempit. Berkurangnya lahan hijau untuk pertanian di perkotaan menyebabkan pemanfaatan ruang-ruang sempit yang ada di perkotaan tersebut. Praktek budidaya untuk memanfaatkan ruang-ruangan sempit terutama di perkotaan untuk kegiatan pertanian disebut dengan Urban Farming.

Urban farming memiliki istilah lain yaitu pertanian terintegrasi pada lahan terbatas. Keterbatasan di perkotaan tidak menjadi suatu kendala, malahan menjadi suatu inovasi untuk mengahasilkan sesuatu yang berharga. Dalam menghadapi pandemi covid-19 ini khsusnya di kota-kota di Sumatera Barat seperti Padang, Bukit Tinggi dan Payakumbuh dan daerah padat penduduk lainnya, pandemi covid-19 yang menyebabkan diberlakukannya PSBB, mengharuskan masyarakat untuk berdiam diri dari rumah. Selain itu, PSBB yang menyebabkan penurunan daya beli masyarakat menyebabkan masyarakat setidaknya mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri dari rumah.

Beberapa teknik budidaya yang dikelompokkan dalam Urban Farming yaitu :

Hidroponik

Aquaponik

Vertikultur

WallGardening

 

Hidroponik

Hidroponik merupakan teknik budidaya dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan media tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan hara nutrisi bagi tanaman.Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas. Teknik budidaya ini dilakukans ecara vertikal dan dan sangat sesuai dengan budidaya sayuran seperti bayam, kangkung, sawi, selada dan sayuran lainnya.

Selain itu, sudah ada juga teknik budidaya padi secara hidroponik sehingga metode bercocok tanam hidrponik tidak hanya terpaku pada tanaman sayuran, naum juga berkembang pada tanaman pangan.

Aquaponik

Teknik ini merupakan sistem produksi pangan, khususnya sayuran yang diintegrasikan dengan budidaya hewan air (Ikan, udang, siput) di dalam suatu lingkungan yang saling bersimbiosis.

Vertikultur

Teknik budidaya ini juga dilakukan secara vertikal. Teknik ini sangat sesuai untuk sayuran seperti bayam, kangkung, sawi, selada dan sayuran daun lainnya.

WallGardening

Budidaya tanaman ini juga dilakukan secara vertical dengan memanfaatkan dinding sebagai tempat menempatkan modul tanaman. Teknik budidaya ini banyak dilakukan di perkantoran. Selain untuk menjadikan sebagai sumber oksigen, juga bermanfaat sebagai taman gantung yangestetik.

FOOD ESTATE

Untuk mencapai ketahanan pangan nasional, pemerintah mencanangkan beberapa daerah di Indonesia sebagai Food estate atau lumbung pangan. Food estate secara harfiah berarti perusahaan pangan. Di Indonesia, dikarenakan pangan utama yang tersedia cukup luas adalah padi sehingga food estate fokus ke tanaman padi.

Food estate merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan bahkan peternakan di suatu kawasan. Pemerintah

merencanakan food estate akan menjadi salah satu program strategis nasional (PSN) tahun 2020-2024. Lahan-lahan yang digunakan untuk program food estate adalah eks proyek lahan gambut. Indonesia memiliki 13,43 juta hektar lahan gambut yang tersebar dari sabang hingga Merauke. Dengan lahan gambut seluas ini, Indonesia berpotensi bisa swasembada pangan dan tidak mengimpor beras lagi dari negara lain jika program ini berhasil.

Namun, untuk memujudkan mimpi tersbut, perlu kehatian dan pertimbangan yang matang sebelum pelaksaan program ini. Studi tentang kelayakan lahan gambut sebagai lahan food estate perlu dilakukan secara mendalam terutama lahan gambut yang rapuh dan heterogen. Selain itu, lahan gambut yang digunakan adalah lahan bekas PLG (Proyek Lahan Gambut). Lahan bekas PLG merupakan lahan sub-optimal artinya lahan yang telah mengalami degradasi yang mempunyai kesuburan yang rendah dan tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Apalagi tanaman padi yang belum terbiasa beradaptasi pada lahan gambut. Untuk itu, perlunta varietas-varietas padi yang mampu tumbuh dan berporduksi dengan baik di lahan gambut.

Di Sumatera Barat, penerapan food estate hampir bisa dilakukan di seluruh dataran yang bisa ditanaman tanaman pangan di Sumatera Barat. Filosofi food estate yang berarti “lumbung pangan” mengharuskan suatu daerah bisa menjadi lumbung pangan dan menjadi swasembada pangan.

Banyak cara yang dilakukan untuk menjadikan Sumbar sebagai food estate seperti penggunaan teknolog-teknologi untuk peningkatan produksi tanaman pangan di Sumatera Barat. Untuk tanaman padi, Pemerintah Sumbar sudah lama menerapkan System of Rice Intensification atau istilah lokal Sumbar “Padi Tanam Sabatang”. Metode ini terbukti menghasilkan 8-12 ton gabah kering dibandingkan metode konvensional yang menghasilkan 4-6 ton per hektar.

Selain itu, metode jajar legowo (jarwo) juga bisa meningkatkan hasil gabah kering di Sumatera Barat. Selain untuk tanaman padi, metode jarwo juga bisa diimplementasikan ke tanaman jagung. Selain itu, metode Ratoon atau bahasa lokal Sumbar “Salibu” juga terbukti efektif meningkatkan produksi padi di beberapa daerah percontohan di Sumatera Barat. Untuk mendukung Sumbar sebagai food estate, teknologi-teknologi diatas bisa digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Selama ini permasalahan yang dihadapi dalam penerapan teknologi ini secara massal adalah petani belum menerapkan teknologi-teknologi tersebut di sawah mereka. Untuk mencapai tujuan Sumbar sebagai food estate, pemerintah perlu gencar memberdayakan penyuluh di lapangan agar mengajak petani untuk menerapkan teknologi-teknologi tersebut dalam budidaya tanaman padi dan jagung mereka.

Kawasan Mandiri Benih

Benih merupakan salah satu unsur utama untuk mendapatkan tanaman yang unggul. Semakin unggul suatu benih, maka produksi tanaman tersebut juga baik. Peranan benih yang strategis dalam pertanian membuat pemerintah harus memperhatikan ketersediaan benih tesebut.

Untuk membangun industri benih agar mendukung kebijakan perbenihan pemerintah, diperlukan pemberdayaan penangkar dan dan produsen benih berbasis lokal. Kementerian Pertanian telah melaksanakan Program 1.000 desa mandiri benih dengan tujuan agar penangkar yang menghasilkan benih varietas lokal yang diminati petani disekitar kawasan tersebut.

Untuk mendukung ketahanan pangan yang dimulai dari benih, pemerintah harus memetakan dulu potensi-potensi tanaman pangan yang ada disuatu kawasan sehingga penangkaran benih suatu tanaman bisa efektif karena sesua dengan kondisi daerah tersebut. Setelah pemetaan kawasan industri benih, dilakukan penelitian-penelitian untuk mempelajari sifat unggul benih tersebut sehingga mendapatkan sifat unggul dari tanaman tersebut. Dengan adanya benih yang unggul disuatu kawasan, benih dari kawasan tersebut bisa didistrubusikan ke daerah lain sehingga daerah lain tersebut juga bisa mendapatkan tanaman yang memiliki sifat unggul sehingga setiap daerah bisa mendukung kemandirian pangan.

Petani penangkar benih, baik perorangan maupun kelompok, memiliki peranan penting dalam industri benih. Keterampilan penangkar benih perlu terus ditingkatkan melalui penyuluhan yang intensif agar penangkar bisa mengerti dan paham tentang perbenihan.

Hal lain yang dibutuhkan dalam pembuatan suatu kawasan industri benih adalah modal untuk membiayai kegiatan industri benih tersebut. Untuk itu, perhatian pemerintah terutama yang membidangi pertanian di setiap daerah diperlukan untuk mendorong dan mendukung setiap kegiatan di kawasan industri benih ini sehingga kawasan ini bisa berjalan denganbaik.

Sumatera Barat yang memiliki sumber daya alam genetik terutama dibidang tanaman yang tinggi memiliki benih-benih padi yang melimpah. Tidak hanya beras putih, Sumbar memiliki seumber daya genetik padi lain seperti beras merah dan hitam dan bahkan kedua jenis beras ini merupakan jenis beras yang sehat yang rendah kalori dan berpotensi menjadi sumber beras di masa depan.

Sumatera Barat yang dikenal dengan banyak jenis padi yang telah teruji memiliki keunggulan-keunggulan terutama untuk produksi mengharuskan kita harus melakukan pemetaan sumber-sumber benih padi tersebut sehingga suatu kawasan bisa menjadi kawasan mandiri benih suatu jenis padi unggul.

Sebagai contoh untuk tanaman perkebunan, Nagari Balubuih di Kabupaten Limapuluh Kota menjadi kawasan benih benih kakao yang benihnya diekspor ke luar Sumbar. Untuk tanaman pangam hal tersebut juga bisa dilakukan dengan jika suatu daerah memiliki benih tanaman padi yang unggul, maka kawasan tersebut bisa menjadi kawasan industri benih jenis padi tersebut. Begitu juga dengan daerah yang lain yang memiliki benih-benih unggul yang lain.

Topografi Sumatera Barat yang beragam mulai dari dataran rendah hingga tinggi menyebabkan banyaknya benih padi unggul yang sesuai dengan topografi di suatu daerah. Untuk menjadikan suatu daerah sebagai kawasan industri benih, perhatian pemerintah daerah dalam hal ini pemprov Sumbar diperlukan terutama dalam hal permodalan. Hal ini disebakan permasalahan utama yang dihadapi petani adalah modal.

Dengan adanya bantuan pemerintah, diharapkan kemandirian benih terwujud. Dengan adanya kawasan industri benih, benih-benih unggul ini akan mendukung program food estate dan akhirnya akan mewujudkan kedaulatan pangan Sumatera Barat. (analiasa-habis)