Waduh BUMNag di Sumbar Berjalan seperti Siput

oleh -1,134 views
oleh
1,134 views
Ketua Forum BUMDes Indonesia H Febby Dt Bangso akui dibandingkan daerah lain progres BUMNag di Sumbar berjalan pelan, Jumat 23/2 di Padang (foto: rian)

Padang,—Ketua Forum BUMDes Indonesia H Febby Dt Bangso gusar, soalnya BUMNag di provinsi kampung halamannya, Sumbar, berjalan seperti siput.

“Ada banyak kendala yang semestinya bisa dienyahkan kalau perangkat di nagari satu visi,”ujar Febby Dt Bangso, Jumat 23/1 di Hotek Mercure Padang.

Datuk Febby menilai kalau perangkat nagari di Sumbar satu visi maka multi efek dari BUMNag untuk menggeliat ekonomi di nagari luar biasa.

“Wali Nagari dan Bamus di nagari mesti positive thinking terhadap efek positif dari BUMNag dan ingat BUMNag atau BUMDes termasuk prioritas roadmap dana desa yang dilaksanakan oleh Kemendesa PDTT,”ujar Febby.

Memang tidak semua nagari yang BUMNagnya berjalan lambat, ada juga yang kreatif seperti BUMNag Syariah di Pekandangan.

“Kalau BUMNag diseriusi maka soal pengangguran di nagari bisa ditekan, dan itu sebenarnya esensi dari program dana desa yang ditekankan oleh Presiden Jokowi dalam Nawacita-nya membangun Indonedia dari pinggiran,”ujar Febby.

Tapi kalau masih mengedepankan ego baik Wali Nagari, Bamus Nagari dan instansi pemerintah di daerah, Febby meyakini BUMNag Sumbar jauh tertinggal.

“Kalau bicara masih membahas legalitas BUMNag sementara BUMDes lain di Indonesia berlari kencang gimana tuh,”ujar Febby.

Menurut Syaiful penggagas dab Ketus  BUMNag Pekandangan EMAS bersistem Syariah di Nagari Pekandangan karena belajar ke BUMDes provinsi lain.

Ketua BUMNag Pekandangan EMAS (entrpreniur, mandiri, aman, sejahtera) berprinsip syariah, Syaiful. (foto: rian)

“Semangatnya ada satu visi dan kepentingan ikhlas untuk majukan ekonomi masyarakat di nagari, kita bisa juga kok,”ujar Syaiful.

Sebelum ada BUMNag Syariah kata Syaiful pelaku usaha kecil di nagarinya beurusan modal dengan ‘bank 47’, pinjam empat bayar tujuh.

“Praktek begini, kita lihat sulit bikin usaha kecil di nagari kami maju, sehingga BUMNag Syariah diretas untuk keuntungan masyarakat tidak mengejar profit oriented,”ujar Syaiful.

Syaiful membangun BUMNag Syariah dengan modal dasar Rp 100 juta juga membuka inves terhadap tokoh masyarakat dalam bentuk saham orang per orangan Rp 50 juta. “Dan bantuan modal dari Kemendesa PDTT Rp 50 juta plus bantuan Dinas Lingkungan Hidup untuk bank sampah Rp 25 juta,”ujar Syaiful yang juga jebolan IMBN angkatan pertama.

Jadi, kata Febby, kalau BUMNag lain lamban progresnya di Sumbar tidak alasan sebenarnya soal birokrasi aneh-aneh.

“Kuncinya lepaskan semua kepentingan pribadi atau kelompok, tulus dan ikhlas saja kedepankan untuk nagari maju dan hebat,”ujar Febby. (rian)